Menuju konten utama

Sejarah Perang Khandaq, Penyebab, dan Strategi Umat Islam

Berikut akan dijelaskan tentang sejarah Perang Khandaq, penyebab, dan strategi Umat Islam menghadapinya.

Sejarah Perang Khandaq, Penyebab, dan Strategi Umat Islam
Ilustrasi Perang. foto/istockcphoto

tirto.id - Perang Khandaq adalah salah satu perang terbesar yang terjadi pada awal perkembangan Islam. Dalam perang tersebut, 1.000 pasukan umat Islam harus menghadapi 10.000 pasukan kaum kafir. Berikut ini sejarah singkat Perang Khandaq (Perang Parit).

Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima Hijriah (627 M) setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah. Perang Khandaq disebut juga dengan Perang Ahzab yang berarti beberapa golongan atau sekutu yang dibentuk kafir Quraisy sehingga pasukannya mencapai 10 ribu orang.

Meskipun kalah jumlah pasukan, umat Islam berhasil menang dalam Perang Khandaq melalui taktik usulan Salman al-Farisi. Di sisi lain, berkat kemenangan tersebut, kekuatan politik dan agama Muslim di Madinah diakui masyarakat Makkah.

Penyebab Terjadinya Perang Khandaq

Perang Khandaq terjadi karena beberapa alasan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.

Pertama, kedatangan Islam dianggap mengancam eksistensi agama masyarakat jazirah Arab. Kedua, keberadaan Islam di Madinah akan menyebabkan pembengkakan biaya pengiriman barang dagangan ke Negeri Syam.

Ketiga, kaum Ghatafan berkeinginan mendapatkan hasil kebun penduduk Madinah. Namun, motif utama penyebab Perang Khandaq adalah balas dendam dari kaum Yahudi Bani Nadzir yang terusir dari Madinah.

Setelah berhijrah ke Madinah, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan berbagai kalangan suku, ras, dan agama yang berada di Yastrib.

Perjanjian tersebut dikenal dengan Piagam Madinah yang berisi pernyataan bahwa para warga muslim dan non-muslim di Yatsrib (Madinah) adalah satu bangsa, dan orang Yahudi dan Nasrani, serta non-muslim lainnya akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan.

Akan tetapi, salah satu kaum Yahudi di Madinah yakni Bani Nadzir justru bersekongkol untuk memerangi Rasulullah SAW.

Tidak hanya itu, Bani Nadzir juga melakukan percobaan pembunuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Akibatnya, Rasulullah SAW memutuskan pengusiran kepada Bani Nadzir pada bulan Rabiulawal tahun keempat Hijriah.

Sebagian Bani Nadzir ada yang pergi ke Makkah dan merencanakan Perang Khandaq bersama Suku Quraisy.

Tekad dan keberanian Bani Nadzir tersebut didukung pengaruh tokoh-tokoh Yahudi seperti Salam bin Abil-Huqaiq, Salam bin Misykam, hingga Kinanah bin Rabi yang melihat kemenangan pasukan kafir Quraisy dari Kaum Muslim dalam Perang Uhud.

Abdullah Hasan Ali al-Hasan an-Nadwi dalam buku Sejarah Lengkap Nabi Muhammad (2014) terjemahan Muhammad Halabi Hamdi, menjelaskan bahwa 20 puluh orang Yahudi Bani Nadzir membentuk koalisi besar gabungan dari orang-orang Suku Ghatafan berjumlah 6.000 pasukan dan kaum Quraisy 4.000 pasukan.

Dalam sumber lain disebutkan, pasukan yang akan menyerang kaum Muslim dalam Perang Khandaq terdiri dari delapan kelompok meliputi Bani Quraisy, Ghathafan, Sulaim, Kinanah, Murrah, Fazarah, Ashja', dan Asad.

Apa Strategi pada Perang Khandaq?

Melawan 10.000 pasukan kafir bukanlah perkara mudah bagi umat Islam pada masa itu. Maka dari itu, kaum Muslim menerapkan beberapa strategi Perang Khandaq yang dikelompokkan menjadi tiga bagian meliputi sebelum, ketika, dan setelah pertempuran.

1. Strategi sebelum Perang Khandaq

Rencana penyerangan 10.000 pasukan segera diketahui mata-mata kaum Muslim. Rasulullah SAW segera melakukan rapat militer bersama para sahabatnya. Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah (1997) menjelaskan, bahwa salah seorang sahabat bernama Salman al-Farisi memberikan usulan kepada Rasulullah Saw. untuk membuat sebuah parit sebagai berikut:

"Wahai Rasulullah, dulu jika kami orang-orang Persia, sedang dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami."

Usulan Salman Ra. kemudian disetujui, dan proses pembangunan parit mulai dilakukan. Parit digali dari Ummu Syaikhan di pemukiman Bani Haritsah di bagian timur hingga daerah al-Madzadz di bagian barat. Dalam beberapa pendapat berbeda, parit diselesaikan dalam waktu 6, 15, 20, hingga 24 hari.

Parit digali sepanjang 5.000 hasta, lebar 9 hasta, dan kedalaman 9-10 hasta. Setiap orang ditugaskan untuk menggali 40 hasta atau 20 meter. Dalam sumber lain, dijelaskan parit mempunyai panjang 5.544 meter, kedalaman 3,34 meter, dan lebar 4,62 meter.

Setelah parit selesai, Rasulullah mengatur posisi tenda dan barisan pasukan kaum Muslimin. Selain itu, Rasulullah mengamankan para wanita, anak-anak, dan orang tua dalam benteng yang tinggi.

2. Strategi ketika Perang Khandaq

  • Rasulullah SAW menempatkan beberapa orang untuk berjaga semisal ada musuh yang berhasil menyeberangi parit.
  • Rasulullah SAW mengurus Salamah bin Aslam dengan 200 pasukan dan Zaid bin Haritsah dengan 300 pasukan untuk berjaga di Madinah dan menggemakan takbir untuk menakut-nakuti Bani Quraidzah.
  • Rasulullah SAW memerintahkan Nu'aiman bin Mas'ud yang baru mualaf untuk masuk ke barisan musuh guna melakukan propaganda.

3. Strategi pasca-Perang Khandaq

  • Rasulullah SAW memerintahkan salah satu pasukan untuk mengecek kondisi musuh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui musuh berniat pulang atau hendak melanjutkan perang.
  • Rasulullah SAW menghukum pasukan Yahudi Bani Quraidzah dengan dieksekusi karena sebelumnya yang bergabung bersama sekutu menyerang kaum Muslim. Anak-anak dan kaum wanita dari Bani Quraidzah ditawan, sementara harta bendanya dirampas serta dibagikan kepada kaum Muslim.

Baca juga artikel terkait PERANG KHANDAQ atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno