Menuju konten utama

Industri Tekstil Anjlok Imbas RI Abai Hilirisasi Petrokimia

Salah satu penyebab anjloknya kinerja industri TPT terjadi karena pemerintah mengesampingkan hilirisasi industri petrokimia.

Industri Tekstil Anjlok Imbas RI Abai Hilirisasi Petrokimia
Pekerja memasukkan kain ke dalam mesin sebelum dikemas di Pabrik Industri Tekstil Nanjung, Cimahi, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

tirto.id - Kepala Center of Industry, Trade and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, mengungkapkan salah satu penyebab anjloknya kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terjadi karena pemerintah mengesampingkan hilirisasi industri petrokimia. Padahal, saat kinerja TPT turun, akan sangat mungkin industri petrokimia ikut mengalami pelemahan karena minimnya permintaan dari industri hilir, yakni tekstil.

“Banyak yang mengatakan bahwa di industri kimia tidak hanya tekstil saja, ada plastik juga. Tapi kembali lagi, apa yang kita kenaikan hari ini, pakaian yang kita kenaikan hari ini bersumber pada yang kita miliki, minyak dan gas, salah satu yang terbesar juga,” katanya, dalam Diskusi Publik Indef, Kamis (8/8/2024).

Andry pun menyayangkan sikap pemerintah yang seolah-olah menganggap bahwa masalah di industri TPT adalah persoalan hilir. Padahal, banyak bahan baku industri TPT seperti benang filamen, serat poliester, hingga serat viscose berasal dari petrokimia.

Sebaliknya, ikut lunturnya industri petrokimia juga terjadi seiring dengan kenaikan realisasi impor bahan baku nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bahan baku/penolong pada Juni 2024 masih sebesar 428,3 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau menyumbang 74,11 persen dari total impor Juni.

“Pemerintah pada hari ini harus bekerja secara komprehensif, melihat dari bahan baku sampai kepada proses hilirnya dan perlindungan pun atau proteksi dalam hal ini juga diberikan dari bahan baku sampai hilir. Jangan sampai ada pembicaraan, sulit untuk mendapatkan bahan baku,” ucap Andry.

Selain itu, dia juga meminta agar pemerintah turut mendorong hilirisasi petrokimia, sama seperti yang saat ini sedang dilakukan pada sektor pertambangan. Sebab, dengan mendorong hilirisasi industri petrokimia, kebutuhan bahan baku industri TPT pun akan semakin terjamin.

“Sangat disayangkan sekali ketika kita bicara mengenai lima sub sektor industri, hilirisasi ini masih cukup berat di hilirisasi pertambangan. Padahal, tekstil kalau kita tarik ke belakang, ini adalah bagian dari hilirisasi migas, produk hilir petrokimia. Harusnya pemerintah memberikan effort cukup besar. Jangan hanya sebatas hilirisasi Pertambangan saja,” sambung Andry.

Baca juga artikel terkait TEKSTIL atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang