tirto.id - Perang Dunia I pertama kali meletus di Eropa pada tanggal 1 Agustus 1914, peristiwa ini ditenggarai akibat terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand pada 28 Juni 1914. Ferdinand terbunuh di Sarajevo, Bosnia yang merupakan wilayah kekuasaan Serbia.
Hal tersebut yang, kemudian membuat pihak Kerajaan Austria-Hungaria menuduh Serbia sebagai dalang dari terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand. Serbia yang tidak terima atas tuduhan tersebut menyerang balik Austria-Hungaria, hingga pada akhirnya imbas keributan dua Kerajaan ini diikuti dengan keributan sekutu mereka.
Peristiwa Perang Dunia I yang berlangsung selama kurang lebih 4 tahun, memberikan pengaruh yang luar biasa bagi negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Lantas, pengaruh apa saja yang dirasakan Indonesia akibat Perang Dunia I? Berikut ulasannya.
Peristiwa Perang Dunia I di Eropa
Dalam perjalanan peristiwa di dunia ini, sudah tentu ada sebab-akibat yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Mengutip dari Zia Ulhaq dalam Sejarah (2020: 4-6), menjelaskan bahwa terdapat faktor umum dan khusus terjadinya Perang Dunia I, yaitu:
Penyebab Umum Perang Dunia I
- Persaingan industri dan kekuatan militer antara negara Jerman dan Inggris;
- Politik aliansi (kelompok/koalisi) antar negara-negara;
- Etnosentrisme yang berlebihan.
Secara garis besar, penyebab khusus Perang Dunia I menurut Zia Ulhaq ialah peristiwa pembunuhan yang terjadi kepada Pangeran Franz Ferdinand di Sarejevo pada 28 Juni 1914. Pelaku yang disinyalir menjadi pembunuh Ferdinand ialah Gavrilo Princip yang merupakan seorang nasionalis Serbia.
Pembunuhan tersebut, membuat Franz Joseph (Kaisar Austria) marah besar dan menuding bahwa pembunuhan anaknya pasti didalangi oleh organisasi teroris yang disokong oleh para pejabat militer Serbia. Pihak Austria-Hungaria, kemudian menyatakan perang kepada Serbia.
Peperangan yang mulanya terjadi antara Austria-Hungaria dan Serbia menjadi perang besar, karena para sekutu mereka seperti Jerman (sekutu Austria-Hungaria) dan Rusia (Sekutu Serbia) ikut terlibat dalam perang tersebut.
Negara-Negara Pelaku Perang Dunia I
Triple Alliance:
Jerman
Austria-Hongaria
Turki Usmani
Bulgaria
Triple Entente:
Inggris
Prancis
Serbia
Rusia
Itali (setelah keluar dari Triple Alliance)
Yunani
Portugal
Rumania
Amerika Serikat.
Pengaruh Perang Dunia I Bagi Indonesia
Setiap peristiwa yang berlangsung dalam kehidupan di dunia, pastinya memiliki pengaruh terhadap pihak lain. Begitu juga dengan peristiwa Perang Dunia I yang terjadi di Eropa, namun berpengaruh kepada negara-negara di kawasan Asia-Afrika.
Berikut ini penjelasan terkait pengaruh Perang Dunia I khususnya bagi Indonesia yang dikutip dari Ratna Hapsari dan M. Aidil dalam Sejarah (2013: 284-286), yaitu:
- Doktrin Wilson dan meningkatnya gerakan nasionalisme
Berakhirnya Perang Dunia I diawali peristiwa kesepakatan 14 butir perjanjian yang ditawarkan Wilson (Presiden AS) kepada pihak Jerman. Salah satu butir yang mempengaruhi bangkitnya nasionalisme di Indonesia, yaitu isi butir ke-10 yang berbunyi “Hak menentuka jati diri bangsa (self-determination), kelompok-kelompok bangsa di Eropa harus sedapat mungkin diberikan kemerdekaannya."
Secara implisit, pernyataan tersebut bermakna bahwa sudah saatnya penjajahan atas bangsa lain diakhiri dan saatnya membangun perdamaian abadi dengan segala bangsa. Inilah yang kemudian membangkit semangat organisasi pergerakan di tanah air, seperti Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Nasional Indonesia (PNI) untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah air.
- Berkembangnya paham komunisme
Perkembangan ideologi komunis di Indonesia tak terlepas dari perang Sneevliet yang membawa ideologi tersebut ke tanah air pada tahun 1913. Demi mengembangkan paham tersebut di Indonesia, ia pun mendirikan organisasi bernama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) yang berpusat di Semarang.
Berdirinya organisasi tersebut semakin mengembangkan paham komunis di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dengan munculnya tokoh-tokoh nasional yang berpaham komunis, seperti Semaun, Darsono, Musso, Tan Malaka, dan Alimin.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Dipna Videlia Putsanra