Menuju konten utama

Contoh Paradigma Fakta Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh paradigma fakta sosial dalam kehidupan sehar-hari bisa ditemukan di sekolah, tempat kerja, dan layanan kesehatan. Simak penjelasannya berikut ini.

Contoh Paradigma Fakta Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
Jamaah calon haji Kloter 2 UPG menaiki bus yang akan membawa ke Arafah di Syisyah, Mekah, Arab Saudi, Senin (26/6/2023). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/tom.

tirto.id - Dalam ilmu sosiologi terdapat tiga paradigma yang digunakan untuk menjelaskan suatu permasalahan sosial.

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan Thomas Kuhn dalam karyanya, The Structure of Scientific Revolution (1962).

Melalui karyanya, yang telah menempati posisi struktural di tengah-tengah perkembangan sosiologi selama kurang lebih dua dekade, Thomas Kuhn menawarkan cara pandang kepada para sosiolog dalam mempelajari disiplin ilmu sosiologi.

Cara pandang itulah yang disebut paradigma, yakni model kerangka berpikir yang berlaku dalam suatu ilmu pengetahuan.

George Ritzer, dalam buku Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975), menjelaskan bahwa sosiologi memiliki menggunakan berbagai paradigma, yang melahirkan banyak perspektif dan teori. Ia membagi paradigma itu menjadi tiga yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial.

Lantas, apa yang dimaksud paradigma fakta sosial?

Apa itu Paradigma Fakta Sosial dalam Sosiologi?

Paradigma fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu realitas atau kenyataan yang mandiri. Artinya, mereka terlepas dari sikap individual dari masing-masing anggota yang ada di dalamnya.

Kenyataan atau realitas di dalam masyarakat diyakini sebagai struktur yang punya sistem pengorganisasian, peraturan, pranata, nilai, pembagian kekuasaan, dan kewenangan. Semua itu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.

Paradigma fakta sosial dalam sosiologi diperkenalkan oleh Emile Durkheim, Bapak Sosiologi Modern, melalui karyanya, The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Ia menempatkan paradigma tersebut sebagai landasan untuk memisahkan pengaruh filsafat dan psikologi dalam ilmu sosiologi.

Dengan demikian, sosiologi memiliki wilayah penyelidikan serta memperoleh kedudukan sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri.

Menurut Durkheim, objek penyelidikan sosiologi dalam paradigma fakta sosial adalah fakta sosial itu sendiri, yang mencakup struktur sosial dan pranata sosial. Lingkupnya tidak hanya sesuatu yang bersifat indrawi, melainkan juga non-indrawi.

Fakta sosial yang bersifat non-indrawi bisa berupa norma, aturan, pemerintah, peran sosial, status sosial, dan kelas sosial.

Sebagai misal, orang yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu akan terpengaruh oleh kenyataan di dalamnya. Sebab, kenyataan yang berlaku dalam struktur masyarakat akan memaksa individu mengubah tindakan atau sikapnya, baik secara langsung maupun tidak. Seseorang tidak bisa melakukan sesuatu atau bersikap sekehendaknya jika sedang berada di dalam masyarakat.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa struktur dalam masyarakat bisa dipakai untuk memahami pemikiran individu dalam perannya sebagai anggota masyarakat.

Contoh Penggunaan Paradigma Fakta Sosial di Keseharian

Contoh penggunaan paradigma fakta sosial banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh penggunaan paradigma fakta sosial dalam beberapa aspek:

1. Sekolah

Ketika hari senin, seorang siswa sekolah dasar dikenai aturan mengikat untuk menggunakan seragam merah putih. Contoh lainnya adalah tidak boleh berisik ketika mengikuti pelajaran, tidak boleh membolos, dan tidak boleh terlambat datang ke sekolah. Dengan demikian, siswa tidak bisa bersikap sekehendaknya jika berada dalam lingkup sekolah.

2. Keagamaan

Ketika khatib menyampaikan khotbah dalam ibadah salat Jumat, terdapat norma yang mengharuskan jemaah tidak berbicara, mengobrol, dan berisik. Dengan demikian, orang yang termasuk bagian dalam jemaah tidak bisa sekehendaknya bersikap, misalnya, dengan berbicara sendiri. Secara langsung maupun tidak langsung ia harus menaati kenyataan dalam kumpulan tersebut.

Contoh penggunaan paradigma fakta sosial dari segi agama juga bisa dilihat dalam ritus ibadah haji. Kenyataan di suatu kumpulan masyarakat yang melaksanakan ibadah haji memperlihatkan pakaian tertentu yang dikenakan orang-orang. Itu sesuai dengan syariat sehingga seseorang tidak bisa seenaknya memakai pakaian, dan secara langsung maupun tidak langsung akan mematuhi sesuai aturan.

3. Tempat Kerja

Dalam standar operasional prosedur (SOP) pegawai negeri sipil, ada norma yang mengatur jam kerja, ketentuan izin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seorang pegawai baru, misalnya, tidak bisa seenaknya masuk di luar jam yang sudah ditentukan, dalam artian terlambat. Ia juga secara langsung maupun tidak langsung akan terbiasa mengikuti aturan tersebut, termasuk soal izin bekerja.

4. Kesehatan

Suasana di rumah sakit umumnya hening dan tenang. Hal ini karena pihak rumah sakit menetapkan aturan atau norma dengan tujuan agar pasien tidak terganggu. Dengan demikian, seseorang yang hendak menyambangi saudara yang sedang sakit akan mengikuti aturan tersebut. Tidak mungkin ia dengan sikap seenaknya berteriak atau berisik di lingkungan rumah sakit.

Contoh lainnya adalah pemberlakuan mengenakan masker saat terjadi polusi tingkat tinggi di suatu wilayah. Semua orang diwajibkan mengenakannya jika berada di luar ruangan. Seseorang secara langsung maupun tidak langsung harus mematuhi kenyataan yang ada di masyarakat itu.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin