Menuju konten utama
Gerakan 30 September 1965

Siapa Saja Tokoh PKI yang Disebut Terlibat G30S 1965?

Daftar tokoh PKI yang disebut-sebut terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.

Siapa Saja Tokoh PKI yang Disebut Terlibat G30S 1965?
DN Aidit; 1958. Wikicommon/Rudi Ulmer

tirto.id - Sejarah Gerakan 30 September (G30S) 1965 menyeret tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan beberapa oknum militer sebagai pelakunya. Sejumlah jenderal atau perwira tinggi Angkatan Darat (AD) pun jadi korban peristiwa G30S/PKI 1965.

Meskipun hingga saat ini fakta yang sebenar-benarnya belum sepenuhnya terkuak, namun gugurnya para jenderal AD dalam G30S 1965 tetap saja memunculkan duka mendalam bagi rakyat Indonesia kala itu.

Mereka yang gugur dan kemudian ditetapkan sebagai pahlawan revolusi ialah Letjen Ahmad Yani (Men/Pangad), Mayjen S.Parman (Asisten I Men/Pangad), Mayjen R. Suprapto (Deputi II Men/Pangad), dan Mayjen M.T Haryono (Deputi III Men/Pangad).

Lalu Brigjen D.I. Panjaitan (Asisten IV Men/Pangad), Brigjen Sutoyo S, (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal TNI AD), dan Lettu Piere Andreas Tendean (ajudan Menko Hankam/Kepala Staf Angkatan Bersenjata).

Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun (Pengawal rumah Wakil P.M. II Dr. J. Leimena) juga turut menjadi korban. Begitu pula Ade Irma Suryani, putri Jenderal A.H. Nasution, meninggal dunia lantaran tertembak pasukan Cakrabirawa pimpinan Letkol Untung Syamsuri.

Siapa Saja Tokoh PKI yang Terlibat Peristiwa G30S 1965?

Oknum militer terutama dari kesatuan Cakrabirawa atau pasukan pengamanan presiden seperti Letkol Untung, Serma Boengkoes, Lettu Dul Arif, dan lainnya, menurut sejarah, bertindak sebagai eksekutor yang bertugas menculik para jenderal AD dalam peristiwa G30S 1965.

Pasukan Cakrabirawa bergerak karena berhembusnya isu Dewan Jenderal yang terdiri dari para perwira tinggi AD. Dewan Jenderal disebut-sebut berencana menggulingkan Presiden Sukarno dari pucuk kekuasaan.

Muncul dugaan bahwa yang mengembuskan isu Dewan Jenderal dan menginisiasi G30S 1965 adalah tokoh-tokoh dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Kala itu, orang-orang PKI dan sejumlah perwira tinggi TNI-AD sama-sama dekat dengan Presiden Sukarno kendati berbeda kubu.

Siapa saja tokoh PKI yang diduga terlibat dalam peristiwa G30S 1965? Berikut ini ulasan singkat beberapa di antaranya:

D.N. Aidit

Dipa Nusantara Aidit atau D.N. Aidit adalah Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI).

D.N. Aidit pernah menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Kabinet Kerja III (1962-1963), Kabinet Kerja IV (1963-1964), serta Kabinet Dwikora I (1964-1966).

Pada Pemilu 1955, D.N. Aidit bersama PKI mendapatkan banyak suara karena menghadirkan program yang mendukung rakyat kecil. Mereka menjadi partai penyeimbang antara kekuatan Islam dan militer.

Di bawah kendali Aidit, PKI muncul sebagai partai terbesar keempat usai mengambil alih kepemimpinan lama era Alimin dan Tan Ling Djie.

Setelah peristiwa G30S/PKI 1965, pemerintah Orde Baru memburu D.N. Aidit. Ia dianggap menjadi dalang peristiwa tersebut. Aidit meninggal dalam upaya pengejaran oleh aparat militer.

Aidit tertangkap di Jawa Tengah dan dibawa Batalyon Kostrad ke Boyolali hingga ditembak mati. Versi lain menyebutkan ia diledakkan di dalam rumah tahanan dan tidak diketahui lokasi jenazahnya hingga kini.

Njoto

Njoto lahir pada 17 Januari 1927 di Jember. Ia merupakan tokoh PKI yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara di Kabinet Dwikora pada era Presiden Sukarno tahun 1964.

Kepindahan Njoto dari Jember ke Surabaya membuahkan perkenalan dengan D.N. Aidit. Pada Agustus 1948, PKI membentuk Komite Pusat yang terdiri dari Aidit (urusan pertanahan), Lukman (agitasi dan propaganda), serta Njoto (hubungan dengan organisasi lain).

Selain itu, Njoto juga menjadi inisiator Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) bersama Aidit, MS Ashar, dan A.S. Dharta. Jabatan lain di PKI adalah anggota Politbiro oleh Komite Sentral.

Sebagai salah satu tokoh teras PKI, Njoto membuat blunder lewat istilah Soekarnoisme. Aidit lantas murka karena dinilai menyisihkan paham Komunis. Ia dilengserkan dari jabatannya.

Njoto barangkali tidak terlibat langsung dalam peristiwa G30S 1965. Ia mengaku tidak tahu menahu terkait upaya penculikan dan pembunuhan jenderal AD. Njoto menegaskan bahwa PKI tidak bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Namun, Njoto tetap menjadi target. Ada yang menyebutkan ia ditangkap di Tosari, Menteng. Catatan lain menyebutkan Njoto ditembak mati di Tanjung Priok atau Bekasi pada 13 Desember 1965. Versi lain, mayatnya dibuang ke Sungai Ciliwung selepas dibunuh di Jakarta.

Sjam Kamaruzaman

Sjam Kamaruzaman termasuk tokoh penting PKI. Ia lahir di Tuban pada 30 April 1924. Nama lainnya adalah Kamaruzaman bin Achmad Mubaidah.

Bersama D.N. Aidit dan M.H. Lukman, Sjam Kamaruzaman membangun kembali citra PKI usai upaya pemberontakan yang gagal di Madiun pada 1948.

Sjam lalu menjadi kepala Biro Khusus PKI bersama Pono (Supono Marsudidjojo), asisten Sjam, Bono, Wandi dan Hamim. Tugas mereka adalah mengumpulkan informasi militer dan dilaporkan ke D.N. Aidit.

Pasca kejadian G30S/PKI yang gagal total dalam upaya kudeta, Sjam sempat melarikan diri sebelum tertangkap pada 9 Maret 1967.

Sjam Kamaruzaman dijatuhi hukuman mati dan baru menjalani eksekusi pada 1986. Selama itu, ia disebut-sebut menjadi informan untuk mengetahui siapa saja tokoh PKI yang ada di pihak militer.

Baca juga artikel terkait G30S 1965 atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya