Menuju konten utama
IPS Ekonomi-Kurikulum Merdeka

Cara Bertindak Ekonomis: Skala Prioritas dan Literasi Keuangan

Literasi keuangan dan skala prioritas bisa mewujudkan kesejahteraan. Simak ulasan tentang cara bertindak ekonomis skala prioritas dan literasi keuangan.

Cara Bertindak Ekonomis: Skala Prioritas dan Literasi Keuangan
Ilustrasi. FOTO/Dok. Bank bjb

tirto.id - Cara bertindak ekonomis memerlukan literasi keuangan dan skala prioritas. Kedua hal ini terkait dengan cara mengelola uang dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut KBBI, ekonomis berarti “hati-hati dalam pengeluaran uang, barang, tidak boros, hemat.” Maka, cara bertindak ekonomis adalah cara pembelanjaan uang dan penggunaan barang yang dilakukan secara hati-hati.

Cara bertindak ekonomi perlu sikap hati-hati sekaligus rasional dalam mempertimbangkan hasil dan risiko. Lydia Goenadhi dan Nobaiti dalam buku Pengantar Ekonomi Mikro (2017) menyebut, bertindak secara ekonomis berarti melakukan tindakan sesuai prinsip ekonomi, yakni memperoleh hasil maksimal sesuai target dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.

Sementara itu, cara bertindak ekonomis skala prioritas dan literasi keuangan melahirkan tindakan ekonomi yang didasari perencanaan matang. Dengan begitu, penerapan prinsip ekonomi bisa lebih terukur dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan secara maksimal.

Ilustrasi mudahnya, dalam kehidupan sehari-hari, banyak jenis kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Manusia butuh makan, rumah, kendaraan, hiburan, pakaian, dan masih banyak lagi. Namun, setiap orang harus berpikir, apa kebutuhan yang harus terlebih dulu dipenuhi sesuai dengan kemampuan ekonominya dan bagaimana cara memenuhinya?

Dalam konteks tersebut, literasi keuangan dan skala prioritas diperlukan sebagai bagian dari cara bertindak ekonomis. Nah, apa pengertian literasi keuangan dan skala prioritas serta bagaimana contohnya? Simak penjelasan lebih lanjut di bawah ini!

Skala Prioritas dalam Bertindak Ekonomis dan Contohnya

Pengertian skala prioritas artinya menentukan kadar pentingnya sesuatu melebihi sesuatu yang lain. Di ilmu ekonomi, skala prioritas adalah urutan kebutuhan yang harus dipenuhi, terutama dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan tingkat urgensinya.

Dengan skala prioritas, kebutuhan paling mendesak akan lebih didahulukan. Contoh, bagi kebanyakan orang, kebutuhan makan-minum harus lebih diutamakan daripada beli hape atau berlibur. Sebab makan-minum merupakan kebutuhan pokok, dan jika tidak dipenuhi, orang bisa mati. Sebaliknya, beli hp baru atau berwisata adalah kebutuhan hiburan yang dapat ditunda pemenuhannya.

Skala prioritas mengarahkan seseorang saat bertindak memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu, perilaku konsumtif serta pengeluaran uang untuk kebutuhan yang kurang penting bisa dihindari.

Contoh Skala Prioritas Kebutuhan

Langkah cara bertindak ekonomis melalui skala prioritas, dimulai dengan penilaian tingkat kepentingan dari kebutuhan tersebut. Kebutuhan paling penting dan mendesak harus jadi prioritas pertama.

Penentuan skala prioritas juga perlu mempertimbangkan peluang yang akan datang dan masa depan ekonomi. Kesempatan memiliki kehidupan yang lebih baik pada masa depan harus dipertimbangkan saat menyusun skala prioritas kebutuhan.

Contoh skala prioritas kebutuhan terdiri dari urutan berikut:

  1. Kebutuhan penting dan mendesak: bensin, makan, bayaran sekolah, transport, dll.
  2. Kebutuhan penting tapi tidak mendesak: alat perawatan, rekreasi, hiburan, dll.
  3. Kebutuhan tidak penting tapi mendesak: beli HP karena hape lama sudah rusak.
  4. Kebutuhan tindak penting dan tidak mendesak: beli hape baru padahal perangkat yang lama masih berfungsi, beli motor baru karena ada model anyar keluar meski kendaraan lama masih berfungsi, beli baju baru untuk sekadar koleksi, dll.

Literasi Keuangan dalam Bertindak Ekonomis dan Contohnya

Literasi keuangan merujuk pada kemampuan mengelola uang secara tepat sehingga bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi. Jika skala prioritas terkait dengan pemilahan kebutuhan, literasi keuangan memengaruhi cara memenuhinya.

Mengutip majalah Edukasi Konsumen terbitan Otoritas Jasa Keuangan (Edisi September, 2024), literasi keuangan adalah keterampilan dan pengetahuan yang membuat keputusan dalam pengelolaan keuangan menjadi berkualitas dan dapat mewujudkan kesejahteraan.

Secara lebih sederhana, D. L. Remund melalui Financial literacy explicated: The case for a clearer definition in an increasingly complex economy dalam Journal of Consumer Affairs (2010) mendefinisikan literasi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan menangani masalah keuangan.

Istilah ini sering disandingkan dengan inklusi keuangan yang mengacu pada ketersediaan akses terhadap produk dan layanan keuangan pendukung kesejahteraan masyarakat.

Pengetahuan tentang literasi keuangan memberikan gambaran terhadap bagaimana uang digunakan dan cara mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan secara tepat. Maka itu, literasi keuangan membantu orang mengelola uang secara tepat agar bisa memanfaatkan peluang menjadi lebih sejahtera.

Contoh Literasi Keuangan

D.L. Remund (2010) menerangkan, terdapat empat bagian dalam literasi keuangan, yakni memahami masalah keuangan, bisa mengelola penganggaran, mengatur tabungan, dan melakukan investasi atau mengakses pinjaman.

Dalam praktiknya, literasi keuangan membantu seseorang untuk mengatur manajemen keuangan pribadinya, merencanakan pengeluaran dan tabungan dalam jangka panjang, melakukan investasi, mengelola utang, serta merancang pensiun atau financial freedom.

Di antara contoh literasi keuangan adalah menabung dengan benar, investasi secara tepat dan aman, utang untuk kegiatan produktif, mengakses layanan keuangan, dan lainnya.

Penjelasan tentang sejumlah contoh literasi keuangan sebagai berikut:

1. Kesadaran menambung dan pengetahuan tentang beragam jenis tabungan

Menabung merupakan aktivitas penting dalam ekonomi. Dengan menabung, seseorang dapat merencanakan masa depannya secara lebih baik. Tanpa menabung, uang segera ludes, sementara kemampuan bekerja dan kesempatannya datang pada momen tertentu saja. Saat sudah sudah tua renta, kemampuan mencari uang tentu merosot.

Di sisi lain, tabungan tidak lagi sesederhana zaman dulu, saat uang sekadar dikumpulkan dan disimpan. Tabungan tradisional jelas tidak efektif karena nilai uang terus menurun seiring dengan laju inflasi. Saat harga barang naik, nilai uang bakal menurun. Nilai uang Rp1 juta pada 2024 tentu lebih rendah daripada Rp1 juta pada tahun 2005.

Maka itu, memahami beragam jenis tabungan penting untuk mendukung kesejahteraan. Saat ini, ada banyak macam cara menabung yang efektif. Misalnya, menabung dengan emas yang nilainya stabil, menabung di bank yang relatif lebih aman, menabung dengan membeli aset (seperti tanah/rumah), dan lain sebagainya.

2. Kesadaran dan pengetahuan untuk berinvestasi

Kesadaran untuk menginvestasikan uang bisa membantu peningkatan kesejahteraan. Tak hanya itu, banyaknya investasi akan memengaruhi kemajuan ekonomi suatu negara.

Secara sedehana, investasi adalah cara menggandakan uang agar nilainya tidak surut seiring perkembangan waktu. Jika uang Rp10 juta pada tahun 2005 diinvestasikan dengan membeli emas atau tanah, nilainya pada tahun 2024 akan berkembang berlipat-lipat.

Orang zaman dulu mungkin memiliki cara investasi yang terbatas. Umumnya investasi dilakukan dengan membeli aset berharga (emas, perhiasan, tanah, sawah). Sementara itu, saat ini ada banyak cara investasi. Literasi keuangan mengajarkan agar orang memanfaatkan berbagai instrumen investasi (alat berinvestasi) yang aman dan legal.

Contoh instrumen investasi yang kini makin populer adalah saham, reksadana, obligasi, surat berharga negara, deposito, hingga kripto. Jika tidak berminat dengan jenis-jenis investasi di pasar keuangan tersebut, tiap orang bisa memakai cara lama tapi efektif, yakni menginvestasikan uang untuk membuka usaha atau bisnis.

Kemauan berinvestasi secara efektif saja tidak cukup. Literasi keuangan juga dibutuhkan agar kegiatan investasi dilakukan secara aman dan legal. Ketika masih banyak kasus penipuan investasi terjadi, itu tanda literasi keuangan masyarakat masih rendah.

3. Pengetahuan tentang pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif

Banyak orang pada masa lalu ataupun sekarang berutang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Misalnya, utang untuk beli motor, mobil, makan sehari-hari, bahkan kegiatan hiburan. Sayangnya, cara berutang demikian tidak memberi manfaat pada peningkatan kesejahteraan karena uang habis untuk konsumsi.

Literasi keuangan mengajarkan agar utang dipakai untuk hal-hal yang produktif. Misalnya, utang untuk modal usaha, membeli aset tanah atau rumah, atau biaya pendidikan. Selain itu literasi keuanganmengajarkan cara berutang yang aman dan legal, seperti lewat bank atau lembaga keuangan resmi yang diawasi oleh OJK.

Saat ini, saat masih banyak orang terjerat utang pinjol (pinjaman online), bahkan yang ilegal, artinya kualitas literasi keuangan masih rendah.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan, literasi keuangan dan skala prioritas merupakan faktor pendukung cara bertindak ekonomis yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Cara bertindak ekonomis skala prioritas dan literasi keuangan membantu seseorang memenuhi kebutuhannya tanpa harus mengorbankan kesempatan untuk menjadi lebih sejahtera.

Baca juga artikel terkait ILMU EKONOMI atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Edusains
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Addi M Idhom