tirto.id - Berbagai peristiwa pada bulan Sya'ban dalam sejarah Islam di antaranya adalah peralihan kiblat dari Baitul Maqdis (Palestina) menuju Ka’bah (Makkah) pada 2 Hijriyah (624M). Selain itu, bagi umat Islam, Syaban merupakan bulan istimewa karena inilah waktu diangkatnya amal manusia dalam setahun.
Pada 2022, bulan Syaban sudah dimulai sejak Jumat, 4 Maret 2022. Diperkirakan bulan Sya'ban tahun ini akan berlangsung selama 29 hari hingga Jumat, 1 April 2022.
Syaban merupakan bulan penting bagi umat Islam. Pasalnya, bulan ini adalah bulan persiapan menuju bulan suci Ramadhan, kala seorang muslim ditempa dengan puasa selama 29 atau 30 hari sejak terbit fajar shodiq (subuh) hingga terbenamnya matahari (maghrib).
Sepanjang Syaban, umat Islam muslim dianjurkan untuk menambah amalan kebaikan seperti membaca Al-Qur'an, berpuasa sunnah, sholat tahajud, dan yang lain sebelum Ramadhan. Penyair Abu Bakar Al-Balkh melukiskan bahwa Rajab adalah bulan menanam. Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, sedangkan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman tersebut.
Nabi Muhammad saw. terbiasa berpuasa pada bulan Sya'ban dengan jumlah hari yang lebih banyak daripada bulan-bulan lain dalam kalender Hijriyah kecuali Ramadhan. Diriwayatkan dari Abu Salamah, Aisyah berkata, "Rasulullah saw. tidak pernah melaksanakan shaum (puasa) lebih banyak dalam sebulan selain Syaban. Beliau [hampir] melaksanakan shaum pada Sya'ban seluruhnya,” (H.R. Bukhari 1834).
Peristiwa Penting di Bulan Sya'ban bagi Umat Islam
Selain memiliki berbagai keutamaan di dalamnya, bulan Syaban juga menyimpan banyak peristiwa penting bagi umat Islam. Berbagai peristiwa ini ada yang telah terjadi pada masa awal munculnya Islam, ada pula yang merupakan pengulangan setiap tahun.
Berbagai peristiwa penting yang terdapat di dalam bulan Syaban di antaranya sebagai berikut.
1. Peralihan Kiblat Umat Islam
Pada masa awal kemunculan Islam, umat beribadah sholat dengan menghadap kiblat di Baitul Maqdis Palestina selama sekitar 17 bulan 3 hari. Allah SWT kemudian memindahkan kiblat umat-Nya dari Baitul Maqdis menuju Ka’bah di Makkah.
Dilansir dari lamanNU Online, Al-Qurthubi menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti. Ia menyebutkan, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Syaban yang bertepatan dengan malam nisfu Syaban.
Sebenarnya, peralihan kiblat ini adalah sesuatu yang dinanti-nantikan oleh Rasulullah. Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 144, bahkan mengisahkan tentang kekasih-Nya yang selalu menghadap ke langit setiap hari menunggu turunnya wahyu perihal peralihan kiblat sebagai berikut.
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah [2]:144)
2. Waktu Allah Mengangkat Amal Hamba-Nya
Bulan Syaban yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah waktu ketika Allah mengangkat amal hamba-hamba-Nya. Hal ini yang membuat Rasulullah saw. memperbanyak puasa di bulan ini.
Beliau menginginkan Allah mengangkat amalnya ketika Nabi sedang dalam keadaan berpuasa. Perkara ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid sebagai berikut:
Rasulullah saw. bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam. Aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa,” (H. R. Nasa'i No. 2317)
3. Turunnya Perintah Sholawat Kepada Nabi Muhammad saw.
Bulan Syaban merupakan bulan sholawat, karena pada waktu itu Allah menurunkan perintah untuk menyeru sholawat kepada Nabi Muhammad saw.. Dalil yang dimaksud termuat dalam Surah Al Ahzab ayat 56 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”(QS. Al Ahzab [33]:56)
Perihal mengenai anjuran sholawat pada bulan Syaban juga dijelaskan oleh Ibnu Abi Shai Al Yamani. Tidak hanya itu, pendapat Ibnu Abi dikuatkan oleh Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam kitab Al Mawahib dan Ibnu Hajar Al-Asqalani, yang mengatakan jika dalil perintah sholawat jatuh pada bulan Syaban tahun ke-2 Hijriah.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus