tirto.id - Pada November 2021, sebuah pencitraan satelit memperlihatkan sekira 100 ribu tentara Rusia berkumpul di perbatasan negara Ukraina. Hal ini menjadikan kekhawatiran negara-negara Barat terhadap kemungkinan penyerangan Rusia ke Ukraina.
Presiden AS Joe Biden langsung bereaksi mengingatkan tentang sanksi ekonomi pada Rusia. Sebaliknya, Rusia juga meminta jaminan keamanan pada Barat agar menghentikan semua kegiatan militer di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia juga menginginkan agar Ukraina tidak dimasukkan sebagai anggota NATO.
Perundingan yang dilakukan Rusia dan AS juga tidak menemukan titik terang. Ketegangan itu makin terasa saat NATO mulai menempatkan pasukannya di Eropa Timur dengan menambah armada kapal dan jet tempur pada 26 Januari 2022. AS sendiri menempatkan 8.500 tentara untuk turut bersiaga.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah bahwa pengiriman pasukannya di perbatasan untuk menginvasi Ukraina. Bahkan, Putin menuduh AS telah mengabaikan tuntutan keamanan di negaranya. Mengutip The Guardian, Putin dilaporkan telah menarik sebagian pasukannya di perbatasan Ukraina.
Kendati demikian, pejabat Barat tidak percaya sepenuhnya dengan klaim Putin. Jens Stoltenberg, Sekjen NATO, mengatakan belum ada indikasi penurunan jumlah tentara di pihak Rusia yang kurang lebih 130 ribu orang. Sebaliknya, menurut pejabat keamanan, justru tampak kehadiran bala bantuan pertempuran dan kemampuan lain di dekat pertahanan Ukraina.
Konflik Rusia vs Ukraina belum berakhir. Pejabat AS mengatakan Rusia telah selesai 70 persen dalam membangun militer di perbatasan. Dengan bermodal fasilitas militer tersebut, telah memadai bagi Rusia untuk melakukan invasi skala penuh ke Ukraina.
Orang yang paling berpengaruh dari segala kebijakan penting di Rusia ini adalah Vladimir Putin. Berikut adalah profil dan rekam jejaknya di dunia politik.
Profil Presiden Rusia Vladimir Putin
Vladimir Putin adalah sosok yang sangat berpengaruh di negara Rusia semenjak tahun 1999 sampai sekarang. Dia pernah menjabat dua kali sebagai Presiden Rusia dan dua kali pula menjadi Perdana Menteri. Itulah yang membuat Putin tidak lepas sebagai pengambil keputusan penting bagi Rusia.
Mengutip laman Britannica, secara berurutan, Putin menjabat perdana menteri pertama kali untuk periode 1999-2000. Lalu, dia menjadi presiden pada periode 2000-2008. Dia kemudian kembali menjadi perdana menteri pada 2008-2012, serta kembali sebagai presiden tahun 2012 hingga sekarang.
Pria 69 tahun, kelahiran 7 Oktober 1952, ini merupakan mahasiswa hukum dari Leningrad State University yang lulus tahun 1975. Salah satu gurunya adalah Anatoly Sobchak yang merupakan politisi reformasi di periode perestroika. Putin lalu melangkahkan karier pertamanya sebagai perwira intelijen asing untuk KGB.
Putin bergabung sebagai KGB selama 15 tahun, termasuk 6 tahunnya dihabiskan di Dresden, Jerman Timur. Pada tahun 1990 dia pensiun dari KGB dengan pangkat letnan kolonel. Setelah itu, dia menjadi menjadi rektor di Leningrad State University.
Setelah itu, Putin sempat menjadi penasihat Wali Kota St. Petersburg, Sobchak. Dia dikenal memiliki kemampuan memadai dan cekatan untuk menyelesaikan suatu masalah. Putin lalu diangkat menjadi wakil walikota pada tahun 1994.
Dua tahun kemudian Putin pindah ke Moskow dan bergabung dengan staf kepresiden sebagai wakil Pavel Borodin, kepala administrator Kremlin. Pada Juli 1998, karier Putin naik lagi dan diangkat sebagai direktur FSB atas mandat dari Presiden Boris Yeltsin.
Mengutip situs Biography, Presiden Yeltsin memutuskan untuk mengganti perdana menterinya di tahun 1999. Ternyata, Putin diminta untuk menggantikannya. Pada Desember 1999, Yeltsin mengundurkan diri dan menunjuk Putin sebagai pejabat presiden sampai datangnya pemilihan umum resmi. Putin lalu mengikuti pemilu dan memenangkan jabatan Presiden Rusia dengan kemenangan 53 persen suara.
Presiden Putin memerintah pertama kali pada 2000-2008. Selama masa kerjanya, Putin melakukan restrukturisasi pemerintah dan meluncurkan investigasi kriminal ke dalam urusan bisnis warga negara Rusia. Dia juga melanjutkan aksi militer Rusia di Chechnya yang masih berkonflik sampai sekarang.
Putin tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden pada 2008. Namun, dia angkat kembali sebagai perdana menteri oleh penggantinya yaitu Dmitry Medvedev. Langkah ini berujung pada kembali menangnyanya Putin dalam pemilu presiden pada Maret 2012.
Kembalinya Putin sempat diwarnai protes yang meluas karena dituduh mencurangi pemilu. Kendati demikian, dia tetap dilantik dan membuat berbagai kebijakan kontroversial untuk urusan dalam negeri dan kebijakan luar negeri Rusia. Salah satu kebijakannya yaitu mengesahkan undang-undang yang melarang adopsi orang Amerika serikat (AS) atas anak-anak Rusia pada tahun 2013.
Hubungan Rusia dan AS pun kian menegang setahun kemudian saat Rusia memberikan suaka pada Edward Snowden. Snowden merupakan orang yang dicari AS lantaran membocorkan informasi rahasia dari National Security Agency (NSA). Atas kebijakan ini, Presiden Barrack Obama kala itu sempat membatalkan rencana pertemuan dengan Putin.
Putin pernah pula membuat marah orang-orang dengan homoseksual. Dia mengeluarkan undang-undang anti-gay yang melarang pasangan gay mengadopsi anak di Rusia dan melarang propaganda seks menyimpang pada anak di bawah umur.
Tidak lama usai Olimpiade Musim Dingin 2014, pasca-tumbangnya Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, Putin mengirim pasukan Rusia ke Krimea. Semenanjung di pantai timur laut Ukraina yang ada di Laut Hitam itu menjadi bagian dari Rusia sampai mantan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev, memberikannya pada Ukraina di tahun 1954.
Yuriy Sergeyev, Duta Besar Ukraina untuk PBB, mengatakan sekitar 16 ribu tentara Rusia berada di wilayah tersebut. Tindakan Rusia ini menarik perhatian berbagai negara Eropa dan AS yang menolak menerima legitimasi referendum mayoritas warga Krimea memilih memisahkan diri dari Ukraina dan bersatu kembali dengan Rusia.
Putin berkilah bahwa pengiriman pasukannya ke sana untuk meningkatkan pertahanan militer Rusia di dalam negeri karena Armada Laut Hitam Rusia bermarkas di Rusia. Dia juga membantah tuduh negara lain, terutama AS, yang menuduh akan melibatkan Ukraina dalam perang.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto