Menuju konten utama
Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah

Apa yang Dimaksud Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah serta Perbedaannya?

Islam mensyaratkan umatnya mengimani dua jenis tauhid: rububiyah dan uluhiyah. Apa pengertian dan perbedaan keduanya?

Apa yang Dimaksud Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah serta Perbedaannya?
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Dalam ilmu tauhid, terdapat konsep tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Kendati sama-sama merupakan keyakinan mendasar pada Allah SWT, keduanya memiliki sejumlah perbedaan tertentu. Lantas, apa pengertian tauhid rububiyah dan uluhiyah dalam Islam?

Secara definitif, tauhid rububiyah artinya keyakinan bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya Zat Pencipta dan Pengatur alam semesta, sebagaimana dikutip dari buku Macam-macam Tauhid (2014) yang ditulis Abu Bakar Muhammad Zakaria.

Agama-agama semit, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi mengakui konsep tauhid rububiyah ini. Bagaimanapun juga, tidak ada Zat yang mampu mengatur alam raya, menciptakan makhluk, menghidupkan, mematikan, memberi manfaat, dan memberi marabahaya kecuali Allah SWT, menurut ketiga agama tersebut.

Dalam bahasa Arab, rabb (asal kata rububiyah)artinya mengatur, mengurus, dan memiliki. Tauhid rububiyah bermakna bahwa hanya Allah SWT yang mampu mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya.

Dalil mengenai tauhid rububiyah tertera dalam Al-Quran surah Al-A'raf ayat 54:

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raf [7]: 54).

Akan tetapi, tauhid rububiyah saja tidak cukup. Ia harus disertai dengan tauhid uluhiyah. Sebab, mengakui bahwa Allah SWT sebagai Zat Maha Pencipta dan Pengurus semesta juga mesti diikuti dengan rasa tunduk dan patuh pada perintah-Nya.

Berdasarkan hal itu, tauhid uluhiyah merupakan keyakinan bahwa hanya Allah SWT merupakan sesembahan yang benar. Tidak ada Zat yang layak disembah kecuali Allah SWT.

Dengan demikian, manusia hanya patut beribadah dan menyembah kepada Allah SWT.

Pengertian tauhid uluhiyah adalah upaya mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan.

Tauhid uluhiyah berarti menyembah Allah dalam ibadah yang disyariatkan seperti salat, puasa, zakat, haji, nazar, berkurban, rasa takut, rasa harap, dan cinta.

Maksudnya semua itu dilakukan karena umat Islam melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk mencari rida Allah.

Dalil mengenai tauhid uluhiyah tertera dalam surah Al-Fatihah ayat 5:

“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta," (Q.S. Al-Fatihah [1]: 5).

Perbedaan Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah dalam Islam

Berikut ini sejumlah perbedaan antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah dalam perkara akidah Islam.

1. Perbedaan dalam perkara substansi akidahnya

Tauhid uluhiyah berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat kauniyah (alam semesta), mulai dari perkara penciptaan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan lain sebagainya.

Sementara itu, tauhid uluhiyah berkaitan dengan perkara ibadah: perintah dan larangan Allah. Hal-hal dalam tauhid uluhiyah berkisar pada perkara wajib, haram, makruh, dan lainnya.

2. Perbedaan status keimanan orang yang meyakininya

Seseorang bisa saja meyakini tauhid rububiyah, namun menyangkal tauhid uluhiyah. Sebagai misal, ada orang yang berikrar bahwa Allah adalah pencipta alam semesta (orang Nasrani dan Yahudi), namun mereka tidak memeluk Islam.

Berbeda halnya dengan tauhid uluhiyah, apabila ia meyakini tauhid uluhiyah sekaligus mengimani tauhid rububiyah, statusnya otomatis menjadi seorang muslim.

Karena itu juga, tauhid uluhiyyah dikenal sebagai konsekuensi dari pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyyah.

3. Konsekuensi tauhid rububiyah dan uluhiyah

Orang yang meyakini tauhid rububiyah cukup dengan mengimani bahwa hanya Allah Zat yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur.

Akan tetapi, konsekuensi tauhid uluhiyah berkaitan dengan amal dan perbuatan, tidak sekadar keyakinan saja.

Orang yang mengimani tauhid uluhiyah akan menerapkannya dalam tingkah laku sejalan dengan perintah Allah dan larangan-Nya, mulai dari mendirikan salat, menjauhi zina, menunaikan zakat, puasa, dan sebagainya.

Baca juga artikel terkait TAUHID atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom