tirto.id - Mobilitas sosial dipahami sebagai bentuk perpindahan status seseorang ke statusnya yang baru. Lantaran status ini terkesan hierarkis seperti jabatan, maka istilahnya bisa disebut juga sebagai berbubahnya seseorang atau sekelompok orang ke jabatan yang lain.
Berdasarkan ungkapan Tri Ady Indrawan dalam Modul Sosiologi (2020, hlm. 4), masyarakat dalam kehidupan sosialnya dibagi atas lapisan-lapisan yang statusnya bisa berpindah secara vertikal dan horizontal.
Vertikal berarti ada perubahan status naik atau turun. Sedangkan, horizontal berarti statusnya sama namun hanya berpindah lokasi.
Mobilitas sosial naik kerap disebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke atas. Lalu, mobilitas sosial turun yang berlawanan dengan istilah sebelumnya dikenal dengan sebutan lain mobilitas sosial vertikal turun ke bawah.
Lantas, apa perbedaan mobilitas sosial naik dan turun serta apa saja contohnya?
Perbedaan Mobilitas Sosial Naik dan Turun
Mobilitas sosial naik atau mobilitas sosial vertikal ke atas didefinisikan sebagai perpindahan status seseorang ke kasta/status yang lebih tinggi. Dengan begitu, mereka yang mengalami mobilitas sosial naik ini akan berubah statusnya menjadi lebih baik atau tinggi dari sebelumnya.
Menurut jurnal online tentang Mobilitas Sosial yang diterbitkan oleh Kemdikbud RI, peristiwa ini bukan hanya melibatkan kasus individu yang naik status ke posisi lapisan sosial tinggi yang memang sudah tercipta. Namun, juga bisa terjadi pada individu yang membuat kelompok atau organisasi baru.
Mereka yang mendirikan kelompok pasti membutuhkan ketua, anggota, dan berbagai badan lainnya. Oleh karena itu, ketua, para badan, dan anggota tersebut telah mengalami proses mobilitas sosial naik. Penyebabnya, kelompok tersebut sudah mengangkat mereka ke status yang baru.
Di sisi berlawanan, ada mobilitas sosial turun atau mobilitas sosial vertikal ke bawah. Istilah ini ada dalam sosiologi demi mendeskripsikan status seseorang yang mengalami penurunan.
Pada kasus individu, kita dapat menemukannya ketika seorang manusia turun statusnya dari yang sebelumnya berstatus lebih tinggi.
Selain itu, ada juga peristiwa lain mengenai kelompok yang turun derajatnya di mata masyarakat. Kendati kelompok diisi individu dengan jabatannya masing-masing, kelompok bisa saja jadi menurun statusnya akibat disintegrasi dan citra buruk jika melakukan kesalahan tertentu misalnya.
Contoh Mobilitas Sosial Naik dan Turun
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh mobilitas sosial naik dan turun kerap terjadi di masyarakat. Bahkan, peristiwa ini juga mungkin saja terjadi di lingkungan keluarga, teman, dan tetangga.
Untuk contoh mobilitas naik atau vertikal ke atas, dapat digambarkan lewat dilantiknya kepala daerah. Mereka yang sebelumnya berposisi sebagai warga sipil, statusnya naik menjadi pejabat dan punya wewenang mengatur daerahnya.
Kemudian, bentuk contoh mobilitas turun atau vertikal ke bawah dapat dilihat dari pemecatan pejabat akibat korupsi. Mereka yang sebelumnya menerima status tinggi, turun ke status rendah akibat dipecat.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yandri Daniel Damaledo