Menuju konten utama

Kosmetik Vegan, Masa Depan Industri Kosmetik?

Kosmetik vegan disebut-sebut akan jadi produk laris di ranah kecantikan.

Kosmetik Vegan, Masa Depan Industri Kosmetik?
Ilustrasi kosmetik vegan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sunny Subramanian, blogger kecantikan asal AS, tidak sanggup lagi menghafal produk kosmetik vegan yang beredar di pasaran saat ini. Berbagai perusahaan besar kosmetik mulai sering melansir produk yang dibuat dari material non-hewani; produk yang tidak pernah ia temui pada 2007 kala berniat merawat wajah dengan kosmetik vegan demi menjadi penganut vegan yang “utuh”.

Penulis The Compassionate Chick Guide to DIY Beauty ini memutuskan menjadi vegan pada 2000. Lama-kelamaan, ia merasa tak puas bila hanya menghindari konsumsi makanan dan minuman dari hewan oleh karena itu. Ia bertekad merawat wajah dan tubuh dengan jenis produk vegan.

Belakangan, ia lega karena sudah bisa memilih berbagai produk kosmetik dan perawatan wajah sesuai keinginan. Perempuan ini tidak perlu lagi susah-susah bikin pelembab bibir dan wajah atau jenis produk perawatan lain seperti yang dilakukannya satu dekade lalu.

Bila dulu unggahan blog-nya kerap berisi resep pembuatan kosmetik vegan dengan cara sederhana, belakangan laman situs Vegan Beauty Review miliknya berisi ulasan berbagai produk kosmetik vegan yang dijual di pasaran. Pada 12 Maret lalu, Subramanian mengunggah materi yang menarik yakni bagaimana menemukan ragam kosmetik vegan di supermarket sejenis Wallmart.

Unggahan tersebut menyiratkan kini kosmetik vegan bukan termasuk barang eksklusif atau mahal. Benda tersebut telah jadi dagangan arustama (mainstream) yang mudah ditemui di toko retail non-kosmetik kelas menengah.

Hal tersebut adalah contoh kecil dari tren veganisme yang akan berlangsung sepanjang 2019. The Economist pernah membuat prediksi tentang fenomena-fenomena besar yang bisa terjadi selama tahun ini. Korespondennya, John Parker, menyebut 2019 sebagai tahun Veganisme. Klaim itu muncul setelah Parker melihat peningkatan jumlah penganut vegan di AS yang berasal dari kalangan milenial berusia dua puluhan.

Bukan cuma Parker yang menganggap kosmetik vegan berpotensi menjadi barang laris dan menjadi tren. Lembaga riset Grand View Research yang menyebut jumlah penjualan kosmetik vegan akan meningkat dan mencapai angka 20,8 miliar dolar pada 2025. Penyebabnya, kaum milenial lebih suka memilih kosmetik yang dibuat tanpa unsur kekerasan terhadap hewan dan lebih nyaman menggunakan kosmetik yang berasal dari tumbuhan.

Setahun lalu, institusi penelitian NPD group menyebut di Inggris terjadi peningkatan penjualan kosmetik vegan sebanyak 38 persen dalam setahun. Di sana, minat orang terhadap kosmetik vegan muncul karena adanya berbagai kampanye guna mempromosikan gaya hidup vegan. Hal itu berdampak pada keinginan masyarakat untuk mencari produk kosmetik vegan yang berfungsi mencegah penuaan, membersihkan dan melembapkan wajah, dan merawat kulit di sekitar mata.

Infografik Kosmetik Vegan

Infografik Kosmetik Vegan

Peningkatan produk penjualan kosmetik tak lepas dari pengaruh sosok-sosok seperti Subramanian. Bustlemencatat setidaknya ada 11 blogger kecantikan yang punya andil dalam membuat kaum milenial atau generasi z memilih meninggalkan kosmetik favorit demi jadi bagian dalam tren kosmetik vegan.

Sebagian blogger tak hanya berperan sebagai pengulas produk dan memberi tutorial rias wajah. Ada dari mereka yang berprofesi sebagai pengusaha produsen cat rambut vegan, ada pula yang rutin menggaungkan gaya hidup vegan secara holistik dengan menerapkan fesyen vegan.

“Menggunakan kosmetik vegan adalah pernyataan sikap seseorang soal industri yang tidak pernah mau mereka dukung,” kata Tashina Combs, blogger kecantikan vegan, seperti yang dikutip Guardian.

Hal ini akhirnya membuat perusahaan makeup seperti The Body Shop, Kat Von D Beauty, Urban Decay, Lush, e.l.f, dan Cover FX memutuskan melansir produk vegan.

Kepala toko retail kecantikan Superdrug Sarah Gardner bilang bahwa sejak 2015 publik mulai menganggap penggunaan produk vegan adalah hal yang penting. Saat itu Gardner sudah melihat beberapa perusahaan kosmetik mulai memproduksi kosmetik vegan. Ia pun mengikuti tren tersebut dengan melansir produk serupa.

“Ranah makeup sudah benar-benar berubah,’ katanya.

Perubahan itu dirasakan pula oleh sejumlah penata rias selebritas di AS salah satunya Katey Denno yang terbiasa mendandani selebritas seperti Cara Delevigne dan Amanda Seyfried. Dalam wawancara dengan Allure, ia bilang penggunaan produk vegan lebih sesuai dengan visi hidupnya.

“Dulu, aku adalah seorang pekerja sosial yang bertugas menyadarkan publik tentang pentingnya memperhatikan setiap hal yang hendak dikonsumsi atau digunakan seseorang dan aku merasa perlu mempraktikkan hal itu dalam profesiku sekarang,” ujar Denno yang bilang bahwa kini kualitas kosmetik vegan sudah jauh lebih baik ketimbang delapan tahun lalu.

Senior Vice President PETA, Kathy Guillermo, berkata bahwa “Masa depan industri kecantikan adalah kosmetik vegan. Hal ini belum disadari oleh seluruh pengusaha produk kosmetik tetapi mereka yang telah bergerak dalam ranah tersebut adalah pihak yang akan bertahan dalam bisnis ini.”

Meski dikatakan akan jadi tren, sampai saat ini belum ada regulasi resmi soal produk kecantikan vegan. Sejauh ini sertifikasi terhadap kosmetik vegan baru dilakukan oleh lembaga swasta non profit seperti PETA dan Vegan Society. Institusi resmi sekelas Food and Drugs Administration belum membuat aturan penggunaan dan kandungan yang baik digunakan dalam produk vegan karena kandungan yang berasal dari tumbuhan belum tentu dijamin aman bagi kulit manusia.

Sejauh ini informasi yang ‘cukup resmi’ soal produk vegan tersebar dari buku yang dibuat oleh pecinta kecantikan misalnya The Vegan Girls Guide To Life (2010) yang mencatat produk vegan adalah produk yang tidak memiliki kandungan seperti, “madu, beeswax, kolagen, elastin, gelatin, asam hialuronat, protein susu, keratin, laktosa, lanolin, mink oil, musk, royal jelly, dan silk powder.”

Bila benar adanya produk vegan akan menjadi tren, nampaknya perlu ada penelitian dan relulasi yang lebih serius guna mengontrol setiap bahan yang digunakan dalam produk.

Baca juga artikel terkait KOSMETIK atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani