Menuju konten utama

Teori-Teori Paradigma Perilaku Sosial Menurut Para Ahli

Pelajari paradigma perilaku sosial untuk pahami interaksi manusia dalam masyarakat. Artikel ini jelaskan teori dan contoh pentingnya.

Teori-Teori Paradigma Perilaku Sosial Menurut Para Ahli
Ilustrasi Sosiologi mengkaji tentang paradigma perilaku sosial. foto/Istockphoto

tirto.id - Paradigma perilaku sosial menjadi fokus penting dalam memahami bagaimana manusia bertindak dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap tindakan individu di ruang sosial tidak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.

Teori paradigma perilaku sosial memberikan kerangka untuk memahami interaksi antarindividu, norma-norma sosial, serta pembentukan sikap dan identitas. Melalui paradigma yang berbeda, para ahli menyusun pendekatan analitis guna menangkap kompleksitas hubungan sosial.

Pertanyaan tentang paradigma sosial menunjukkan bahwa perilaku sosial bukanlah sesuatu yang bersifat tunggal, melainkan hasil dari berbagai dimensi yang saling memengaruhi. Setiap paradigma membawa sudut pandang tersendiri dalam memandang realitas sosial, baik dari sisi struktur, proses, maupun motivasi perilaku.

Teori Paradigma Perilaku Sosial

Dalam sosiologi terdapat istilah paradigma sosiologi yang membagi konsep teori sosiologi berdasarkan dasar-dasar tertentu. Salah satu teorinya adalah paradigma perilaku sosial yang dikemukakan B.F Skinner.

Berdasarkan pendapat ahli psikologi bernama B.F. Skinner (1938) dalam tulisan bertajuk The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis, pusat perhatian paradigma perilaku sosial menjadikan perilaku manusia sebagai fokus utamanya. Selain itu, dilihat juga potensi perilaku tersebut akan terjadi pengulangan atau tidak.

Menambahkan penjelasan di atas, Drs. Wagio dalam Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya, menjabarkan bahwa paradigma ini juga memperhatikan interaksi individu, objek sosial, dan objek non sosial.

Dengan begitu, asas dasar psikologi aliran behaviorisme (kebiasaan) manusia akan ditekankan lewat teori ini untuk mengkaji sosiologi.

Berdasarkan catatan Suci Fajarni dalam Jurnal SAI (2020, Vol. 1, No. 2, hlm. 137), terungkap bahwa paradigma perilaku sosial menganggap budaya sebagai pola yang muncul akibat interaksi individu yang berperilaku di lingkungan tertentu.

Salah satu tokoh yang disebutkan menganalisis perihal paradigma ini adalah George Ritzer. Dalam buku Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975), ahli sosiologi ini mengungkapkan bahwa ada dua teori yang membangun paradigma perilaku sosial.

Dua teori tersebut merupakan teori perilaku (behavioral theory) dan teori pertukaran (exchange theory).

Pada teori ini, perilaku manusia yang melakukan suatu hal saat ini dipercaya berdampak pada kehidupannya di masa mendatang. Dengan kata lain, sejarah perilaku manusia di masa lalu dapat mempengaruhi masa depan.

Melalui konsekuensi atau hubungan sebab-akibat tersebut, maka potensi pengulangannya pun bisa dianalisis.

Seperti yang diungkap Ritzer, hubungan sebab-akibat yang kerap disebut reward and punishment ini memang bisa mempengaruhi perilaku manusia (Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 1985).

Selain pendapat Ritzer, tercatat juga ada beberapa ahli yang menerangkan teori perilaku ini. Ada satu ahli bernama Ivan Pavlov, psikolog asal Rusia, yang menemukan peristiwa “classical conditioning”.

Bermula dari peristiwa itu, beberapa ahli lain pun ikut mengembangkan teori. Di antaranya ada Edward Thorndike dan B.F. Skinner.

Pada mulanya, Edward menemukan istilah konektionisme yang berarti respon terhadap kejadian. Tahap ini diawali oleh penghilangan perilaku salah dan menentukan respon yang tepat.

Kemudian, B.F. Skinner yang namanya sudah disebutkan di atas juga menambahkan terkait teori perilaku. Ia menjabarkan bahwa teori ini berfokus pada perilaku manusia di sebuah lingkungan dan dampaknya terhadap perilakunya di masa mendatang.

Paradigma perilaku sosial membantu kita memahami cara orang berinteraksi dalam masyarakat. Contoh paradigma perilaku sosial yang umum adalah struktural fungsionalisme. Paradigma ini melihat masyarakat seperti sebuah sistem yang saling mendukung.

Selain itu, ada paradigma konflik yang menyoroti pertentangan dan perebutan kekuasaan. Contoh paradigma perilaku sosial ini menunjukkan bagaimana ketidaksetaraan memengaruhi hubungan antar kelompok. Konflik dianggap sebagai bagian alami dari perubahan sosial.

Paradigma simbolis interaksionisme fokus pada makna yang dibangun melalui interaksi. Contoh paradigma perilaku sosial ini menekankan pentingnya simbol dan komunikasi dalam perilaku sehari-hari. Makna sosial terbentuk dari interpretasi individu.

Teori Pertukaran Menurut Para Ahli

Pada teori ini, dipercaya bahwa sebuah reward bisa memungkinkan pengulangan perilaku. Reward atau ganjaran ini bisa terjadi di kedua sisi, misalnya ketika individu A berinteraksi dengan individu B.

Namun, pemberian ganjaran yang kesannya positif ini bukan berdasarkan materi. Bisa saja berupa apresiasi dan beberapa hal lain yang tak bersifat kebendaan.

Menurut Ritzer (1985), semakin banyak orang mendapat ganjaran, perilaku yang dilakukan untuk mendapatkannya akan berkurang nilainya.

Selain itu, ada ahli lain yang bernama George Homan. Ia mengungkapkan teori ini menggambarkan fakta sosial satu, bisa berpengaruh ke fakta sosial lain. Namun, penerapannya dalam analisis juga memanfaatkan studi psikologi perilaku.

Pertanyaan Tentang Paradigma Sosial

Isu ini membahas berbagai pertanyaan mendasar mengenai cara pandang terhadap realitas sosial. Paradigma sosial menjadi dasar untuk memahami bagaimana masyarakat membentuk dan menafsirkan pengalaman sosial. Beberapa pertanyaan utama yang muncul dalam konteks ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang Menjadi Fokus Utama dari Paradigma Sosial?

Paradigma sosial berfokus pada pola hubungan antarindividu dalam masyarakat dan bagaimana interaksi tersebut membentuk perilaku manusia. Inti dari paradigma ini adalah pemahaman bahwa tindakan sosial tidak terjadi secara terpisah, melainkan dipengaruhi oleh struktur, norma, dan dinamika sosial di sekitarnya.

2. Bagaimana Paradigma Kita Memengaruhi Pilihan dan Perilaku Kita?

Paradigma bisa dipahami sebagai kerangka berpikir atau panduan batin yang terbentuk dari keyakinan, pengalaman, dan nilai-nilai pribadi. Kerangka ini membentuk cara kita memandang dunia, menentukan bagaimana kita menafsirkan realitas, serta memengaruhi respons kita, baik dalam pemikiran, emosi, maupun tindakan terhadap situasi yang kita hadapi.

3. Mengapa Paradigma dapat Berubah?

Paradigma bersifat dinamis karena manusia pun terus mengalami perubahan. Transformasi kecil dalam diri seseorang dapat memengaruhi cara bertindak, sementara perubahan besar yang bersifat mendasar dan revolusioner memiliki potensi untuk menggantikan paradigma yang ada.

Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang materi ajar, silakan kunjungi tautan Tirto.id di bawah ini.

Kumpulan Artikel tentang Materi Ajar

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Edusains
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Maria Ulfa
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono