tirto.id - Beberapa remaja di Jawa Tengah diduga mabuk dan teler karena meminum air rebusan pembalut wanita. Mabuk pembalut tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Jawa Tengah, BNN juga menemukan tren itu di Jakarta Timur, Karawang dan Bekasi.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty mengatakan pihaknya merasa sangat prihatin dengan semakin banyaknya kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut.
Dia mengatakan kegiatan remaja yang mencari alternatif zat yang dapat membuat mereka sakau, tenang ataupun gembira, awalnya didapatkan secara coba-coba.
"Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa zat 'temuan' para remaja itu termasuk kelompok eksperimen psikotropika" katanya, seperti dikutip Antara, Kamis (8/11/2018).
Hikmah mengatakan jumlah remaja itu belum bisa diprediksi karena berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreatifitas mereka "meramu" bahan-bahan yang mudah di dapat di pasaran.
"Minum air rebusan pembalut juga didapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem dan lain-lain," katanya.
Klorin dalam Pembalut
Salah satu bahan kimia yang terkandung dalam pembalut yakni zat Klorin (Cl2). Dalam penelitian YLKI pada tahun 2015, ditemukan sembilan pembalut mengandung klorin. Beberapa pembalut bahkan memiliki kandungan klorin yang sangat tinggi yaitu di atas 20,4 ppm.
Klorin merupakan gas kuning kehijauan, yang mana seiring dengan kemajuan teknologi dalam pembuatan pembalut dari bahan daur ulang, para produsen menggunakan klorin agar pembalut berwarna putih bersih. Oleh sebab itu, pembalut berklorin dapat menyebabkan gatal-gatal dan juga iritasi, apalagi jika dikonsumsi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 472/MENKES/PER/V/1996, juga dijelaskan sifat bahaya klorin dimasukkan dalam kategori racun dan dapat menyebabkan iritasi.
Suci Ramadhani Pane, dalam tulisannyaAnalisa Kandungan Klorin Pada Pembalut Wanita Serta Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Keluhan Kesehatan yang Terjadi pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2018, mengatakan klorin mudah dikenal dari baunya yang khas dan bersifat merangsang.
Dalam tulisannya tersebut dijelaskan juga bahwa penggunaan klorin sebenarnya dilarang pada produk kesehatan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Efek samping dari zat ini bahkan bisa menyebabkan kematian mendadak.
“Keracunan kronis terjadi disebabkan karena menghirup gas klor dalam konsentrasi rendah tetapi terjadi berulang-ulang, sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra penciuman, merusak gigi atau gigi keropos,” tulis Suci Ramadhani Pane.
Bau dari Klorin memang bisa merangsang, tetapi bahaya dibaliknya lebih mengancam. Apa yang dilakukan oleh beberapa remaja tersebut merupakan bagian dari eksperimen psikotropika.
Editor: Yantina Debora