Menuju konten utama

Contoh Paradigma Perilaku Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh paradigma perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari bisa ditemukan di sekolah atau lingkungan masyarakat. Simak penjelasan contohnya di sini.

Contoh Paradigma Perilaku Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
Dua anak melintas di dekat material lumpur akibat banjir bandang di Desa Blang Meurandeh, Beutong Ateuh Benggalang, Nagan Raya, Aceh, Selasa (29/8/2023). Banjir bandang yang terjadi pada Senin (28/9) tersebut mengakibatkan 12 rumah warga rusak dan satu jembatan gantung putus serta puluhan warga terpaksa mengungsi. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.

tirto.id - Contoh paradigma perilaku sosial dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang siswa giat belajar demi mendapatkan nilai terbaik karena sebelumnya guru sudah mengingatkan bahwa siswa terpandai akan mendapat hadiah.

Dalam contoh paradigma perilaku sosial di atas, perilaku giat belajar siswa tersebut merupakan reaksi atas rangsangan dari lingkungan berupa hadiah dari guru. Reaksi yang muncul akibat rangsangan dari masyarakat sehingga memengaruhi perilaku individu itu disebut sebagai paradigma perilaku sosial.

Paradigma perilaku sosial merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi, selain paradigma fakta sosial dan definisi sosial. Ketiga kerangka berpikir tersebut digunakan para sosiolog untuk memahami pengertian dan hakikat sosiologi.

Untuk lebih memahami pengertian paradigma perilaku sosial berikut ini pengertian, tokoh yang mengemukakan, hingga contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang Dimaksud dengan Paradigma Perilaku Sosial?

Paradigma perilaku sosial adalah paradigma yang menekankan kajiannya untuk mengamati cara individu beradaptasi dalam proses interaksi sosial atau hubungan dengan lingkungannya sehingga memengaruhi perilaku yang dilakukannya.

Individu di masyarakat perlu beradaptasi dalam hubungan sosial. Adaptasi itulah yang kemudian dapat memengaruhi perilaku individu dalam masyarakat. Individu sebagai aktor sosial tidak sepenuhnya bebas dalam berperilaku. Ia dipengaruhi juga oleh masyarakat dalam hubungan sosial serta lingkungan.

Para tokoh paradigma perilaku sosial, seperti Burrhus Frederic Skinner, George Hoffman, dan B. F. Skinner, mendefinisikan paradigma perilaku sosial dengan meminjam asas-asas psikologi aliran behaviorisme.

Dalam tulisan bertajuk “The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis” (1938), B. F. Skinner berpendapat, objek kajian sosiologi berfokus pada perilaku manusia yang nyata dan konkret serta kemungkinan pengulangannya.

Melalui paradigma perilaku sosial, B. F. Skinner menyanggah paradigma fakta sosial dan definisi sosial yang perspektifnya bersifat mistik dan tidak sesuai dengan fakta realitas sosial, juga tidak dapat sepenuhnya diterangkan secara rasional.

Paradigma perilaku sosial menilai dua paradigma lain, yakni fakta sosial dan definisi sosial, sebagai teori yang kurang tepat karena tidak dapat diamati secara nyata dan konkret.

Dalam Jurnal Sosiologi Indonesia Volume 1 Nomor 2 (2020) yang ditulis Suci Fajarni dijelaskan, paradigma perilaku sosial menganggap kebudayaan terbentuk dari tingkah laku manusia yang berpola. Perilaku sosial manusia tersebut terjadi akibat hubungannya dengan manusia lain dan lingkungan sekitarnya.

Hal itu sejalan dengan penjelasan Skinner, bahwa manusia bergerak dan berperilaku sebagai reaksi atas rangsangan dari lingkungan seperti penghargaan, hukuman, dan konsekuensi sosial. Oleh sebab itu, individu tidak bebas, melainkan berperilaku dengan cara menyesuaikan dan merespons lingkungan sosialnya.

George Ritzer dalam buku Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975, hlm 145-184), mengungkapkan ada dua teori yang membangun paradigma perilaku sosial, yakni teori perilaku (behavioral theory) dan teori pertukaran (exchange theory).

Contoh Paradigma Perilaku Sosial di Lingkungan Sekolah

Contoh paradigma perilaku sosial di sekolah dapat melingkupi hubungan antarguru, murid, maupun dengan lingkungan sekitar. Berikut ini 10 contoh Paradigma perilaku sosial di lingkungan sekolah:

  • Salman giat belajar setiap hari demi mendapatkan nilai terbaik karena sepanjang pekan lalu, gurunya rutin mengumumkan hadiah bagi siswa terpandai.
  • Zulaikah berangkat ke sekolah pagi agar tidak terlambat karena hari-hari sebelumnya ia sudah sering ditegur guru.
  • Hendrik berangkat lebih pagi ke sekolah agar dapat melaksanakan piket sehingga tidak dikenai denda kelas. Setiap hari, ketua kelas berkeliling kelas untuk menagih uang denda.
  • Slamet berangkat ke sekolah pagi-pagi agar dapat mengerjakan PR dengan mencontoh temannya yang telah selesai. Biasanya, teman yang sudah selesai berangkat lebih siang sehingga harus balapan dengan teman sekelas lain yang tidak mengerjakan PR.
  • Seorang guru berangkat selalu berangkat lebih pagi karena jalanan lancar dan tidak ada kesibukan lain di rumah.
  • Seorang guru mengikuti aturan tentang lembur karena sejak pekan lalu kepala sekolah rutin mengingatkan pentingnya lembur jika ada pekerjaan yang belum selesai.
  • Amin, siswa kelas 8, enggan mencontek karena setiap hari guru sudah mengingatkan semua siswa tentang bahaya mencontek.
  • Siti, siswa kelas 10, tidak mau membuang sampah ke selokan karena sebelumnya ia melihat selokan di sekolah meluap.
  • Pak Sudir enggan memukul siswa meskipun sedikit karena sudah ada larangan dari kepala sekolah dan berkali-kali diingatkan oleh siswa.

Contoh Paradigma Perilaku Sosial dalam Masyarakat

Contoh paradigma perilaku sosial di masyarakat sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Berikut ini 10 contoh paradigma perilaku sosial dalam masyarakat:

  • Slamet ikut bekerja bakti di masyarakat karena pada hari sebelumnya diingatkan oleh kepala lurah.
  • Subarkah menjaga perilakunya dengan baik setelah pada malam sebelumnya ia dicemooh karena dianggap tidak baik tingkahnya pada sesama.
  • Warga desa menjaga pos ronda secara bergantian di malam hari untuk mengantisipasi maling, setelah adanya kasus di minggu sebelumnya.
  • Seluruh warga melakukan iuran untuk mengadakan lomba 17 Agustus, karena setiap hari Pak RT selalu mengingatkan itu.
  • Jarkoni tidak menyetel musik dengan keras melebihi jam 8 malam, karena tetangganya dapat terganggu.
  • Jumiyati tidak mau lagi membuang sampah di selokan karena setiap kali terjadi banjir, sampah masuk ke rumahnya.
  • Pak Runi selalu menaati peraturan yang ada di lingkungan RT karena Pak RT setiap hari melakukan sosialisasi agar masyarakat menaati aturan.
  • Jupri dan Sunar enggan bermain di luar rumah setiap kali terjadi banjir. Sebab, setiap banjir ada banyak paku atau benda tajam yang berserakan di bawah, dan mereka tidak bisa melihatnya.
  • Bu Bondan dan Bu Supri tidak mau bergunjing lagi. Sebab, pekan lalu ada yang mengadu kepada Pak RT, sehingga Bu Bondan ditegur olehnya.
  • Setelah membantu masyarakat di desanya dengan memberikan beras, Sumaryanto enggan melakukannya lagi, karena ternyata masyarakat di sana sama sekali tidak menghormatinya.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin