Menuju konten utama

5 Contoh Kultum Idul Fitri Singkat 7 Menit & Judul Menarik

Kultum Idul Fitri dapat berisi motivasi dan nasihat tentang makna hari kemenangan. Berikut kumpulan kultum Idul Fitri singkat di penghujung bulan Ramadan. 

5 Contoh Kultum Idul Fitri Singkat 7 Menit & Judul Menarik
Ilustrasi Idul Fitri. foto/IStockphoto

tirto.id - Kultum Idul Fitri singkat 7 menit bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif penuh inspirasi. Kultum tentang hari raya Idul Fitri dapat menjadi pengingat bahwa Lebaran bukanlah sekadar perayaan, tapi juga momentum untuk memperbaiki diri.

Kuliah tujuh menit atau biasa disebut kultum adalah bentuk ceramah singkat berisi pesan-pesan keagamaan. Kultum bertujuan untuk memberikan nasihat atau motivasi dan sengaja dirancang berdurasi pendek agar tidak membuat pendengarnya merasa bosan.

Di penghujung bulan Ramadan, penceramah bisa mengangkat tema Idul Fitri, hari raya umat Islam yang juga disebut sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

Idul Fitri menjadi kebahagiaan tersendiri sehingga selalu dirayakan dengan penuh sukacita. Akan tetapi, tak sedikit yang berlebihan dalam merayakannya atau justru sekadar ikut meramaikan Lebaran dan melupakan esensi dari Idul Fitri itu sendiri.

Oleh karena itu, kultum Idul Fitri singkat bisa menjadi pengingat bahwa hari raya ini bukan sekadar ajang bersenang-senang, tapi memiliki makna yang jauh lebih dalam yang berhubungan dengan nilai-nilai keislaman.

Kumpulan Ide Judul Kultum Idul Fitri Singkat 7 Menit

Ilustrasi Kultum

Ilustrasi Kultum. FOTO/iStockphoto

Kultum Idul Fitri singkat bisa mengangkat beberapa topik khusus seperti makna Idul Fitri, tradisi mudik dan silaturahmi, hingga tentang bagaimana menjaga iman dan takwa setelah berlalunya Ramadan. Berikut beberapa contoh judul kultum menjelang Idul Fitri yang bisa dijadikan inspirasi:

  • Makna Idul Fitri: Kembali ke Fitrah yang Suci
  • Meraih Kemenangan Sejati di Hari Raya
  • Silaturahmi di Hari Raya: Menjalin Ukhuwah Islamiyah
  • Idul Fitri Menjelang, Ibadah Jangan Berkurang
  • Menjaga Spirit Ramadan Pasca Idul Fitri
  • Menggapai Ampunan Allah di Hari yang Fitri
  • Kesederhanaan dalam Berhari Raya: Jangan Berlebihan
  • Memaafkan dengan Tulus: Kunci Kebahagiaan Idul Fitri
  • Idul Fitri: Hari Kemenangan atau Hanya Seremonial?
  • Mengokohkan Keimanan Setelah Ramadan Berlalu

Contoh Kultum Idul Fitri Singkat 7 menit

Kultum singkat Idul Fitri dapat disampaikan saat bulan Ramadan, misalnya ketika menjelang berbuka puasa, setelah Tarawih, atau setelah salat berjamaah di masjid. Meski singkat, kultum ini diharapkan bisa menjadi motivasi agar umat Islam lebih meningkatkan ibadah dan mempersiapkan diri untuk hari raya.

Berikut materi kultum tentang Idul Fitri dengan berbagai judul:

1. Kultum Singkat tentang Hari Raya Idul Fitri dan Maknanya

ilustrasi Idul Fitri
ilustrasi Idul Fitri. FOTO/freepik.com/

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, tak terasa kita telah berada di penghujung Ramadan. Sebentar lagi kita akan kembali berpisah dengan bulan penuh berkah ini dan merayakan kemenangan di hari Idul Fitri.

Bagi kita, umat Islam, Idul Fitri adalah hari yang sangat istimewa sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik:

“Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i).

Hadirin sekalian, Idul Fitri bukan sekadar hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan, tapi juga hari di mana kita kembali kepada fitrah, yakni kesucian dan kebersihan hati.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Barang siapa berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang muslim yang berpuasa dan beribadah sungguh-sungguh selama Ramadan, maka ia seperti bayi yang terlahir kembali di hari Idul Fitri. Dosa-dosanya telah terhapus dan ia bagaikan kain putih yang bersih.

Mari kita pahami bahwa Idul Fitri adalah hari yang penuh makna. Idul Fitri adalah momentum untuk refleksi diri sekaligus mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan.

Setelah sebulan penuh kita berlatih menahan hawa nafsu, mendekatkan diri kepada Allah, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama, Idul Fitri menjadi hari di mana kita merayakan keberhasilan ibadah tersebut dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur.

Lalu, bagaimana cara kita menyambut Idul Fitri? Pertama, tetap tingkatkan ibadah karena waktu Ramadan yang semakin sempit dan akan segera berlalu.

Kedua, ikuti amalan-amalan yang dianjurkan saat Idul Fitri tiba. Salah satunya adalah memperbanyak zikir dengan mengucap takbir. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

“Dan sempurnakanlah bilangan Ramadan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Kita hidupkan hari raya dengan berbagai ibadah, baik itu salat, membaca Al-Quran, bersedekah, zikir, dan tentunya memperbanyak doa.

Hadirin yang dirahmati Allah, Idul Fitri mengajarkan kita untuk tetap menjaga nilai-nilai kebaikan yang telah kita tanamkan selama Ramadan. Ibadah, ketakwaan, dan amal baik tidak boleh berhenti setelah Ramadan berlalu, melainkan harus terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, zakat fitrah juga menjadi salah satu ibadah penting yang tak boleh terlewat dan harus ditunaikan sebelum Idul Fitri.

Zakat ini berfungsi untuk membersihkan jiwa dari kesalahan kecil selama puasa serta membantu mereka yang kurang mampu agar dapat merayakan hari raya dengan penuh kebahagiaan.

“Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perkara sia-sia dan perkataan keji, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa menunaikannya sebelum shalat (Id), maka itu adalah zakat yang diterima. Dan barang siapa menunaikannya setelah shalat (Id), maka itu adalah satu sedekah.” (HR. Abu Dawud).

Hadirin sekalian, Idul Fitri bukan hanya sekadar merayakan hari besar Islam, tapi juga ajang untuk memperbaiki diri dan hubungan sosial, meningkatkan rasa empati, dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hidup dalam kebersamaan.

Oleh karena itu, mari kia siapkan diri untuk hari yang mulia ini dan merayakannya dengan saling memaafkan, memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan terus meningkatkan kualitas ibadah kita.

Mari kita jadikan Idul Fitri sebagai titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih taat kepada Allah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mendapatkan keberkahan di hari yang fitri.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Kultum Idul Fitri: Saling Memaafkan

Ilustrasi Saling Memaafkan
Ilustrasi Saling Memaafkan. foto/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga kita masih diberi kesempatan untuk menikmati keberkahan di bulan Ramadan.

Hadirin yang dirahmati Allah, sebentar lagi kita akan merayakan Idul Fitri, hari kemenangan yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Idul Fitri adalah momentum untuk kembali kepada fitrah, kesucian, dan kebersihan hati.

Salah satu tradisi Lebaran di Indonesia adalah saling memohon maaf, baik antar keluarga, teman, maupun dengan para tetangga. Ini adalah tradisi yang sangat baik karena selaras dengan ajaran agama.

Allah SWT berfirman:

“Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya sikap pemaaf dan mengedepankan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah kenapa saling memaafkan di Idul Fitri adalah tradisi yang sangat baik dan harus dijaga.

Namun, tentunya meminta maaf dan memaafkan tidak hanya dilakukan saat hari raya, tapi juga setiap saat. Terlebih, kita kadang melakukan kesalahan yang tidak disadari atau tidak disengaja sehingga sudah sepatutnya kita untuk meminta maaf tanpa harus menunggu momen Lebaran.

Saling memaafkan juga menjadi kunci dalam menjalin ukhuwah Islamiyah. Dengan memaafkan, kita membersihkan hati dari dendam dan kebencian yang bisa merusak hubungan persaudaraan.

Allah juga sangat mencintai hamba-Nya yang mau memaafkan orang lain. Seseorang yang mau memaafkan orang lain pun akan mendapatkan pahala yang besar sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syu’ara: 40).

Hadirin yang berbahagia, saat Idul Fitri tiba, marilah kita membuka hati untuk saling memaafkan. Mungkin selama setahun terakhir kita pernah menyakiti perasaan saudara, teman, atau keluarga, baik disengaja maupun tidak.

Idul Fitri adalah saat yang tepat untuk menghapus semua kesalahan dan memulai lembaran baru dengan hati yang bersih. Tak hanya meminta maaf pada sesama, tapi kita juga harus memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan.

Sebab, sebesar apa pun kesalahan manusia, rahmat dan ampunan Allah selalu lebih besar. Mari kita perbanyak doa dan istigfar untuk memohon ampunan-Nya.

Mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai momen untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Jangan biarkan hati kita dipenuhi kebencian, dendam, atau kesombongan. Sebaliknya, mari kita hiasi dengan kasih sayang, keikhlasan, dan sikap saling memaafkan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, serta menerima segala amal ibadah kita di bulan Ramadan. Jangan lupa, mari kita saling mengucapkan ‘taqabbalallahu minna wa minkum’, semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Kultum Singkat Idul Fitri: Silaturahmi di Hari yang Suci

Ilustrasi Silaturahmi
Ilustrasi Silaturahmi. tirto.id/elements.envato.com/

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah, Idul Fitri adalah momen yang sangat istimewa bagi umat Islam. Selain sebagai hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan, Idul Fitri juga menjadi waktu yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi.

Dalam Islam, silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat penting karena menjadi salah satu amalan yang dapat mendatangkan keberkahan dan memperpanjang umur. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya.” (HR. Bukhari)

Silaturahmi bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga perintah dalam agama. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“...Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan…” (QS. An-Nisa: 1).

Idul Fitri menjadi kesempatan emas untuk saling berkunjung, meminta maaf, dan memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang. Memaafkan kesalahan orang lain adalah salah satu ajaran utama Islam yang harus kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hadirin yang dirahmati Allah, silaturahmi juga memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah menumbuhkan rasa kasih sayang, memperkuat ukhuwah Islamiyah, serta menghilangkan kebencian di antara sesama.

Selain itu, dengan bersilaturahmi, kita bisa lebih memahami kondisi saudara-saudara kita dan membantu mereka yang sedang dalam kesulitan.

Di zaman modern ini, silaturahmi bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui kunjungan langsung maupun melalui teknologi seperti telepon dan media sosial. Yang terpenting adalah menjaga komunikasi dan tetap menunjukkan kepedulian terhadap keluarga dan sahabat.

Sebagai umat Islam, kita harus menjadikan silaturahmi sebagai bagian dari kehidupan kita, tidak hanya saat Idul Fitri, tetapi juga dalam keseharian. Dengan memperbanyak silaturahmi, kita akan semakin dekat dengan Allah dan mendapatkan keberkahan dalam hidup.

Marilah kita manfaatkan momen Idul Fitri ini untuk saling memaafkan dan mempererat hubungan dengan keluarga, tetangga, serta sahabat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum Idul Fitri Singkat: Kesederhanaan dalam Perayaan

Ilustrasi Merayakan Idul Fitri
Ilustrasi Merayakan Idul Fitri. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah, perayaan Idul Fitri tinggal menghitung hari. Setelah sebulan penuh berpuasa, kita akan merayakan hari kemenangan yang penuh sukacita. Kita pun dianjurkan untuk menghidupkan hari raya ini, terutama dengan memperbanyak ibadah.

Di sisi lain, mayoritas dari kita juga pasti akan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kesenangan. Ada yang sibuk membuat kue kering, mempercantik rumah, hingga berbondong-bondong membeli baju baru untuk hari raya.

Tak ada yang salah dengan itu, tapi mari kita ingat bahwa dalam merayakan hari yang penuh berkah ini, kita tetap harus mengutamakan kesederhanaan dan tidak berlebihan dalam segala hal.

Idul Fitri memang menjadi perayaan besar bagi umat Islam, tapi bukan berarti kita harus berlebihan dalam hal mengeluarkan materi untuk hal-hal duniawi. Idul Fitri bukan hanya soal perayaan, tapi juga tentang bagaimana kita mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah kita pupuk selama Ramadan.

Allah SWT sesungguhnya tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak berlebihan dalam menikmati rezeki yang telah Allah berikan, termasuk dalam merayakan Idul Fitri. Oleh karena itu, kita harus menahan diri dari sikap boros dan bermegah-megahan dalam perayaan Idul Fitri.

Kesederhanaan dalam Idul Fitri bisa diwujudkan dalam berbagai aspek, seperti dalam berpakaian, menyajikan hidangan, dan mengadakan acara silaturahmi. Tidak perlu berlebihan dalam membeli pakaian baru atau menyajikan makanan terlalu banyak yang akhirnya terbuang sia-sia.

Islam sangat menekankan pentingnya hidup hemat dan menghindari pemborosan karena ini adalah sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’: 27).

Hadirin yang berbahagia, mari kita jadikan Idul Fitri sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesederhanaan. Jangan sampai perayaan ini justru membuat kita terjebak dalam budaya konsumtif yang hanya berorientasi pada kemewahan duniawi.

Lebih baik kita mengutamakan berbagi dengan sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan mempererat tali silaturahmi.

Selain itu, kita juga harus mengingat bahwa hakikat Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Jangan sampai perayaan yang berlebihan justru membuat kita lupa akan nilai-nilai ibadah dan keikhlasan yang telah kita pelajari selama Ramadan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Kultum Idul Fitri Singkat: Menjaga Spirit Ramadan

Ilustrasi Ibadah
Ilustrasi Ibadah. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah, kita telah tiba di penghujung Ramadan dan Idul Fitri sudah di depan mata. Idul Fitri adalah momen penuh sukacita, momen kemenangan yang sudah dinanti-nanti setelah kita semua berpuasa satu bulan lamanya.

Namun, apa makna dari kemenangan yang sesungguhnya? Idul Fitri kerap disebut hari kemenangan karena hari ini menandakan kemenangan umat Islam yang berhasil melawan hawa nafsu selama Ramadan.

Kemenangan ini juga mengacu pada keberhasilan kita dalam meningkatkan iman dan takwa dengan memperbanyak ibadah. Puncaknya adalah ketika kita “terlahir” kembali di hari Idul Fitri karena Allah telah menghapus dosa-dosa kita.

Inilah alasan kenapa Idul Fitri disebut sebagai hari kemenangan. Akan tetapi, kemenangan sejati bukan hanya saat Idul Fitri. Kemenangan sesungguhnya bagi seorang muslim adalah ketika ia berhasil menjaga spirit Ramadan di bulan-bulan yang lain.

Salah satu bentuk menjaga spirit Ramadan adalah dengan tetap melaksanakan ibadah-ibadah yang telah biasa dilakukan selama bulan suci tersebut. Jika saat Ramadan kita berusaha salat tepat waktu, maka kebiasaan ini juga harus tetap dilakukan di luar Ramadan.

Begitu juga dengan amalan-amalan lainnya, baik itu membaca Al-Quran, zikir, sedekah, dan sebagainya. Jangan sampai amalan-amalan ini justru berkurang, malah sebaiknya lebih ditingkatkan lagi meskipun tidak dalam waktu Ramadan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR. Muslim)

Selain itu, jangan lupa untuk puasa sunah enam hari di bulan Syawal sebagai salah satu cara untuk melanjutkan ibadah setelah Ramadan. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR. Muslim”

Hadirin yang dirahmati Allah,

Spirit Ramadan mengajarkan kita untuk terus meningkatkan akhlak yang baik, seperti sabar, rendah hati, dan peduli terhadap sesama. Sifat-sifat mulia ini harus tetap kita jaga agar kehidupan kita selalu penuh berkah dan mendapatkan rida dari Allah SWT.

Jangan sampai setelah Ramadan berlalu, kita kembali kepada kebiasaan lama yang kurang baik. Kita harus menjadikan Ramadan sebagai titik awal perubahan menuju pribadi yang lebih bertakwa dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Marilah kita berdoa agar Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk istiqamah dalam kebaikan dan ibadah. Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian kultum Idul Fitri singkat penuh makna yang dapat mengingatkan kita akan pentingnya merayakan hari kemenangan dengan penuh rasa syukur, kebahagiaan, dan kebersamaan. Semoga momentum ini dapat menjadikan kita pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, serta semakin peduli terhadap sesama.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2025 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani