tirto.id - Khutbah Jumat Jumadil Akhir dapat disampaikan dengan tema-tema yang relevan dengan bulan tersebut. Khutbah ini pun diharapkan bisa menjadi pengingat sekaligus memperkuat keimanan para jemaah shalat Jumat.
Khutbah Jumat merupakan media dakwah yang efektif untuk menanamkan pesan-pesan moral dan keagamaan pada seluruh umat Islam. Khutbah bisa mengangkat tema yang beragam, salah satunya dikaitkan dengan bulan Hijriah seperti Jumadil Akhir.
Dikutip dari laman Baznas, nama Jumadil Akhir berasal dari kata “jumad” yang berarti beku dan “akhir” yang berarti terakhir atau penutup. Nama bulan ini menggambarkan kondisi Arab saat musim dingin dan ketika banyak air yang membeku.
Dalam kalender Islam, Jumadil Akhir adalah bulan keenam yang menandakan bahwa kita sudah ada di pertengahan tahun. Bulan ini sangat cocok untuk momen refleksi diri sekaligus pengingat agar tetap istiqamah dalam beribadah.
Contoh Teks Khutbah Jumadil Akhir Berbagai Tema

Terdapat beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam yang berkaitan dengan Jumadil Akhir, mulai dari wafatnya khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq, kelahiran putri Rasulullah SAW yang bernama Fatimah, hingga peristiwa Perang Yarmuk.
Berdasarkan makna bulan hingga peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalamnya, berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat bulan Jumadil Akhir yang bisa dijadikan inspirasi:
1. Khutbah Jumat Jumadil Akhir: Pentingnya Muhasabah Diri
Jemaah Jumat yang dirahmati AllahMari kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hanya dengan iman dan takwa, kita akan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Hari ini, kita memasuki bulan Jumadil Akhir yang berarti kita telah berada di pertengahan tahun. Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi atau muhasabah diri.
Muhasabah berarti introspeksi atau evaluasi. Inilah saatnya kita mengevaluasi diri atas amal dan perbuatan yang telah kita lakukan selama ini. Sebelum kita melangkah ke bulan berikutnya, marilah kita berhenti sejenak untuk menilai sejauh mana kita telah mendekat kepada Allah, atau justru semakin jauh dari-Nya.
Bulan Jumadil Akhir bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa waktu terus berjalan. Seperti nama bulan ini yang mengandung kata “akhir”, bulan ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk kehidupan, memiliki ujung dan pasti ada batasnya.
Maka, betapa rugi jika waktu terus berlalu, sementara kita tidak pernah mengevaluasi diri atau menyesali dosa yang telah diperbuat.
Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah,
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Namun, yang membedakan orang baik dan buruk bukanlah banyaknya dosa, melainkan seberapa besar keinginan untuk memperbaikinya.
Dengan melakukan muhasabah diri di bulan Jumadil Akhir ini, kita belajar untuk tidak menutup mata terhadap kesalahan, tapi menjadikannya sebagai pelajaran agar tidak terulang. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini adalah panggilan tegas kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan melakukan muhasabah secara terus-menerus.
Allah memerintahkan setiap jiwa untuk memperhatikan dan menghitung amal perbuatan yang telah dipersiapkan sebagai bekal untuk "hari esok", yakni, hari kiamat yang pasti datang dan sudah dekat.
Perintah ini bahkan disebutkan atau diulang dua kali untuk menekankan bahwa takwa adalah landasan bagi introspeksi diri.
Ayat ini juga ditutup dengan peringatan bahwa Allah Mahateliti terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, baik yang terlihat maupun tersembunyi, sehingga tidak ada amal atau dosa sekecil apa pun yang luput dari perhitungan-Nya.
Maka dari itu, jemaah sekalian, jangan biarkan bulan Jumadil Akhir ini berlalu tanpa makna. Jadikan ia titik balik menuju perubahan yang lebih baik. Mari kita isi sisa waktu dengan memperbanyak ibadah, karena sejatinya hidup kita akan berujung pada kehidupan abadi di akhirat.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, terimalah amal ibadah kami, dan jadikanlah bulan Jumadil Akhir ini sebagai momentum bagi kami untuk memperbaiki diri dan lebih mendekat kepada-Mu. Aamiin, ya rabbal ‘alamin.
2. Khutbah Jumat Bulan Jumadil Akhir Terbaru: Meneladani Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ma’asyiral Muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah.Hari ini, kita berada di bulan Jumadil Akhir, bulan keenam dalam kalender Hijriah. Bulan ini menjadi pengingat bagi kita akan banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam, salah satunya adalah wafatnya Khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA pada 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah.
Mengingat wafatnya beliau adalah kesempatan emas bagi kita untuk muhasabah sekaligus meneladani sosok sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Abu Bakar dikenal dengan gelar Ash-Shiddiq yang berarti orang yang sangat jujur atau banyak membenarkan. Gelar ini beliau dapatkan karena tidak pernah ragu sedikit pun dan langsung membenarkan setiap ajaran dan peristiwa yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Salah satunya ketika beliau membenarkan peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Saat orang-orang lain meragukan, tidak percaya, atau bahkan mengingkari, Abu Bakar tidak ragu sedikit pun dan membenarkan peristiwa tersebut.
Hal ini membuat Abu Bakar masuk dalam jajaran orang-orang bertakwa sebagaimana firman Allah:
“Orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 33)
Maka, kita pun harus mencontoh sikap Abu Bakar tersebut, yang selalu jujur dan tidak pernah meragukan Rasulullah SAW sedikit pun.
Jemaah sekalian, banyak sekali akhlak terpuji yang masih bisa dicontoh dari sosok sahabat Nabi yang satu ini. Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang dermawan, tidak ragu bersedekah, bahkan tanpa diminta.
Abu Bakar juga tidak pernah ragu menggunakan hartanya di jalan Allah dan mendukung perjuangan Rasulullah SAW. Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita mencontoh sifat dermawan Abu Bakar, apalagi Allah telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda.
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)
Sebagai khalifah, Abu Bakar merupakan sosok pemimpin yang patut diteladani. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang tak hanya cerdas, tapi juga berani, lembut sekaligus tegas, sederhana, dan selalu takut pada Allah SWT.
Jemaah yang rahmati Allah, di bulan Jumadil Akhir ini, mari kita muhasabah diri dan membulatkan tekad untuk meneladani sifat-sifat baik Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Semoga Allah memudahkan kita menjadi hamba yang memiliki keimanan sekuat sahabat Nabi tersebut, serta diberikan kemampuan untuk beramal sebaik-baiknya sebelum tiba hari perhitungan.

3. Khutbah Jumat Jumadil Akhir: Memuliakan Perempuan
Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah.Marilah kita senantiasa dan tak henti-hentinya memanjatkan rasa syukur atas nikmat iman dan Islam, karena hanya keimananlah yang bisa menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat.
Kita kini berada di bulan Jumadil Akhir, bulan yang harus kita jadikan momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai Islam, khususnya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Jumadil Akhir adalah bulan kelahiran Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu 'anha, putri tersayang Rasulullah SAW. Fatimah adalah sosok yang digelari Sayyidatu Nisa'il 'Alamin (penghulu wanita di alam semesta).
Seperti sang ibu, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah memiliki banyak sifat baik yang patut ditiru oleh para muslimah. Di sisi lain, sosok Fatimah yang punya peran besar dalam dakwah Rasulullah SAW juga menjadi pengingat bagi kaum laki-laki untuk tidak pernah merendahkan perempuan, tapi justru harus selalu menghargai dan menghormatinya.
Sebelum datangnya Islam, pada masa Jahiliyah, status perempuan sangatlah rendah. Kelahiran anak perempuan dianggap sebagai aib dan kehinaan, bahkan sampai ada praktik keji mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Islam datang bukan hanya menghapus kebiadaban itu, tapi mengangkat derajat perempuan. Dalam pandangan Islam, sosok perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan.
Perempuan dikaitkan dengan sosok yang lembut, penuh kasih, tapi juga bisa tegas di saat-saat yang dibutuhkan. Perempuan juga bisa menjadi ibu yang tak hanya memberikan kasih sayang, tapi juga menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memuliakan putrinya, Fatimah. Jika Fatimah rdatang, Rasulullah SAW selalu menyambutnya dengan penuh hormat. Beliau akan berdiri, menyambut, mencium tangannya, lalu mempersilakan Fatimah duduk di tempat beliau.
Sebaliknya, Fatimah juga menunjukkan sikap yang sama, yaitu memperlakukan sang ayah dengan penuh rasa hormat. Penghormatan ini adalah pelajaran terbesar tentang cara seorang ayah, dan seluruh laki-laki, dalam memperlakukan wanita. Begitu pula sebaliknya.
Wanita memegang peran sentral dalam masyarakat sebagai pendidik generasi. Rasulullah SAW bahkan menekankan pahala yang besar bagi mereka yang mendidik anak perempuan dengan baik. Beliau bersabda:
"Siapa saja yang diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia perlakukan mereka dengan baik, niscaya mereka akan menjadi perisainya dari api neraka.” (HR Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi).
Di masa modern sekarang ini, memuliakan perempuan bukan hanya bersikap lembut dan penuh kasih, tapi juga melindungi hak-hak mereka secara hukum dan sosial, memastikan hak pendidikan, hingga perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan penindasan.
Jemaah sekalian, mari kita jadikan bulan Jumadil Akhir ini sebagai tonggak untuk refleksi dan memperbaiki interaksi kita dengan kaum perempuan, baik itu ibu, istri, saudara, maupun anak-anak perempuan kita.
Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah agar kita mampu menunaikan hak-hak para perempuan di sekitar kita serta menghiasi diri kita dengan akhlak mulia seperti Rasulullah SAW.
4. Khutbah Jumat Jumadil Akhir: Kesabaran dan Keteguhan Hati
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah, tak bosan-bosannya saya mengingatkan kita semua untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT karena takwa adalah sebaik-baik bekal untuk kehidupan kita kelak di akhirat.Pada bulan Jumadil Akhir ini, kita berada di waktu yang tepat untuk memperkuat diri dengan kesabaran dan keteguhan hati. Sebab kehidupan manusia tidak pernah lepas dari ujian.
Terkadang berupa kehilangan, kesulitan ekonomi, penyakit, atau cobaan iman. Semua itu bukan tanda kebencian Allah, melainkan ujian agar kita semakin tegar dan sabar menghadapi kehidupan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini mengingatkan bahwa kesabaran bukan berarti lemah, tapi justru kekuatan hati yang mampu menahan diri dari keluh kesah dan tetap yakin akan datangnya pertolongan Allah SWT.
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Dalam kehidupan, kita sering menghadapi perubahan dan ketidakpastian. Seperti pergantian bulan menuju Jumadil Akhir, alam pun mengajarkan bahwa setiap fase kehidupan memiliki ujian dan hikmahnya.
Maka, orang yang sabar adalah mereka yang tetap teguh, tidak goyah oleh keadaan, dan percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya.
Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah,
Kesabaran tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dilatih dan dipupuk melalui keimanan yang kuat.
Keteguhan hati muncul dari keyakinan bahwa Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Sebagaimana firman-Nya:
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah: 286)
Bulan Jumadil Akhir bisa menjadi momentum bagi kita untuk memperkuat tekad dan keteguhan hati dalam beribadah. Mari kita jadikan setiap ujian sebagai jalan untuk mendekat kepada Allah.
Sebab ujian yang diterima orang beriman bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk meninggikan derajatnya di sisi Allah.
Oleh karena itu, marilah kita tanamkan kesabaran dalam menghadapi segala takdir Allah. Keteguhan hati akan melahirkan ketenangan jiwa dan menghindarkan kita dari keputusasaan. Jadikan doa, dzikir, dan shalat sebagai penopang dalam setiap ujian.
5. Khutbah Jumat Jumadil Akhir: Persiapan Menuju Bulan-Bulan yang Mulia
Jemaah Jumat rahimakumullah.Kita kini berada di bulan Jumadil Akhir, yang berarti kita hanya tinggal selangkah lagi menuju gerbang bulan-bulan mulia, mulai dari Rajab, Sya'ban, hingga puncaknya Ramadhan.
Jumadil Akhir dapat menjadi terminal tempat kita berhenti sejenak untuk muhasabah atau evaluasi diri. Sudahkah amalan kita selama beberapa bulan lalu selalu konsisten? Apakah shalat kita sudah khusyuk? Sudahkah harta kita bersih dari hak orang lain?
Sebelum memasuki bulan-bulan yang mulia, mari kita bersama-sama melakukan introspeksi diri, membersihkan hati dari segala hal yang negatif, agar nantinya ibadah kita menjadi lebih khusyuk dan mudah diterima Allah SWT.
Jemaah sekalian, setelah Jumadil Akhir, kita akan memasuki bulan Rajab, salah satu dari asyhurul hurum (bulan haram). Selanjutnya, kita akan sampai di bulan Sya'ban. Di bulan ini, Rasulullah SAW sering berpuasa, bahkan diriwayatkan puasa beliau di Sya'ban adalah yang terbanyak setelah Ramadhan.
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa lebih banyak dibandingkan di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah Sya’ban, sampailah kita pada bulan Ramadhan, bulan paling istimewa bagi umat Islam. Di bulan inilah pintu-pintu ampunan dibuka dan pahala dilipatgandakan.
Dalam Islam, setiap bulan selalu bisa mengundang keberkahan, tapi Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan termasuk beberapa bulan yang spesial bagi kita.
Jumadil Akhir ibarat garis start bagi umat Islam untuk bersiap-siap menuju bulan-bulan mulia ini. Lalu, bagaimana persiapan kita? Ada beberapa langkah bisa kita lakukan segera.
Pertama, taubat nasuha, memohon ampunan tulus atas dosa-dosa yang lalu. Kedua, tuntaskan utang puasa bagi yang memilikinya.
Ketiga, membuat target ibadah seperti menambah jumlah rakaat shalat sunnah, atau mengalokasikan waktu khusus membaca Al-Qur'an. Keempat yang juga tak kalah penting, membersihkan jiwa dari segala penyakit hati yang bisa menggerogoti iman dan takwa kita.
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah. Jumadil Akhir menjadi pengingat bahwa waktu kita terbatas. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal karena tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beribadah
Mari kita panjatkan doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah SAW menjelang bulan suci:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan
Yang artinya: Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan
Semoga Allah menguatkan tekad kita dan menyampaikan kita dalam keadaan iman yang sempurna di bulan-bulan mulia yang akan datang.

6. Khutbah Jumat Bahasa Jawa Bulan Jumadil Akhir: Semangat Jihad di Zaman Modern
Ma’asyiral muslimin rahimakumullahMangga sesarengan kita aturaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Allah SWT ingkang sampun paring rahmat lan hidayah. Wasiat kula dhumateng pribadi lan jamaah sedaya, mangga kita tingkataken takwa kita dhumateng Allah, kanthi nindakaken dhawuhipun lan nebihi sedaya laranganipun.
Mboten wonten bekal ingkang sae kajaba takwa. Kita sakmenika wonten ing wulan Jumadil Akhir, wulan ingkang ngajak kita muhasabah lan eling dhumateng sejarah agungipun Islam.
Wonten ing wulan Jumadil Akhir, sawetawis riwayat nyebataken bilih prastawa ageng kalampahan, inggih punika Perang Yarmuk. Perang punika minangka bukti bilih boten mesthi jumlah ingkang kathah utawi senjata ingkang sae ingkang ndadosaken menang.
Pasukan Muslim ingkang jumlahipun langkung sekedhik, kanthi pitulunganipun Allah, saged ngalahaken pasukan Romawi/Bizantium ingkang ageng sanget. Kunci kemenanganipun namung satunggal, iman lan yakin dhumateng pitulunganipun Allah.
Semangat perjuangan utawi 'jihad' ing Perang Yarmuk punika dipunlandasi kaliyan kapercayan bilih Allah mboten nate nilar tiyang ingkang berjuang ing margi ingkang bener. Allah sampun dhawuh wonten ing Al-Qur’an:
“Wong-wong kang iman! Menawa sira padha nulungi (agama) Allah, mesthi Panjenengane bakal nulungi sira lan ngukuhake jejeging (tapaking) sikilmu." (QS. Muhammad: 7).
Jamaah Jumat ingkang dipunmulyaaken Allah. Jihad boten namung perang ngangkat senjata. Ing jaman modern punika, jihad kedah dimaknai langkung wiyar.
Jihad kita inggih punika, jihad nglawan hawa nepsu, kemalesan, korupsi, lan kebodohan. Kita kedah menangaken perang nglawan diri pribadi, supados saged dados Muslim ingkang produktif lan migunani kangge umat.
Wonten ing Perang Yarmuk, kita saged sinau babagan kepemimpinan strategis saking Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu. Piyambakipun saged nyawijikaken macem-macem kelompok dados satunggal kekuatan.
Jihad ing jaman sakmenika mbutuhaken strategi dakwah, strategi pendidikan, lan strategi ekonomi ingkang jitu. Kita kedah dados umat ingkang cerdas, terorganisir, lan duweni visi.
Bapak-bapak, ibu-ibu, lan sedaya jamaah. Jihadipun para pelajar lan santri inggih punika temen-temen anggenipun sinau. Jihadipun para pedagang inggih punika jujur ing sadean.
Jihadipun para bapak lan ibu inggih punika ndhidhik putra-putrinipun dados generasi ingkang sholeh lan sholehah. Sedaya punika wujud "Jihad Fi Sabilillah" ingkang ageng.
Semangat Yarmuk ngajaraken kita bab kesatuan (ukhuwah) lan istiqamah (konsistensi). Wonten ing nagari kita, kita kedah ngiyataken ukhuwah Islamiyah lan ukhuwah wathaniyah, boten gampil dipunpecah belah dening perkawis remeh.
Sageda kita istiqamah nindakaken amal sae, supados gesang kita berkah lan kita saged pikantuk husnul khatimah.
Mugiya Allah paring kekiyatan dhumateng kita sedaya, supados kita saged dados pejuang-pejuang Islam sejati ing jaman modern punika, kanthi ngupados ilmu, harta, lan wekdal kangge ngangkat derajat agami Islam. Mugi-mugi amal ibadah kita dipun tampi dening Allah SWT.
Itulah beberapa contoh teks khutbah Jumat Jumadil Akhir yang bisa dijadikan referensi. Bulan Jumadil Akhir menjadi waktu yang tepat bagi setiap muslim untuk memperkuat keimanan, memperbanyak amal saleh, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Melalui berbagai tema yang dapat diangkat dalam khutbah Jumat, khatib dapat mengingatkan jemaah agar tidak lalai dalam beribadah serta menjadikan bulan ini sebagai momentum untuk menyuburkan kembali hati yang mungkin mulai kering oleh kesibukan dunia.
Butuh inspirasi lain untuk menyusun khutbah Jumat? Temukan contoh khutbah dengan berbagai tema di tautan berikut ini:
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































