tirto.id - Vegan leather adalah bahan alternatif kulit yang tidak mengandung unsur hewani. Produsen membuatnya dari bahan sintetis atau bahan alami seperti jamur, nanas, dan kulit apel. Tujuannya adalah menghadirkan pilihan ramah lingkungan bagi para vegan.
Grain vegan leather adalah jenis yang memiliki tekstur mirip kulit asli dan cukup populer di pasaran. Ada yang berasal dari polivinil klorida (PVC), poliuretan (PU), hingga dari limbah pertanian. Masing-masing jenis memiliki tampilan dan tekstur yang menyerupai kulit hewan.
Premium vegan leather adalah bahan yang lebih halus dan kuat dibanding jenis lainnya. Kelebihannya, bahan ini tidak melibatkan kekerasan terhadap hewan dan lebih berkelanjutan. Namun, kekurangannya terletak pada daya tahan dan proses produksinya yang kadang kurang ramah lingkungan.
Apa yang Dimaksud dengan Vegan Leather?
Bahan vegan leather adalah kulit sintetis yang hampir mirip dengan kulit hewan seperti sapi, ular, dan lain-lain. Vegan leather memiliki perbedaan dengan kulit binatang atau kulit asli umumnya, berikut adalah perbedaan vegan leather dan kulit kulit hewan menurut Mahi Leather.
Vegan leather adalah bahan alternatif yang menyerupai kulit hewan namun tidak mengandung unsur hewani. Material ini biasanya dibuat dari plastik sintetis seperti poliuretan atau dari bahan alami seperti daun nanas, kaktus, hingga jamur. Popularitasnya meningkat seiring kesadaran akan etika hewan dan keberlanjutan lingkungan.
Meski terdengar ramah lingkungan, tidak semua vegan leather bersifat biodegradable. Banyak produk masih berbasis plastik yang sulit terurai dan bisa mencemari lingkungan. Karena itu, konsumen perlu cermat membaca label bahan sebelum membeli.
Jenis-Jenis VeganLeather
Kulit vegan adalah tak lagi sekadar pengganti kulit hewan, material ini hadir dalam berbagai bentuk, dari plastik hingga limbah pertanian.
Sementara itu, vegan faux leather adalah bahan sintetis yang menyerupai kulit asli tanpa menggunakan bahan hewani. Biasanya terbuat dari PU, PVC, atau bahan alami seperti serat nanas, cocok untuk yang ingin produk ramah hewan.
Berikut adalah jenis-jenis vegan leather yang semakin menarik perhatian pasar global maupun lokal.
1. Kulit PU (Polyurethane)
Polyurethane leather atau kulit PU adalah bentuk paling umum dari kulit sintetis yang menyerupai tekstur kulit asli, namun berasal dari bahan petrokimia. Dikenal karena fleksibilitas dan harga terjangkaunya, material ini menjadi andalan industri fast fashion. Meski tampilannya meyakinkan, jejak karbon dan daur ulangnya masih jadi sorotan.2. Kulit PVC (Polyvinyl Chloride)
Lebih tua dari kulit PU, PVC leather dikenal tahan terhadap air dan mudah dibentuk dalam produksi massal. Namun di balik kemudahan itu, kandungan klorin dan plastiknya membuatnya jadi salah satu bahan paling tidak ramah lingkungan di daftar ini. Beberapa merek perlahan mulai meninggalkannya karena tekanan konsumen yang makin sadar lingkungan.3. Piñatex (Kulit dari Serat Nanas)
Dikembangkan dari limbah daun nanas, Piñatex mencuri perhatian karena memadukan etika, keberlanjutan, dan desain inovatif. Serat alaminya memberikan tekstur khas yang berbeda dari kulit konvensional, sekaligus mendukung petani lokal. Meski masih dilapisi resin sintetis, bahan ini dianggap lompatan besar dari plastik murni.4. Desserto (Kulit dari Kaktus)
Desserto merupakan kulit vegan berbasis tanaman kaktus yang tumbuh di Meksiko dan dikenal hemat air. Dengan permukaan halus dan warna alami yang menarik, bahan ini cepat dilirik oleh label fashion ramah lingkungan. Meski produksinya belum masif, potensinya sebagai pengganti kulit asli sangat menjanjikan.5. Mycelium Leather (Kulit dari Jamur)
Terbuat dari struktur akar jamur, kulit mycelium menawarkan fleksibilitas tinggi dan tampilan futuristik yang cocok untuk produk premium. Inovasi ini tumbuh pesat di laboratorium dan mulai diadopsi oleh merek besar seperti Stella McCartney. Namun tantangan terbesar masih terletak pada biaya produksi dan skalabilitas.6. Kulit Apel, Anggur, dan Limbah Buah Lainnya
Kulit vegan jenis ini dibuat dari limbah industri makanan seperti ampas apel atau kulit anggur, menjadikannya contoh nyata dari ekonomi sirkular. Selain ramah lingkungan, bahan ini menyimpan karakter estetika yang unik, dengan sentuhan rustic yang tidak dimiliki kulit sintetis. Meski belum setenar PU, nilainya terus naik seiring kampanye zero waste.7. Cork Leather (Kulit Gabus)
Kulit gabus berasal dari kulit pohon oak yang bisa dipanen tanpa menebang pohon, menjadikannya sumber yang sangat berkelanjutan. Permukaannya ringan, tahan air, dan punya motif alami yang khas. Walau belum mainstream, bahan ini mulai menarik perhatian di ranah aksesori dan desain interior.Kelebihan dan Kekurangan Bahan Kulit Vegan
Kulit vegan semakin populer sebagai alternatif bahan kulit asli karena dianggap lebih etis dan ramah lingkungan. Namun, meskipun menawarkan berbagai keuntungan, kulit vegan juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diketahui. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan bahan kulit vegan yang penting untuk dipertimbangkan sebelum memilih produk berbahan kulit vegan.
Kelebihan Kulit Vegan
Adapun kelebihan kulit vegan adalah sebagai berikut:
- Tanpa Eksploitasi Hewan: Tidak menggunakan bahan dari hewan, pilihan etis bagi pecinta hewan.
- Harga Lebih Terjangkau: Umumnya lebih murah dibanding kulit asli.
- Beragam Pilihan Desain: Tersedia dalam berbagai warna, tekstur, dan pola.
- Perawatan Lebih Mudah: Mudah dibersihkan dan dirawat.
- Pilihan Ramah Lingkungan (Tertentu): Ada jenis berbahan alami seperti jamur atau nanas yang lebih ramah lingkungan.
Kekurangan Kulit Vegan
Mengenai kekurangan kulit vegan di antaranya ialah:
- Daya Tahan Lebih Rendah: Lebih cepat aus, retak, atau mengelupas terutama jenis sintetis.
- Dampak Lingkungan dari Plastik: Banyak menggunakan bahan plastik yang sulit terurai dan berkontribusi pada polusi.
- Kualitas dan Kenyamanan Bervariasi: Kadang terasa kurang nyaman dan tidak bernapas.
- Klaim Keberlanjutan Diragukan: Beberapa produk menggunakan bahan kimia beracun.
- Tidak Mengalami Patina: Penampilan tidak berubah seiring waktu seperti kulit asli.
Bahan Vegan Leather Apakah Awet?
Vegan leather saat ini banyak dipilih sebagai alternatif ramah lingkungan pengganti kulit asli. Namun, bahan ini biasanya tidak sekuat kulit asli dan rentan mengalami kerusakan seperti retak atau mengelupas. Umur pakainya cenderung lebih pendek, biasanya hanya bertahan beberapa tahun saja.
Meski begitu, inovasi dalam bahan vegan leather terus berkembang. Ada varian yang menggunakan bahan alami seperti kulit jamur atau nanas yang mulai menunjukkan ketahanan lebih baik. Pilihan bahan dan kualitas produksi menjadi kunci agar vegan leather bisa lebih awet dan fungsional.
Apakah Vegan Leather bisa Mengelupas?
Vegan leather adalah alternatif ramah lingkungan dari kulit hewan, namun bukan berarti bebas dari risiko kerusakan. Salah satu masalah umum yang sering terjadi adalah pengelupasan pada permukaan bahan. Hal ini bisa disebabkan oleh kualitas bahan, cara pemakaian, maupun perawatan yang kurang tepat.
Faktor Penyebab Kulit Vegan Mengelupas
Adapun faktor penyebab vegan leather mengelupas di antaranya ialah:
- Kualitas bahan rendah: Terbuat dari PU atau PVC murah yang tidak tahan lama.
- Paparan panas & sinar matahari: Merusak lapisan pelindung bahan.
- Kelembapan & air berlebih: Mempercepat proses degradasi.
- Perawatan yang salah: Penggunaan bahan kimia keras atau pembersih tidak sesuai.
- Gesekan dan tekanan terus-menerus: Terjadi di area seperti sudut tas, tali sepatu, atau lipatan jaket.
Pembaca yang ingin mengetahui informasi seputar Materi Ajar dapat klik tautan di bawah ini.
Penulis: Dewi Sekar Pambayun
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono
Masuk tirto.id






































