tirto.id - Ada beberapa contoh teks khutbah Idul Adha kisah Nabi Ibrahim dan Ismail. Contoh khotbah dapat digunakan langsung maupun disesuaikan penceramah.
Idul Adha merupakan salah satu hari raya yang diperingati umat Islam tiap tahunnya. Hari Raya Idul Adha biasa disebut sebagai hari raya kurban.
Alasan penyebutan hari raya kurban adalah karena masih berkaitan dengan peristiwa Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih putra, Nabi Ismail As. atas perintah Allah Swt.
Contoh Khutbah Idul Adha Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail
Sejumlah kisah teladan yang pernah dialami Nabi Ibrahim bisa dipetik dan menjadi pelajaran bagi umat manusia. Seperti tentang menghadapi sejumlah ujian, keimanan kepada Allah Swt, dan rela untuk berkorban.Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dapat dijadikan teladan umat Islam yang disampaikan melalui khutbah. Berikut ini contoh khutbah tentang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
1. Khutbah Idul Adha 4 Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُالحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.
اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال أَيْضًا : وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Hadirin jamaah salat Idul Adha yang dimuliakan Allah Swt.
Yang pertama dan paling utama, mari kita tingkatkan rasa iman dan takwa kepada Allah Swt. Yakni dengan jalan tetap menjauhi larangan-Nya dan disertai dengan menjalankan segala perintahnya.
Kemudian, mari kita bersyukur terhadap segala anugerah yang telah diberikan Allah Swt. sehingga kita masih diberi kesempatan untuk bisa hadir dan menikmati hari yang mulia ini, yaitu Hari Raya Idul Adha.
Jamaah yang berbahagia semuanya,
Idul Adha tentu tidak bisa terlepas dari peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim As. semasa hidup. Sejumlah keteladanan bisa dipetik umat manusia dari kisah yang dilalui oleh ayah kandung Nabi Ismail As. tersebut.
Salah satu di antara yang terjadi ialah bagaimana cara Nabi Ibrahim As. menemukan "Tuhan". Diceritakan bahwa Nabi Ibrahim merupakan seorang yang cerdas dan pintar.
Kala masih muda, ia mengalami kegelisahan. Penduduk zaman itu banyak yang menyembah berhala alias patung. Dan patung-patung ini dianggap sebagai Tuhan.
Lalu, pada malam hari datang, ia merenung dan melihat ke arah bintang, yang dikira selaku Tuhan. Lagi-lagi, Nabi Ibrahim tidak percaya karena bintang pada akhirnya tenggelam. Demikian pula yang terjadi terhadap bulan.
Ketika matahari datang di siang hari, hal yang sama tersaji. Ia juga tidak percaya karena matahari yang sedemikian besar itu akhirnya terbenam juga.
Kisah yang lainnya ialah saat dirinya menghancurkan patung-patung milik Raja Namrud. Alasannya, patung yang dianggap sebagai Tuhan itu justru tidak mampu melindungi diri sendiri kala dihancurkan oleh dirinya.
Namun demikian, atas perbuatannya tersebut, Nabi Ibrahim mendapatkan hukuman dari sang Raja. Badannya dibakar. Ketika api sudah mulai membakar tubuh, Allah Swt. kemudian memberikan pertolongan-Nya.
Api yang seharusnya panas justru malah menjadi dingin. Artinya, tubuh Nabi Ibrahim yang diharapkan oleh Sang Raja bisa menjadi abu, malah tidak hangus sedikit pun.
Melalui Al-Qur'an Surah Al-Anbiya ayat 69, dituliskan bahwa:
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
Artinya,"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim,".
Jamaah Rahimakumullah,
Peristiwa penting lainnya yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim AS ialah perihal karunia seorang anak. Kendati ia seorang utusan, Allah juga tetap memberikan ujian. Nabi Ibrahim tetap bersabar kala beliau tidak kunjung mendapatkan seorang keturunan dalam hidupnya ketika itu.
Sang istri, Sarah, menyarankannya untuk menikah dengan Hajar, salah satu pembantu yang dimiliki. Lalu lahirnya seorang Ismail dari pernikahan Ibrahim dan Hajar tersebut. Kelak, sang anak juga diangkat menjadi nabi oleh Allah Swt.
Di tengah kebahagiaan tersebut, Sarah akhirnya dikaruniai anak. Lahirlah Ishaq, yang juga akan menjadi nabi. Ketika anak kedua hadir di dunia, usia Nabi Ibrahim sudah menginjak angka 100 tahun.
Ujian dari Allah tidak berhenti begitu saja. Kala menjalani kehidupan dengan keluarga, kemudian turun perintah untuk menyembelih sang putra kesayangan, Ismail.
Melalui firman-Nya, Surah As-Saffat ayat 102 menerangkan:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya,"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Mendapatkan persetujuan dari anaknya, Nabi Ibrahim tetap saja menunaikan perintah Allah Swt. Dan seketika pula ketika Ismail akan disembelih, Allah Swt. menunjukkan kekuasaan-Nya.
"Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (QS As Saffat 103-109).
Hadirin jamaah Salat Idul Adha yang berbahagia,
Banyak kisah teladan dari Nabi Ibrahim As. yang bisa menjadi contoh dalam menjalani kehidupan di masa kini. Diantaranya ialah menyampaikan sebuah kebenaran meskipun bakal ada resikonya, selalu tetap bersabar dalam menghadapi cobaan, serta teguh pada pendirian.
Demikian isi khotbah pertama ini. Semoga dapat bermanfaat, khususnya dalam menjalani hari raya Idul Adha.
2. Khutbah Idul Adha Belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
PendahuluanJemaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Iduladha menjadi satu momen yang tepat untuk belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Tidak hanya sekali setelah mendapatkan tiga mimpi yang sama tentang menyembelih putranya, Nabi Ibrahim baru percaya dan yakin atas perintah Allah Swt.
Dalam kasus ini, Nabi Ibrahim tidak terburu untuk mengambil keputusan setelah mimpi pertama maupun ketiga. Nabi Ibrahim menunggu semua perintah benar-benar jelas baginya.
Jemaah salat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Ismail adalah putra yang selama ini ditunggu-tunggu sejak lama oleh Nabi Ibrahim. Bukan hal yang mudah bagi Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya.
Akan tetapi demi menegakkan perintah Allah Swt, Nabi Ibrahim mendatangi Nabi Ismail untuk meminta kerelaan. Tanpa gundah sedikitpun, Nabi Ismail langsung menyetujui perintah Allah Swt. Hal ini diceritakan dalam Surah As-Saffat ayat 102 sebagai berikut:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Arab Latinnya:
Falammā balaga ma‘ahus-sa‘ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif‘al mā tu'mar(u), satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣābirīn(a).
Artinya:
"Ketika anak itu sampai pada [umur] ia sanggup bekerja bersamanya, ia [Ibrahim] berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia [Ismail] menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar,'" (QS. As-Saffat [37]: 102).
Jemaah salat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Sama seperti ayahnya, Nabi Ismail menunjukkan sifat yang sabar serta patuh atas perintah Allah Swt. Bukan uang atau harta benda, namun nyawa Nabi Ismail yang akan dikorbankan.
Meskipun demikian, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencontoh keteladanan dalam ketauhidan. Segala sesuatu yang dimiliki manusia, semuanya adalah milik Allah Swt. Kapan pun Allah Swt. berkehendak, manusia harus kuat, ikhlas, dan patuh kepada perintahNya.
Jemaah salat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Demikian khotbah Iduladha tentang belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk sabar dan bertakwa kepada Allah Swt. Amiin amiin ya rabbal alamin.
Khutbah Kedua...
3. Khutbah Idul Adha Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail
Pendahuluan...Jemaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bukanlah sekadar dongeng maupun sejarah belaka. Namun, kisah pengorbanan tersebut seyogianya dicontoh dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada banyak godaan di zaman modern ini mulai materi, teknologi hingga gaya hidup konsumtif. Menanggapi kondisi-kondisi itu, umat Islam seyogianya harus mampu berkorban seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Bukan dengan menyembelih anak, melainkan melalui keteguhan iman, keikhlasan beramal, dan kesiapan berkorban untuk kebaikan. Allah Swt. dalam Surah Al-Buruj ayat 11 berfirman sebagai berikut:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ەۗ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُۗ
Arab Latinnya:
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti lahum jannātun tajrī min taḥtihal-anhār(u), żālikal-fauzul-kabīr(u).
Artinya:
"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah kemenangan yang besar," (QS. Al-Buruj [85]: 11).
Jemaah salat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Berkorban di zaman modern ini bukanlah perkara yang mudah. Terlebih mereka yang telah terbelenggu kesibukan dunia.
Akan tetapi, akan selalu ada jalan untuk orang-orang yang mau bersabar dan berusaha. Di sisi lain, umat Islam dapat kembali mencermati kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Mereka rela berkorban sekalipun nyawa yang harus diberikan. Kepatuhan mereka lebih besar daripada dunia dan seisinya. Hal ini digambarkan dalam Surah As-Saffat ayat 102 sebagai berikut:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Arab Latinnya:
Falammā balaga ma‘ahus-sa‘ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif‘al mā tu'mar(u), satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣābirīn(a).
Artinya:
"Ketika anak itu sampai pada [umur] ia sanggup bekerja bersamanya, ia [Ibrahim] berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia [Ismail] menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar,'" (QS. As-Saffat [37]: 102).
Jemaah salat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,
Demikian khutbah Idul Adha tentang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa berada dalam rida Allah Swt. Amiin amiin ya rabbal alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Kedua...
Penulis: Beni Jo
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Syamsul Dwi Maarif
Masuk tirto.id







































