Menuju konten utama

Kemiskinan Struktural: Pengertian, Penyebab, dan Cirinya

Apa itu kemiskinan struktural? Simak penjelasan mengenai pengertian, ciri, serta penyebab kemiskinan struktural berikut.

Kemiskinan Struktural: Pengertian, Penyebab, dan Cirinya
(Ilustrasi kemiskinan) Warga beraktivitas di kawasan Kebon Melati, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.

tirto.id - Kemiskinan struktural adalah salah satu bentuk kemiskinan yang sangat kompleks dan mendalam. Masalah ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga mencerminkan ketidakadilan dalam sistem sosial dan ekonomi.

Untuk memahami lebih jauh, kita perlu mengetahui pengertian kemiskinan struktural. Kemiskinan ini tidak hanya terjadi karena kurangnya sumber daya, tetapi juga adanya hambatan sistemik yang menghalangi kelompok masyarakat tertentu untuk sejahtera.

Selain itu, kemiskinan struktural memiliki ciri khas yang membedakannya dari bentuk kemiskinan lainnya. Faktor-faktor seperti ketidaksetaraan akses pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan sering menjadi penyebab utama yang memicu masalah ini.

Pengertian Kemiskinan Struktural

Selo Soemardjan, sosiolog Indonesia, menerangkan bahwa kemiskinan yang dialami oleh seseorang karena malas bekerja atau sering sakit merupakan kemiskinan yang bersifat individual.

Kondisi itu berbeda dengan kemiskinan struktural. Dari segi konsep, kemiskinan struktural memberikan gambaran kondisi miskin yang tidak disebabkan oleh kesalahan individu.

Lantas, apa itu kemiskinan struktural?

Kemiskinan struktural adalah kondisi yang terjadi ketika sekelompok masyarakat tertentu mengalami kemiskinan karena struktur sosial tidak memungkinkan mereka berkembang secara ekonomi dan memanfaatkan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya sudah tersedia.

Sunyoto Usman melalui publikasi yang bertajuk “Dimensi Struktural Kemiskinan” (1994) menjelaskan ringkas: kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial dan ekonomi yang tidak adil.

Struktur sosial yang tidak berkeadilan menghalangi sejumlah golongan masyarakat untuk mendapatkan akses yang sama terhadap sumber daya dan peluang ekonomi.

Meskipun ada berbagai program dan bantuan dari pemerintah, masalah kemiskinan tetap berlanjut karena adanya ketimpangan dalam distribusi sumber daya.

Menurut Yousuf Daas dalam Poverty: A Structural Perspective (2018), kemiskinan terjadi karena orang-orang melarat berada dalam situasi dengan struktur ekonomi, sosial, dan politik yang tidak mendukung mereka untuk mendapatkan penghasilan secara memadai.

Ketimpangan struktural dapat menciptakan "perangkap kemiskinan" yang membuat orang sulit keluar dari jurang kemelaratan. Untuk mengatasi kemiskinan struktural, perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial menjadi lebih adil diperlukan.

Faktor Penyebab Kemiskinan Struktural

Hans Munkner dan Thomas Walter dalam buku Sektor Informal Sumber Pendapatan Bagi Kaum Miskin, dalam Menggempur Akar-Akar Kemiskinan (2001) menjelaskan penyebab kemiskinan struktural terjadi karena berbagai faktor dari beragam dimensi berbeda.

Penyebab tersebut bervariasi tergantung pada apakah kelompok miskin tinggal di wilayah pedesaan atau perkotaan serta struktur masyarakatnya.

Setiap penyebab dapat diatasi dengan cara atau metode yang berbeda-beda. Misalnya, bila kemiskinan terkait dengan kondisi lingkungan alam yang buruk, langkah yang perlu diambil adalah menggunakan sumber daya alam secara lebih bijaksana. Praktik-praktik yang ramah lingkungan dan berorientasi pada keberlanjutan dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan dalam konteks ini.

Berikut ini beberapa penyebab kemiskinan struktural dan penjelasannya:

1. Kebijakan ekonomi yang tidak adil

Kebijakan ekonomi yang tidak berorientasi pada pemerataan kesejahteraan kerap menjadi penyebab kemiskinan struktural. Banyak negara saat ini lebih berfokus memacu ekonomi tumbuh, tetapi mengabaikan pemerataan kesejahteraan.

Akibatnya, meski suatu negara mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin amat tinggi. Dalam kasus seperti ini, kebijakan ekonomi lebih menguntungkan orang kaya, tetapi tidak bagi masyarakat miskin.

2. Distribusi aset produksi yang tidak merata

Pemerataan kesejahteraan di suatu negara bisa dicapai jika ada kesempatan yang setara, atau setidaknya memadai, untuk memperoleh pendapatan yang layak. Salah satu bentuk kesempatan tersebut adalah kepemilikan atau akses terhadap aset-aset produksi, seperti tanah, modal, hingga kekayaan sumber daya alam.

Ketimpangan kepemilikan ataupun akses terhadap aset-aset produksi itu mudah memicu kemiskinan struktural. Dalam hal ini, orang miskin hanya mampu bekerja untuk makan tanpa mampu menjadi lebih sejahtera dari sebelumnya.

Kondisi ini dapat terjadi apabila negara gagal atau tidak mau menjalankan program yang memudahkan semua warga untuk mengakses aset-aset produksi, seperti reforma agraria dan pemberdayaan ekonomi warga miskin. Penggunaan kekayaan sumber daya alam buat kepentingan perusahaan besar secara dominan juga membuat akses orang miskin kepada aset produksi makin terbatas.

3. Korupsi dan Kolusi

Korupsi dan kolusi merupakan biang kerok dari rusaknya tata pemerintahan suatu negara, sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan struktural. Pemerintahan yang korup akan menjadikan sebuah negara kehilangan elan vital sebagai pelindung bagi semua.

Akibat korupsi dan kolusi, anggaran negara yang seharusnya dipakai untuk menyediakan fasilitas bagi masyarakat dan memeratakan kesejahteraan, justru digunakan memperkaya individu. Kondisi ini membuat masyarakat miskin kehilangan sokongan dari negara untuk tumbuh berkembang menjadi lebih sejahtera.

4. Kualitas pembangunan SDM yang rendah

Kualitas sumber daya manusia suatu wilayah umumnya ditunjukkan dengan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingginya IPM menunjukkan kemajuan dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Kemiskinan struktural sering kali terjadi di wilayah dengan IPM rendah. Ada kalanya, satu wilayah memiliki IPM tinggi, tetapi kemiskinan tetap marak karena kualitas sumber daya manusianya tidak merata.

Pembangunan SDM memerlukan akses memadai dan mudah kepada fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan berbagai program pemberdayaan.

Karena itu, pendidikan dan kesehatan mahal termasuk 'obat mujarab' untuk mewujudkan kemiskinan struktural. Demikian pula dengan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan yang rendah, akan menurunkan kualitas SDM dan memicu kemiskinan struktural. Apalagi jika ditambah dengan minimnya lapangan kerja dan program pemberdayaan, kemiskinan struktural akan makin parah.

Ciri-Ciri Kemiskinan Struktural

Edi Suharto dalam Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (2005) menjelaskan, sejumlah dimensi kemiskinan struktural mencakup aspek ekonomi, politik, dan sosial-psikologis.

Maka itu, ciri kemiskinan struktural pun mencakup berbagai aspek yang menggambarkan kesulitan individu atau kelompok warga dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mencapai kesejahteraan.

Menurut Edi Suharto, berikut ini beberapa ciri kemiskinan struktural:

  • Orang yang berada dalam kemiskinan struktural tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dasar seperti tempat tinggal, pakaian, dan makanan.
  • Orang miskin tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan, akses pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi.
  • Kemiskinan struktural ditandai oleh tidak adanya jaminan masa depan yang lebih baik karena kurangnya investasi dalam pendidikan dan keluarga.
  • Orang miskin rentan terhadap guncangan, baik bersifat personal maupun massal, karena kurangnya perlindungan atau dukungan dari Negara.
  • Kemiskinan struktural sering ditandai rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan kaum miskin.
  • Orang miskin kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian yang layak dan berkelanjutan.
  • Orang miskin sulit mendapatkan akses pada kebutuhan dasar dan ekonomi karena kondisi disabilitas fisik atau mental.
  • Orang miskin, anak terlantar, kaum perempuan, dan kelompok minoritas terjebak kemiskinan berkelanjutan karena kurangnya dukungan sosial-ekonomi dan memiliki kesempatan yang terbatas untuk menjadi lebih sejahtera.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Edusains
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom