tirto.id - Ilmu sosiologi memiliki cakupan beberapa sifat di dalamnya yaitu empiris, teoretis, kumulatif, dan non-etis. Apa yang dimaksud non-etis dalam sosiologi?
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat. Oleh sebab itu, sosiolog akan mendalami gejala sosial yang muncul di masyarakat.
Dari gejala sosial, sosiolog melakukan observasi hingga menyusun abstraksi hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan. Setiap teori baru akan memperbaiki, memperluas, hingga memperhalus teori lama. Tak hanya itu, sosiologi memiliki sifat non-etis yang lebih objektif ketika menanggapi fenomena yang ditemukan.
Apa yang Dimaksud dengan Sosiologi Bersifat Non-Etis?
Non-etis dalam sosiologi adalah sifat yang dipergunakan pada pengamatan dan penelitian sosiologi dengan tidak memandang baik-buruk, benar-salah, atau alasan moral lain atas gejala sosial yang terjadi. Sosiologi melihat gejala sosial dengan mengkajinya lebih objektif dan netral.
Saat sebuah gejala sosial muncul, perspektif sosiologi akan mendeskripsikan berbagai temuan dari gejala sosial tersebut dari kacamata hukum kausalitas atau sebab-akibat. Misalnya, "Mengapa hal tersebut terjadi?", "Apa penyebabnya?", "Bagaimana cara seseorang atau masyarakat merespons?", dan sebagainya.
Dengan demikian, sosiologi tidak memberikan penilaian baik dan buruk atas sebuah fakta atau gejala sosial. Ilmu ini menempatkan diri sebagai pihak yang netral secara moral. Fokus kajiannya yaitu menjelaskan gejala sosial tanpa melakukan penghakiman.
Ciri-Ciri Sosiologi Non-Etis
Ciri sosiologi non-etis adalah terlihat pada cara sosiologi memperlakukan sebuah gejala sosial. Setidaknya ada lima hal yang akan dilakukan sosiologi pada temuan fenomena, yaitu:
1. Bersifat objektif
Setiap fenomena pada gejala sosial akan dinilai berdasarkan data dan fakta. Sosiologi tidak melibatkan emosi pribadi di dalamnya sehingga hasil kajian bukanlah anggapan tentang baik atau buruk.2. Tidak melibatkan pembahasan secara moral
Saat menganalisis gejala sosial, sosiologi tidak memasukkan unsur nilai agama, budaya, hingga pandangan pribadi. Hukum sebab-akibat atas terjadinya sebuah fenomena yang lebih menjadi perhatian3. Melakukan analisis tanpa menghakimi
Sosiologi akan mempelajari semua temuan gejala sosial secara ilmiah. Sebuah fenomena dikaji secara tuntas, sekalipun masyarakat menganggap sesuatu dinilai buruk untuk dilakukan seseorang.4. Kajian lebih fokus pada alasan terjadinya gejala sosial
Sosiologi menekankan pada bahasan tentang mengapa dan bagaimana gejala sosial terjadi. Contohnya, saat sosiolog melakukan kajian terhadap kriminalitas, ia tidak fokus untuk menyebut pelaku dan tindakannya sebagai hal jahat.Di sisi lain, sosiolog mencari tahu tentang alasan kejahatan itu terjadi, dampaknya, hingga cara masyarakat meresponnya. Tidak ada sisi moral yang dilibatkan.
5. Tidak memaksakan solusi
Sosiologi memberikan data dan pemahaman atas sebuah fenomena dalam gejala sosial. Solusi seperti kebijakan ataupun keputusan moral sepenuhnya dilakukan pihak lain seperti pemerintah atau masyarakat. Sosiolog tidak masuk ke ranah pengambilan solusi tersebut.Contohnya, saat sosiolog melakukan kajian terhadap kriminalitas, ia tidak fokus untuk menyebut pelakunya sebagai orang jahat. Sosiolog akan mencari tahu tentang alasan kejahatan itu terjadi, dampaknya, hingga cara masyarakat meresponnya.
Apa yang terjadi apabila sosiologi tidak memiliki ciri non etis? Jika sosiologi tidak menerapkan sifat non-etis, maka ilmu yang diperoleh menjadi tidak objektif. Datanya pun menjadi tidak bisa dipertanggungjawabkan karena melibatkan emosi atau pandangan pribadi peneliti.
Di samping itu, sosiologi juga bisa kehilangan ciri ilmiahnya saat membahas gejala sosial. Pengaruhnya pada keilmuan, sosiologi yang tidak menerapkan non-etis akan menghambat pemahaman yang lebih luas dan mendalam atas terjadinya gejala sosial.
Contoh Sifat Non-Etis Sosiologi dalam Kehidupan Sehari-hari
Sifat non-etis sosiologi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh para sosiolog. Dalam pandangan sosiolog, setiap gejala sosial yang muncul merupakan objek yang menarik untuk dikaji. Contoh non-etis dalam sosiologi seperti berikut:
- Seorang sosiolog menemukan gejala sosial bahwa sebagian remaja SMA kerap membolos lalu pergi ke rental konsol untuk bermain game. Sikap sosiolog tersebut yaitu menganalisis penyebab para remaja membolos dari faktor keluarga, pengaruh pertemanan, hingga kehidupan di lingkungan sekolah. Sosiolog tersebut tidak menghakimi mereka sebagai anak-anak nakal dan malas.
- Di sebuah desa kerap ditemui adanya pernikahan usia muda. Bagi sosiolog, gejala sosial ini akan dikaji mengenai latar belakang budya, pendidikan, faktor ekonomi, hingga tekanan sosial yang mungkin menjadi penyebab.
- Di sebuah kota muncul fenomena komunitas LGBT yang bergerak secara diam-diam. Sifat non-etis yang dilakukan sosiolog yaitu meneliti latar belakang pembentukan komunitas tersebut, respons masyarakat, hingga penyebab anggota komunitas masuk ke lingkungan LGBT.
Penulis: Marhamah Ika Putri
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar