Menuju konten utama
Perang Rusia-Ukraina

Apa Itu Neo-Nazi, Sejarah, & Kenapa Rusia vs Ukraina Konflik?

Apa itu Neo-Nazi yang dilontarkan Vladimir Putin, bagaimana sejarahnya, dan kenapa Rusia vs Ukraina konflik hingga perang?

Apa Itu Neo-Nazi, Sejarah, & Kenapa Rusia vs Ukraina Konflik?
Nazi Jerman tahun 1933.FOTO/AP

tirto.id - Tudingan Neo-Nazi dilontarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam suasana perseteruan perang dengan Ukraina pada Jumat (4/3/2022). Lantas, apa itu Neo-Nazi dan bagaimana sejarahnya? Serta kenapa Rusia vs Ukraina konflik hingga terjadi perang?

Rusia mengerahkan kekuatan militer ke Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) lalu. Putin menganggap Ukraina sebagai ancaman dan berdalih melindungi warga sipil. Ia juga menuding Amerika Serikat dan sekutunya yang memicu keputusan tersebut karena mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.

Terbaru, seperti diwartakan AFP pada Jumat (4/3/2022), Putin menyatakan bahwa pihaknya sedang memerangi Neo-Nazi di Ukraina. Ia menegaskan pula bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu rumpun bangsa.

"Kami berperang melawan Neo-Nazi. Saya tidak akan pernah menyerah kepada keyakinan saya bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu bangsa," tandas penguasa Rusia ini.

Vladimir Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara peletakan bunga memperingati 78 tahun dicabutnya pengepungan Lenigrad dalam Perang Dunia ke-2 di Piskaryovskoye Memorial Cemetery di Saint Petersburg, Rusia, Kamis (27/1/2022). ANTARA FOTO/Sputnik/Aleksey Nikolskyi/Kremlin via REUTERS/aww/cfo

Apa yang Dimaksud Neo-Nazi dan Bagaimana Sejarahnya?

Neo-Nazi atau Neo-Nazisme adalah ideologi yang muncul setelah Perang Dunia II dengan misi menghidupkan kembali Nazisme. Seperti diketahui, Nazi (Nationalsozialismus) atau Nasional Sosialisme merujuk kepada ideologi Partai Nazi atau Partai Pekerja Nasionalis Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler.

Nazi juga merupakan ideologi yang dianut pemerintahan Jerman pada 1933 hingga 1945. Adolf Hitler memerintah rezim totaliter di Jerman atau Reich Ketiga yang menekankan kemurnian ras orang-orang Jerman sekaligus menyingkirkan kaum yang lain.

Golongan yang dibenci Nazi antara lain kaum Yahudi, Slavia, Rom, kelompok homoseksual, kelompok Saksi-Saksi Yehuwa, orang-orang cacat mental atau fisik, dan komunis.

Adolf Hitler menjalankan ideologinya di Jerman dengan cara kekerasan, bahkan melakukan pembantaian sistematis terutama terhadap orang-orang Yahudi, sehingga memantik pecahnya Perang Dunia II.

Lantas, apa itu Neo-Nazi?

Kathlyn Gay dalam Neo-Nazis: A Growing Threat (1997) memaparkan, Neo-Nazisme mengacu kepada gerakan militan, sosial, dan politik setelah Perang Dunia II yang berusaha untuk menghidupkan kembali dan mengembalikan ideologi Nazi.

Neo-Nazi, lanjut Kathlyn Gay lewat bukunya, menggunakan ideologi mereka untuk mempromosikan kebencian dan supremasi kulit putih, menyerang ras dan etnis minoritas, dalam beberapa kasus untuk menciptakan negara fasis.

memperingati 73 tahun kemenangan Nazi Jerman

Warga mengikuti upacara tabur bunga, saat memperingati 73 tahun kemenangan atas Nazi Jerman pada Perang Duni Kedua, di tugu peringatan di desa Ryzdvyanyi dekat Stavropol, Rusia, Selasa (8/5/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Eduard Korniyenko

Golongan penganut Neo-Nazi mengusung idealisme yang berbeda-beda, termasuk kesetiaan terhadap Adolf Hitler, antisemitisme, rasisme, xenophobia, nasionalisme, juga militerisme.

Neo-Nazi biasanya memakai simbol atau lambang Jerman Nazi, seperti swastika, Sig Rune, dan warna-warna merah-putih-hitam seperti saat Jerman Nazi era Hitler masih berjaya.

Dikutip dari artikel “What is Right-Wing Extremism?” dalam arsip Wayback Machine (2018), Neo-Nazisme juga dianggap sebagai bentuk khusus politik sayap kanan atau gerakan ekstrem sayap kanan.

Sejarah Kemunculan Neo-Nazi di Eropa

Ideologi Neo-Nazi tidak hanya berkembang di Jerman setelah rezim Hitler runtuh, namun juga di luar Jerman, bahkan termasuk di negara-negara yang dulu berperang melawan Nazi-Jerman selama Perang Dunia II.

Dalam konteks Rusia, isu Neo-Nazi juga pernah terdengar. Usai bubarnya Uni Soviet pada 1991, Neo-Nazi mulai menyebarkan ide-idenya di kawasan Eropa Timur sebagai bentuk perlawanan terhadap kemenangan liberal.

Di Rusia kala itu, para pendukung Neo-Nazi dipersatukan oleh penentangan kepada pengaruh Amerika Serikat dan liberalisasi ala Mikhail Gorbachev, pemimpin Uni Soviet terakhir. Sentimen anti-Yahudi yang digaungkan oleh kelompok Neo-Nazi juga kembali mengemuka pada masa-masa ini.

Adolf Hitler

Adolf Hitler ditampilkan saat reli Nazi, 13 September 1932. FOTO/AP

Dalam “Horrific Documentary on Russian Neo-Nazis Part 1" (2010) terungkap bahwa ada beberapa gerakan Neo-Nazi di Rusia yang secara terbuka mengagumi Adolf Hitler dan memakai swastika sebagai simbol.

Ciri-ciri Neo-Nazi di Rusia antara lain bersifat rasisme, antisemitisme, homofobia, Islamofobia dan xenofobia ekstrem terhadap orang-orang dari Asia.

Tidak hanya di Rusia, semangat Neo-Nazi pada dekade 1990-an tersebut juga terindikasi di negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya, seperti Latvia, Estonia, dan Ukraina.

Di Ukraina, dinukil dari laporan Rachel Ehrenfeld bertajuk “Svoboda Fuels Ukraine’s Growing Anti-Semitism” dalam The Algemeiner (2013), berdiri Partai Sosial-Nasional pada 1991 yang menggabungkan nasionalisme radikal dan Neo-Nazi.

Neo-Nazi juga sempat menjangkiti banyak negara lain di belahan Eropa lainnya, seperti Italia, Prancis, Finlandia, Kroasia, Serbia, Hongaria, Rumania, Slovakia, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Republik Ceko, Yunani, Polandia, Irlandia, Belanda, Spanyol, Swedia, bahkan Swiss dan Britania Raya.

Kenapa Rusia dan Ukraina Konflik?

Ukraina dan Rusia memang terikat sejarah panjang sejak berabad-abad silam. Ketika Uni Soviet masih berdiri di bawah kendali Rusia, Ukraina termasuk salah satu negara yang tergabung di dalamnya.

Hingga akhirnya, Ukraina menjadi negara yang merdeka setelah Uni Soviet runtuh pada 1991. Kendati begitu, Ukraina masih kerap terlibat polemik atau ketegangan dengan Rusia.

Polemik tersebut terutama terjadi pada era pemerintahan Presiden Ukraina ke-2, yakni Viktor Yushchenko (2005-2010). Salah satu penyebabnya adalah karena Yushchenko lebih merapat ke Uni Eropa ketimbang dengan Rusia.

Ketegangan meningkat lantaran Krisis Krimea tahun 2014. Kawasan Semenanjung Krimea yang semula berada di wilayah Ukraina dianeksasi oleh Rusia. Dilaporkan BBC News (13 November 2014), Krisis Krimea memicu kerusuhan serta perpecahan di Ukraina bagian timur dan selatan.

Tanggal 11 Mei 2014, gerakan separatis di Ukraina mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk. Dua wilayah inilah yang menjadi pemicu terjadinya kembali konflik Ukraina vs Rusia sejak tahun 2021 dan memicu perang pada Februari 2022 ini.

Donetsk dan Lugansk, yang termasuk dalam area bernama Donbas, dihuni oleh mayoritas warga yang dekat dengan kultur Rusia. Ratusan ribu rakyat Donbas bahkan sudah berstatus sebagai warga negara Rusia.

Tentara Ukraina

Seorang praujurit membawa senapan mesin di parit dalam keadaan siaga di garis depan dekat desa Travneve, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin (21/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich/WSJ/djo

Serangan Rusia oleh Putin diklaim untuk melindungi warga sipil di Ukraina. Putin juga memperingatkan kepada negara-negara lain untuk tidak mengganggu misi Rusia di Ukraina. Jika tidak, ada ancaman mengerikan yang dilontarkan oleh Presiden Rusia tersebut.

“Kepada siapa pun yang akan mempertimbangkan untuk ikut campur dari luar, jika Anda melakukannya, Anda akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar daripada yang pernah Anda hadapi dalam sejarah. Semua keputusan yang relevan telah diambil. Saya harap Anda mendengar saya,” tandas Putin.

Pihak Ukraina tidak tinggal diam dan membalas pernyataan perang oleh Rusia. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Oleg Nikolenko, Ukraina menegaskan akan memberikan perlawanan dan mempertahankan kemerdekaan tanah air mereka.

"Ini merupakan tindakan perang, suatu serangan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, sebuah pelanggaran menjijikkan terhadap Statuta PBB, norma, juga prinsip hukum internasional," tukas Nikolenko, dilansir CNN, Kamis (24/2/2022).

"Kami harus melawan penyerang dan mempertahankan tanah Ukraina sekuat mungkin," tegasnya.

Hingga saat ini, serangan Rusia ke beberapa kota di Ukraina masih berlangsung dan sudah memakan korban. Banyak pihak dari seluruh dunia yang menyerukan kepada Rusia agar menghentikan agresinya dan menghormati kedaulatan Ukraina.

Baca juga artikel terkait PERANG RUSIA VS UKRAINA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Yantina Debora