tirto.id - Di antara rukun iman yang wajib diyakini umat Islam adalah iman kepada qada dan qadar. Keimanan ini dilakukan dengan meyakini bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini karena Allah SWT sudah merencanakan segala hal yang terjadi di alam semesta.
Dalil mengenai iman kepada qada dan qadar sebagai salah satu rukun iman tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Umar bin Khattab RA:
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” (HR. Muslim).
Iman kepada takdir, baik itu ketetapan baik dan ketetapan buruk merupakan bagian dari kesempurnaan Islam. Tanpa keimanan terhadap qada dan qadar, keislaman seseorang patut dipertanyakan.
Pengertian Beriman kepada Qada dan Qadar
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan bebas qada dan qadar adalah takdir. Jika merujuk pada makna spesifik, sebenarnya qada dan qadar memiliki sejumlah perbedaan tertentu, sebagaimana dilansir NU Online.
Dalam bahasa Arab, qada artinya ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran. Sementara itu, qadar adalah ketetapan yang telah terjadi dan diwujudkan. Penjelasan dan perbedaan keduanya adalah sebagai berikut.
Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.
Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).
Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.
Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.
Macam-Macam Qadar atau Takdir
Secara umum qadar terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubham dan muallaq.
Pertama, takdir mubham adalah ketetapan Allah SWT yang tak dapat diubah, pasti, dan tak bisa diganggu gugat.
Contoh sederhana dari takdir mubham adalah semua makhluk di semesta pasti akan mati, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 185:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu,” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Takdir mubham lainnya adalah ketentuan hukum alam (sunnatullah) yang terjadi di dunia, misalnya gravitasi bumi (semua benda jatuh ke bawah), kayu memiliki kemampuan berbeda dari besi, air mengalir dari hulu ke hilir, dan sebagainya.
Kedua, takdir muallaq adalah takdir yang dapat diubah melalui upaya dan kerja keras. Bagaimanapun juga, Allah SWT memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk berubah dan memperbaiki diri.
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'ad [13]: 11).
Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar bermanfaat bagi yang meyakininya. Jika dianut dengan benar, iman kepada takdir dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dan kemakmuran.
Berikut ini fungsi-fungsi iman kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari Pendidikan Agama Islam (2017) yang diterbitkan Kemenag.
1. Mendorong kemajuan dan kemakmuaran
Dengan meyakini takdir mubham bahwa Allah SWT telah mengatur hukum alam secara teratur, manusia dapat merencanakan usahanya dengan logis dan rasional. Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas atau sebab akibat.
Dengan mengimani qada dan qadar, manusia bisa memanfaatkan hukum yang pasti sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang maksimal.
2. Menghindari sifat sombong
Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar dari sifat sombong. Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan Allah SWT. Tidak ada kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan juga takdir dari Allah SWT.
Iman kepada qada dan qadar akan membuat seorang muslim rendah hati. Ia sadar bahwa keberhasilannya merupakan campur tangan dan pertolongan dari Allah SWT.
3. Melatih husnuzan atau berbaik sangka
Allah SWT selalu menetapkan hal baik kepada hamba-hamba-Nya. Biarpun seseorang mengalami musibah atau bencana, peristiwa buruk itu dimaksukan sebagai ujian atau teguran kepadanya.
Seseorang yang mengimani qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak ada takdir yang ditetapkan dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar:
- Dengan memahami konsep qada dan qadar yang benar, seorang muslim senantiasa optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada Allah SWT.
- Seseorang yang memahami qada dan qadar tidak akan berprasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
- Allah SWT menciptakan makhluknya dengan segenap kemampuan, anggota tubuh, atau kelebihan tertentu. Dengan berkah tersebut, seorang muslim diwajibkan berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT.
- Kita menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan beragam. Hikmahnya adalah untuk saling mengenal dan bekerja sama.
- Setiap manusia memiliki kehendak bebas. Kendati sudah ada ketetapannya, namun ia diberi keleluasaan untuk memilih. Dari pilihannya itulah ia memperoleh balasan, baik itu balasan di dunia atau balasan di akhirat.
- Allah SWT akan memberikan berkah dan hasil yang maksimal sesuai usaha hambanya, jika ia mau berusaha.
- Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
- Tidak ada sesuatu sia-sia yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala kemampuan yang sudah diberikan, manusia sepatutnya memanfaatkan potensinya untuk mencapai hal-hal yang ia inginkan.
Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar
Jika seseorang memahami konsep qada dan qadar, maka ia tidak akan pasrah pada takdir, namun terus berikhtiar jika ingin meraih tujuan dan keinginannya. Bagaimanapun juga, iman kepada qada dan qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam perilaku sehari-hari.
Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang diterbitkan Kementerian Agama RI:
- Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu.
- Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
- Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika mengalami musibah, ia bersabar.
- Salah satu cara bersyukur kerika memperoleh nikmat adalah dengan bersedekah. Sementara itu, sikap sabar adalah tidak mengeluh atau menyalahkan takdir.