tirto.id - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, akan menanyakan fenomena ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Bali yang belum bisa membaca kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti. Hetifah mengatakan Komisi X DPR RI telah menjadwalkan rapat kerja dengan Kemendikdasmen pada Selasa (22/4/2025) hari ini.
"Nanti kan kalau saya sebagai Ketua Komisi X ya, kebetulan besok memulai Raker dengan Mendikdasmen," kata Hetifah di acara Kesatuan Perempuan Partai Golkar, Hotel Pullman, Jakarta Barat, Senin (21/4/2025) malam.
Dia menegaskan bahwa isu pendidikan tersebut perlu mendapat atensi serius dari pengambil kebijakan di internal pemerintah. Hal itu diharapkan agar masalah serupa tak terulang kembali di waktu mendatang dan di tempat lain.
"Tentu saja salah satu isu serius adalah terkait dengan pendidikan. Ya, pendidikan seperti kita ketahui, ratusan anak ya, nah itu membutuhkan satu keseriusan," katanya.
Hetifah menerangkan untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan sudut pandang luas. Sehingga, dapat diidentifikasi apa masalah anak-anak di Buleleng, dan apakah ada fasilitas negara yang belum memadai untuk mereka belajar.
"Mengapa ada sejumlah orang di suatu tempat mengalami satu persoalan seperti itu? Sebetulnya akar masalahnya apa? Apakah itu terkait dengan pengajarnya? Apakah terkait fasilitas yang tidak mereka bisa nikmati? Atau mungkin juga ada masalah-masalah lain yang lebih serius?" kata Hetifah.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng mencatat ada 363 siswa SMP, baik sekolah swasta maupun negeri, yang tidak lancar membaca dan tidak bisa membaca di kabupaten tersebut.
Angka ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak lancar membaca (TLM) sebanyak 208 siswa SMP dan tidak bisa membaca (TBM) sebanyak 155 siswa SMP. Total seluruh siswa SMP di Kabupaten Buleleng adalah 34.062 orang.
“Kurang lebih dari sekitar 60 sekolah. Jadi sebarannya tersebar di beberapa sekolah, tidak di satu sekolah. Persentase dari 34 ribu sekian siswa SMP di Buleleng yang kemampuan membacanya rendah itu 0,011 persen,” kata Sekretaris Disdikpora Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Gde Surya Bharata, Senin.
Penyebab dari ratusan siswa SMP tidak bisa membaca tersebut bermacam-macam. Dari data yang dihimpun oleh Disdikpora Kabupaten Buleleng, sebanyak 45 persen karena kurangnya motivasi belajar, 21 persen karena kekurangan dukungan keluarga atau orang tua, 19 persen karena disleksia, 10 persen karena disabilitas, dan 5 persen karena pembelajaran tidak tuntas.
“Itu ada yang disebabkan karena belum tuntasnya belajar, ada berikutnya faktor disleksia, sudah memang ada bawaan sejak lahir. Ada juga keterlambatan (membaca) dan difabel. Ada juga yang istilahnya kondisi keluarga yang memengaruhi dan ada juga yang dipengaruhi oleh faktor motivasi dari siswa itu sendiri,” kata Ida.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto