tirto.id - Kultum merupakan akronim dari kuliah tujuh menit. Istilah tersebut mengacu pada ceramah agama Islam yang disampaikan secara singkat, padat, dan penuh makna dalam waktu sekitar tujuh menit.
Dalam beberapa kesempatan, kultum bahkan bisa dipersingkat sehingga bisa selesai di bawah durasi 7 menit. Namun, pada kesempatan yang lain kultum juga bisa disampaikan lebih dari 7 menit. Jadi istilah kultum cukup general penggunaannya mengacu pada kegiatan ceramah agama Islam yang dikemas dalam berbagai judul.
Kultum Idul Fitri singkat kerap disampaikan dalam momentum usai salat Idul Fitri atau salat Ied. Tausiyah tentang Idul Fitri sering disampaikan oleh para khatib yang bertugas dalam penyelenggaraan salat Ied.
Terkadang kultum Idul Fitri singkat 5 menit dikemas dengan pembahasan yang jelas, padat, dan singkat. Pada intinya makna dan pesan dari kultum dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
Kultum Idul Fitri kerap juga dikenal dengan khutbah Idul Fitri. Umumnya materi yang disampaikan dalam kesempatan ini ialah kultum tentang Hari Raya Idul Fitri.
Materi kultum tentang Idul Fitri sendiri terdiri dari banyak topik pembahasan keagamaan Islam. Berkaitan dengan Idul Fitri, tak sedikit kultum menjelang Idul Fitri membahas tentang makna Fitri dalam momentum Idul Fitri, keutamaan silaturahmi dalam Islam, menjaga kebersihan hati, hingga materi kultum singkat tentang zakat fitrah.
Inilah beberapa contoh kultum singkat 5 menit yang bertema idul fitri yang bisa dijadikan sebagai referensi. Contoh kultum singkat tentang Hari Raya Idul Fitri bisa dimanfaatkan sebagai materi penting untuk menyusun kultum singkat Idul Fitri.
Kumpulan Ide Judul Kultum Idul Fitri Singkat 5 Menit
Idul Fitri merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Usai sebulan melaksanakan ibadah puasa Ramadan, Hari Raya Idul Fitri pun tiba.
Berbagai nikmat, rasa syukur, dan sukacita Idul Fitri menjadi ekspresi bahagia setiap muslim di mana pun berada. Hari Raya Idul Fitri, tepatnya setelah salat Ied juga menjadi momentum yang tepat untuk saling berbagi ilmu dan inspirasi keislaman.
Salah satunya diwujudkan dengan kultum Idul Fitri 5 menit. Judul kultum Idul Fitri singkat diperlukan sebagai referensi untuk menyusun keseluruhan isi kultum Idul Fitri singkat. Berikut adalah 10 ide judul kultum Idul Fitri singkat yang dapat disampaikan dalam waktu 5 menit:
1. Makna Kembali ke Fitrah dalam Idul Fitri
2. Menjaga Kebersihan Hati setelah Ramadan
3. Keutamaan Saling Memaafkan di Hari Raya
4. Idul Fitri: Momentum untuk Menjadi Lebih Baik
5. Menjalin Silaturahmi sebagai Bentuk Syukur
6. Melanjutkan Kebiasaan Baik Setelah Ramadan
7. Zakat Fitrah dan Maknanya bagi Kehidupan Sosial
8. Idul Fitri: Hari Kemenangan atau Awal Perjuangan?
9. Mengenang Jasa Orang Tua di Hari Raya
10. Bersyukur dengan Kesederhanaan di Hari Idul Fitri
Contoh Kultum Idul Fitri Singkat 5 Menit
Pria Muslim religius pidato di masjid. FOTO/iStockphoto

Contoh kultum Idul Fitri singkat bisa menjadi referensi untuk menyusun kultum atau khutbah Idul Fitri yang disampaikan dalam waktu sekitar 5 menit atau 7 menit. Meskipun disampaikan dalam waktu singkat, kultum Idul Fitri ini harapannya tetap dapat bermakna bagi siapa pun yang menyimak.
Inilah contoh kultum Idul Fitri singkat 5 menit:
1. Makna Kembali ke Fitrah dalam Idul Fitri
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhBismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kita nikmat Islam dan iman, serta kesempatan untuk menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan.
Saudara seiman dan seislam yang dirahmati Allah Swt.
Hari ini kita berkumpul dalam suasana penuh kebahagiaan, merayakan Idul Fitri yang berarti "kembali ke fitrah." Makna ‘fitrah’ dalam Islam berarti 'kesucian'.
Kita perhatikan sebagaimana bayi yang baru lahir tanpa dosa. Usai sebulan penuh kita berpuasa, kita belajar untuk menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Melalui satu bulan pendidikan tersebut, maka kita diharapkan bisa kembali dalam keadaan bersih, baik secara jasmani maupun rohani.
Namun, apakah cukup dengan merayakan Idul Fitri kita langsung kembali ke fitrah? Tentu tidak.
Kembali ke fitrah tidak hanya sekadar mengenakan pakaian baru, menyantap hidangan lezat, atau bersalam-salaman dengan wajah bahagia saat silaturahmi saudara. Lebih dari itu, kembali ke fitrah berarti kita harus kembali kepada Allah Swt. dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan niat yang tulus untuk terus berbuat kebaikan.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 172:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَاۛ اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧٢
Wa idz akhadza rabbuka mim banî âdama min dhuhûrihim dzurriyyatahum wa asy-hadahum ‘alâ anfusihim, a lastu birabbikum, qâlû balâ syahidnâ, an taqûlû yaumal-qiyâmati innâ kunnâ ‘an hâdzâ ghâfilîn
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa manusia telah memiliki fitrah untuk mengakui kebesaran Allah sejak sebelum dilahirkan. Tugas kita setelah Idul Fitri adalah menjaga kesucian hati dan memperkuat iman agar tetap berada di jalan yang benar.
Lantas, bagaimana cara menjaga fitrah ini?
Menjaga salat lima waktu dengan lebih khusyuk. Ramadan telah melatih kita untuk lebih dekat dengan Allah Swt. Setelah Idul Fitri, jangan sampai kita kembali lalai dalam menunaikan salat.
Memperbanyak sedekah dan zakat. Ramadan mengajarkan kita untuk berbagi. Mari kita lanjutkan kebiasaan ini sepanjang tahun.
Memperbaiki akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling baik akhlaknya. Mari kita lebih sabar, santun, dan menjaga lisan dari kata-kata yang menyakiti orang lain.
Saudara seiman dan seislam yang dimuliakan Allah Swt.
Idul Fitri tidak berarti menjadi akhir dari perjuangan, tetapi Idul Fitri menjadi awal dari perjalanan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Marilah kita manfaatkan hari kemenangan ini sebagai momentum untuk benar-benar kembali kepada Allah Swt.
Hati yang bersih dan niat yang tulus perlu menjadi jiwa kita setiap saat. Semoga Allah Swt. menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Saya mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
2. Menjaga Kebersihan Hati Setelah Ramadan
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhBismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Idul Fitri.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hari ini, kita telah sampai pada momen Idul Fitri, hari kemenangan bagi orang-orang yang beriman. Namun, perlu kita renungkan, apakah setelah Ramadan ini kita tetap menjaga kebersihan hati, atau justru kembali kepada kebiasaan lama yang kurang baik?
Ramadan adalah bulan di mana kita berlatih untuk mengendalikan hawa nafsu, menjauhi hal-hal yang buruk, dan memperbanyak ibadah. Namun, setelah Ramadan berlalu, tantangan sesungguhnya dimulai. Apakah kita bisa mempertahankan kebersihan hati yang telah kita latih selama satu bulan penuh?
Allah Swt. berfirman dalam Surah Asy-Syams ayat 9-10:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩
Qad aflaḫa man zakkâhâ
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).”
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ١٠
Wa qad khâba man dassâhâ
“Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”
Ayat ini menjelaskan bahwa menjaga kebersihan hati adalah sebuah keharusan, tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga sepanjang hidup kita. Lantas, bagaimana cara kita menjaga kebersihan hati setelah Ramadan?
Pertama, menjaga keikhlasan dalam beramal. Selama bulan Ramadan, kita banyak melaksanakan amal ibadah, mulai dari salat, sedekah, hingga membaca Al-Qur'an.
Namun, setelah Ramadan, apakah kita masih melanjutkannya? Jangan sampai ibadah yang kita lakukan hanya semangat di bulan Ramadan saja, lalu setelah itu kita kembali lalai.
Keikhlasan dalam beramal harus tetap kita jaga supaya hati kita tetap bersih dan jauh dari riya'. Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian." (HR. Muslim)
Kedua, menghindari dosa lisan. Selama Ramadan, kita berusaha menjaga lisan dari ghibah, fitnah, dan perkataan yang menyakiti orang lain. Begitu Ramadan berakhir, marilah kita pertahankan kebiasaan ini. Rasulullah saw. bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga ucapan kita agar tidak menyakiti hati orang lain dan tetap menjaga kebersihan hati kita sendiri.
Ketiga, menjaga hubungan baik dengan sesama. Idul Fitri merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang renggang. Namun, menjaga hubungan baik tidak hanya dilakukan saat hari raya.
Setelah Idul Fitri, mari kita terus berusaha mempererat silaturahmi, memaafkan kesalahan orang lain, dan menjauhi dendam. Rasulullah saw. bersabda:
"Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika masih ada ganjalan dalam hati kita terhadap seseorang, segera maafkan dan luruskan kembali hubungan yang sempat retak.
Keempat, memperbanyak zikir dan doa. Hati yang bersih adalah hati yang selalu mengingat Allah Swt.
Setelah Ramadan, jangan sampai kita menjauh dari-Nya. Perbanyaklah zikir, istighfar, dan doa agar hati kita tetap bersih dan jauh dari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong.
Allah Swt. berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ٢٨
Alladzîna âmanû wa tathma'innu qulûbuhum bidzikrillâh, alâ bidzikrillâhi tathma'innul-qulûb
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Menjaga kebersihan hati bukanlah perkara yang mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil. Dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, kita bisa tetap istikamah dalam kebaikan meskipun Ramadan telah berlalu.
Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang hanya rajin beribadah di bulan Ramadan, lalu kembali lalai setelahnya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang tetap menjaga kebersihan hati dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.
Akhir kata, saya mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima amal ibadah kita.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
3. Keutamaan Saling Memaafkan di Hari Raya

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Idul Fitri.
Hadirin sekalian,
Hari raya Idul Fitri adalah momentum yang penuh dengan kebahagiaan dan kebersamaan. Salah satu tradisi yang selalu kita lakukan adalah saling memaafkan. Namun, pernahkah kita benar-benar memahami makna dari memaafkan?
Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nur ayat 22:
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٢٢
wa lâ ya'tali ulul-fadlli mingkum was-sa‘ati ay yu'tû ulil-qurbâ wal-masâkîna wal-muhâjirîna fî sabîlillâhi walya‘fû walyashfaḫû, alâ tuḫibbûna ay yaghfirallâhu lakum, wallâhu ghafûrur raḫîm
“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kandungan ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. sangat mencintai orang yang suka memaafkan. Sebagaimana kita mengharapkan ampunan dari Allah Swt., kita juga harus berlapang dada untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Mengapa memaafkan itu penting?
Memaafkan mendatangkan ketenangan hati. Kebencian hanya akan menambah beban dalam hidup kita.
Memaafkan adalah akhlak mulia. Rasulullah saw. adalah manusia yang paling pemaaf. Bahkan ketika beliau dihina dan disakiti, beliau tetap memaafkan dengan hati yang lapang.
Memaafkan dapat mempererat silaturahmi. Jika kita terbiasa saling memaafkan, maka hubungan kita dengan keluarga, teman, dan sesama Muslim menjadi lebih baik.
Namun, bagaimana jika kita sulit memaafkan?
Ingatlah bahwa semua manusia pernah melakukan kesalahan. Kita pun sering berbuat salah, dan tentu ingin dimaafkan oleh orang lain.
Berdoalah kepada Allah Swt. agar hati kita dilembutkan.
Sadari bahwa dendam tidak akan membawa manfaat apa pun.
Hadirin yang berbahagia,
Mari kita manfaatkan Idul Fitri ini sebagai kesempatan untuk membuka hati dan saling memaafkan. Jika ada saudara yang pernah menyakiti kita, mari kita maafkan dengan ikhlas. Jika kita pernah menyakiti orang lain, jangan ragu untuk meminta maaf.
Semoga dengan hati yang bersih, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih damai dan diberkahi oleh Allah Swt.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
4. Idul Fitri: Momentum untuk Menjadi Lebih Baik

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat Islam dan iman, serta kesempatan untuk bertemu dengan hari kemenangan, Idul Fitri. Selawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw., teladan terbaik bagi umat manusia.
Hadirin yang berbahagia,
Hari ini kita merayakan Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan dan keberkahan. Namun, apakah makna sejati dari Idul Fitri? Apakah Idul Fitri itu sekadar perayaan usai sebulan berpuasa ataukah lebih dari itu?
Idul Fitri menjadi momentum bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selama Ramadan, kita telah melatih diri dalam menahan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Kini, usai Ramadan berlalu, tugas kita adalah menjaga dan meningkatkan kebiasaan baik yang telah kita bangun. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha waltandhur nafsum mâ qaddamat lighad, wattaqullâh, innallâha khabîrum bimâ ta‘malûn
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini mengajak kita untuk selalu memperbaiki diri dan berpikir ke depan. Ramadan telah membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik, dan Idul Fitri menjadi awal untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas diri.
Lanta, bagaimana caranya?
Pertama, tetaplah menjaga ibadah. Jangan sampai kebiasaan salat berjemaah, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah hanya menjadi rutinitas Ramadan saja.
Kedua, jadilah pribadi yang lebih baik dalam hubungan sosial. Ramadan mengajarkan kita untuk bersabar, menahan emosi, dan memperbanyak kebaikan. Sikap ini harus tetap kita pelihara.
Ketiga, menghindari kebiasaan buruk yang telah ditinggalkan. Jika selama Ramadan kita menahan diri dari ghibah, fitnah, dan perkataan yang menyakiti, maka setelah Ramadan pun kita harus tetap menjauhinya.
Ketiga, marilah kita menjadikan Idul Fitri sebagai titik awal untuk terus memperbaiki diri. Jangan sampai kita menjadi orang yang kembali ke kebiasaan buruk setelah Ramadan berakhir. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
5. Menjalin Silaturahmi sebagai Bentuk Syukur
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhBismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk merayakan Idul Fitri. Hadirin yang dirahmati Allah...
Idul Fitri bukanlah tentang kemenangan atas hawa nafsu, melainkan momentum mempererat kembali tali persaudaraan. Setelah satu bulan berpuasa, kini saatnya kita membersihkan hati dengan saling memaafkan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
Rasulullah saw. bersabda:
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa menjalin silaturahmi memiliki manfaat besar, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Namun, bagaimana cara kita menjaga silaturahmi?
Pertama, memaafkan dengan ikhlas. Idul Fitri adalah momen untuk saling memaafkan. Jangan biarkan dendam dan kebencian menghalangi kebersamaan kita dengan keluarga, sahabat, dan saudara.
Kedua, mengunjungi sanak saudara. Meskipun teknologi memudahkan komunikasi, tetaplah luangkan waktu untuk bertemu secara langsung. Tatap muka memiliki makna yang lebih dalam dalam menjalin kebersamaan.
Ketiga, mendoakan kebaikan bagi sesama. Salah satu bentuk silaturahmi yang baik adalah dengan mendoakan saudara kita. Doa yang tulus akan menguatkan hubungan hati dan membawa keberkahan.
Hadirin yang berbahagia,
Mari jadikan Idul Fitri sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan dan menjaga silaturahmi. Dengan begitu, kita menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat kehidupan yang telah diberikan. Semoga Allah Swt. senantiasa menjaga persaudaraan kita dan melimpahkan keberkahan dalam hidup kita.
Akhir kata, taqabbalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Uraian tentang contoh kultum Idul Fitri singkat dapat dipelajari dan dijadikan referensi. Semoga contoh kultum Idul Fitri singkat dapat memudahkan untuk menyusun kultum singkat Idul Fitri.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani