Menuju konten utama
Pilkada Serentak 2024

Mimpi Sendi Fardiansyah, dari Istana Negara Menuju Kota Bogor

Sendi Fardiansyah membawa jargon ‘Bogor Happy’ sebagai tagline-nya di Pilkada Kota Bogor. Bagaimana peluangnya?

Mimpi Sendi Fardiansyah, dari Istana Negara Menuju Kota Bogor
Header Wansus Sendi Fardiansyah. tirto.id/Tino

tirto.id - Nama Sendi Fardiansyah belakangan sempat menjadi buah bibir warganet. Bukan cuma karena pria kelahiran Kota Bogor ini mengumumkan niat bakal maju di pencalonan Wali Kota Bogor tahun ini, namun juga karena profesinya sebagai sekretaris pribadi Ibu Negara RI, Iriana Joko Widodo.

Sendi sudah menjadi sespri Iriana sejak 2015. Selama bekerja untuk pasangan dari Presiden Joko Widodo tersebut, Sendi mengaku sudah berkunjung ke setengah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Pengalamannya bekerja di lingkup Istana, tak ayal menjadi salah satu modal besarnya maju berlaga di Pilkada Kota Bogor.

Memakai kemeja kasual dengan kaos putih polos, Sendi tampil necis dan santai ketika berkunjung ke kantor Tirto. Menjadi tamu dalam siniar For Your Politics, Sendi membeberkan banyak cerita soal niatannya maju sebagai bakal calon walkot Kota Bogor.

Sejauh ini, Sendi mengaku sudah mengunjungi 500 rukun warga (RW) di Kota Bogor. Dia mendapatkan banyak aspirasi sekaligus keluhan masyarakat soal kondisi kota berjuluk kota hujan tersebut. Pria yang juga aktif berbisnis ini akhirnya memutuskan membawa jargon ‘Bogor Happy’ sebagai tagline-nya di Pilkada Kota Bogor.

Jargon ini diniatkan agar indeks kebahagiaan warga Kota Bogor lebih meroket. Sendi ingin menyelesaikan masalah ekonomi warga lewat pembukaan lapangan pekerjaan. Tak luput, ia berniat melakukan pembenahan pula di sektor pendidikan dan transportasi Kota Bogor.

“Sehingga masyarakatnya itu lebih bahagia. Nah jadi kita mengusung Bogor Happy itu kita mimpi besarnya adalah meningkatkan kebahagiaan masyarakat kota Bogor,” ungkap Sendi.

Sementara itu, Sendi tak ketinggalan membeberkan kiat politiknya saat ini. Mulai upaya penjajakannya ke sejumlah partai politik, hingga hubungannya dengan lingkar keluarga Presiden Jokowi. Lantas, seberapa besar faktor kedekatan Sendi dengan Ibu Negara dan presiden mempengaruhi langkahnya di pilkada nanti? Simak petikan wawancara Tirto dengan Sendi Fardiansyah di bawah ini:

Sedekat apa hubungan Anda dengan Ibu Negara?

Ya yang pasti saya dengan beliau hubungan profesional ya. Karena saya bekerja alhamdulillah dari 2015 sampai dengan hari ini masih dipercaya oleh beliau. Ya tentu hubungan kerja kita melaporkan baik itu surat-surat, kegiatan, dan lain sebagainya.

Karena pekerjaan dan kegiatan di istana itu sangat banyak dan rutin, ya otomatis komunikasi hampir tiap hari komunikasi dengan beliau secara langsung.

Ada obrolan dengan Ibu Iriana soal pencalonan Anda?

Dari tahun lalu, lebih kepada minta izin sih. Di Juli 2023 saya menyampaikan niatan saya bahwa ingin ikhtiar untuk maju sebagai calon wali kota Bogor.

Jadi kalau didorong oleh teman-teman itu dari masa [pandemi] Covid [tahun] 2020, cuma memantapkan hati lah kira-kira baru di Desember 2022. Kemudian saya bergerak dulu nih dengan tim, bergerak baru pada Juli itu meminta izin kepada Ibu Negara bahwa saya punya niatan maju sebagai wali kota Bogor.

Respons saat itu dari Bu Iryana dan Pak Jokowi gimana?

Pak Jokowi [saat itu] belum, waktu itu baru ke Ibu Negara, Ibu Iriana. Ya beliau hanya mendoakan, merestui silakan, silakan saja. Yang pasti tentu untuk masuk dunia politik perlu kerja keras, perlu turun ke masyarakat, ya sudah laksanakan dulu saja.

Apa yang sudah disiapkan sejak awal?

Tahun lalu karena itu pertimbangan ya kemudian sudah diskusi dengan keluarga, istikharah, terutama minta restu ke Ibu ya kan, ketika sudah diizinkan ya kita baru gaspol gitu. Cuma kan saya ini kan belum punya partai.

Kemudian apa kendaraan yang untuk bergerak di masyarakat? Akhirnya saya buat sebuah paguyuban yaitu Kawani Bogor. Nah melalui paguyuban ini kita buat berbagai acara, konsentrasinya adalah di kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Nah itu mulai tuh.

Bagaimana pola komunikasi saat ini dengan Ibu Negara?

WA, telepon gitu. Kalau pas dipanggil langsung ya berarti menghadap langsung gitu kan. Ya sekarang fleksibel dan lebih gampang ya gitu. Jadi dimanapun kita bisa komunikasi, bisa melaporkan, dan lebih cepat juga kan dibaca dan di respons dan lain sebagainya. Jadi fleksibel sih.

Dari dulu sih dari awal, dari 2015 ketika mulai bekerja. Saya sudah diberikan akses gitu kan untuk bisa WA beliau, telepon beliau, oh ya sudah bisa laporan lewat WA.

Apakah kedekatan ini jadi kesempatan untuk pansos?

Ya sekarang gini. Kalau ketika ditanya orang misalnya, Kang Sendi kerja di mana tuh, saya bilang, saya sebagai sesprinya Ibu Negara. Kira-kira tuh jujur apa bohong? Jujur. Jujur kan, ya udah gitu. Saya cuma menjelaskan itu saja.

Gue Sespri Ibu nih, lo mau ngapain? Enggak kayak gitu juga kan. Jadi itu sebagai background check aja sebenarnya. Dan boleh diperiksa lah ke lapangan gitu kan, selama saya turun ke masyarakat.

Ya saya hanya menjelaskan, saya saat ini bekerja di Istana Kepresidenan sebagai sekretaris pribadi Ibu Negara, Ibu Irina Jokowi. Enggak misalnya, oh Pak Jokowi ini sangat mendukung saya. Enggak, enggak ada kalimat-kalimat seperti itu.

Wansus Sendi Fardiansyah

Wansus Sendi Fardiansyah. (Tirto.id/Andhika Krisnuwardhana)

Apa tekad bulat Mas Sendi maju pilkada?

Ya sebenarnya dari dulu punya cita-cita lah, punya mimpi suatu hari mungkin bisa mengabdikan diri di Kota Bogor sebagai wali kota. Cuma memang bayangannya, karena kan dulu kalau lihat calon-calon atau pemimpin-pemimpin daerah itu usianya sudah 45, 50, gitu kan, usia-usia yang lebih tua lah gitu kan.

Tapi sekarang fenomenanya ternyata banyak yang lebih muda. Dan kebetulan saya melihat ada kesempatannya. Terutama di Kota Bogor bahwa wali kota sebelumnya Pak Bima Arya itu sudah dua periode. Artinya di Pilkada 2024 ini kita tidak melawan incumbent yang mantan wali kota gitu. Enggak ada gitu.

Kemudian juga ada fenomena bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Banyak pemimpin-pemimpin muda yang bisa tampil. Nah, ini adalah menurut saya kesempatan-kesempatan yang ini terbuka gitu.

Kenapa milih pilkada enggak pileg?

Kalau pileg itu kan kita satu harus sudah pasti masuk partai. Ya kan? Kalau pilkada ini sejauh belum sampai mendaftar, ya kita masih fleksibel. Artinya saya belum harus meninggalkan pekerjaan. Tapi kalau nanti sudah mendaftar di KPU tanggal 27 sampai 29 Agustus, nah kita baru betul-betul memutuskan.

Dan juga kan waktunya dekat nih. Kalau Agustus, sementara Pak Presiden dan Ibu Negara buat masa tugasnya kan [sampai] 20 Oktober. Jadi sisa tinggal 2 bulan ya teman-teman yang masih berkantor nanti bisa mem-backup lah kerjaan.

Katanya mau daftar ke Gerindra?

Ya komunikasi intens dengan Gerindra, dengan patai-patai lain juga intens. Tinggal nanti kita lihat saja. Kalau saya sih realisis saja kan. Siapa yang mengusung dan jumlah kursinya paling banyak berarti itu yang harus lebih diakomodir.

Tentu pertimbangan-pertimbangan visi-misi partai, nilai-nilai ideologi juga kita perhatikan gitu kan. Apakah sejalan dengan visi-misi atau value yang kita miliki. Nah insyaallah mudah-mudahan pada waktunya.

Komunikasi sama partai lain sudah dengan apa aja?

Kalau daftar ya, karena kan ada yang membuka pendaftaran. Saya daftar di Gerindra, PDIP, Demokrat, Nasdem, PKB, dan PPP. Jadi saya daftar di enam partai sebagai calon wali kota. Beberapa sudah pemanggilan pada level DPD atau DPW di provinsi.

Ada juga yang sudah levelnya DPP. Jadi semua masih berproses. Karena sampai hari ini belum ada satu kandidat pun yang memiliki rekomendasi. Karena kalau rekomendasi itu kan harus berpasangan. Jadi mungkin beberapa partai punya istilah surat tugas atau rekomendasi tahap satu. Jadi bahasanya berbeda-beda. Jadi kalau saya masih meyakini semua akan last minute nih. Nanti mungkin 25 Agustus baru ada kejelasan.

Sendi Fardiansyah

Instagram/sendi.fardiansyah

Niat pilkada ini katanya juga sudah disampaikan ke Pak Prabowo kan?

Secara komunikasi di elite lah, katakanlah gitu. Saya melaporkan diri sih. Lebih kepada melaporkan. Kalau ada kesempatan ketemu Pak Prabowo, saya melaporkan izin. Saya bermaksud maju di Pilkada Kota Bogor.

Kemudian ke Pak Airlangga juga saya menyampaikan hal yang sama. Ke Pak Zulhas juga saya menyampaikan yang sama. Tapi ya respons beliau kan ya maju terus ya. Seperti itulah normatif ya kan.

Nah kembali bahwa setiap partai nanti akan punya mekanisme nih. Tentunya akan dilihat hasil survei, kemudian pergerakan di bawah seperti apa, jaringannya sudah seperti apa, komunikasi politik dengan partai-partai lain seperti apa. Nah ini akan menjadi satu pertimbangan dari DPP partai politik untuk memutuskan mengusung siapa.

Sebenarnya kalau sudah mendaftar itu proses selanjutnya di partai seperti apa?

Ya setiap partai itu berbeda sebenarnya prosesnya. Ada yang ada fit and proper test-nya, ada yang hanya wawancara, ada yang diwajibkan untuk menyetorkan atau melampirkan hasil survei terbaru. Itu semua yang menjadi bahan pertimbangan dari DPP partai untuk memutuskan.

Tapi yang pasti buat teman-teman, khususnya anak muda yang ingin maju mungkin di pilkada saat ini ataupun 5 tahun ke depan, saya kira yang pasti proses itu tidak akan mengkhianati hasil. Jadi siapa yang mempersiapkan diri lebih lama, lebih rajin turun ke masyarakat, lebih sering keliling, lebih sering komunikasi, saya kira itu peluangnya yang akan lebih besar untuk bisa maju di pilkada.

Punya kriteria khusus untuk wakil nanti seperti apa?

Ya, karena posisi saya juga belum punya partai, otomatis yang paling memungkinkan adalah nanti ketika misalnya saya dengan partai A, kemudian bergabung koalisi dengan partai B, mereka juga punya calon, artinya ini yang paling memungkinkan. Jadi saling melengkapi, saling mengisi.

Yang kedua tentu kita juga punya kriteria-kriteria nih, selain tadi karena pertimbangan partai, yang paling penting bagi saya adalah bagaimana membantu kemenangan secara elektoral. Karena kan ini dulu ya, baru mungkin kesamaan visi-misi, kemudian komunikasinya yang nyaman dengan siapa, ya ini ibarat seperti mencari jodoh lah.

Tapi visi misi udah ada belum sekarang?

Ada, tapi belum final. Jadi saya itu kan membuat tagline ya, sama tim, itu tagline-nya Bogor Happy. Jadi Bogor Happy itu bukan sekadar tagline, jargon, tapi itu ada nilai-nilai filosofisnya. Jadi kita melihat gitu kan, bahwa sekarang di dunia ini mengukur kemajuan sebuah negara itu dengan index of happiness salah satunya.

Nah kita lihat tuh Finlandia kenapa menjadi negara yang masyarakatnya paling bahagia 7 tahun berturut-turut begitu bunyi artikelnya. Kemudian di Indonesia sendiri provinsi yang paling bahagia ternyata provinsi Maluku Utara. Kenapa enggak Jakarta, kenapa enggak Jawa Barat kan gitu.

Nah kita lihat indikator-indikatornya ternyata itu bagus, sangat baik gitu kan apabila sebuah negara, sebuah kota bisa menerapkan itu. Sehingga masyarakatnya itu lebih bahagia. Nah jadi kita mengusung Bogor Happy itu kita mimpi besarnya adalah meningkatkan kebahagiaan masyarakat kota Bogor.

Saat ini komunikasi partai paling dekat dengan siapa?

Sejauh ini yang komunikasi sangat baik ya dengan Nasdem, dengan Nasdem juga sudah informasi terakhir sudah di DPP. Kemudian dengan Gerindra, juga kita komunikasi terus, memang tentu ini kan sangat dinamis ya, kita juga enggak bisa memastikan, ini pasti, ini tidak, ini pasti tidak ada. Jadi menurut saya kepastian itu nanti ketika ada hitam di atas putih, rekomendasi sudah berpasangan.

Bahkan ada yang dari pengalaman teman-teman yang lain, hari terakhir daftar, rekomendasinya baru turun pagi-pagi gitu kan. Nah itu memang harus dijagain dan harus ditungguin.

Bagaimana hasil survei internal?

Kami sudah 3 kali survei dari November, kemudian Maret dengan LSI Denny JA, kemudian terakhir Juni kemarin dengan Indikator Politik, hasil survei terakhir alhamdulillah sudah 2 besar, ini yang harus, satu tentu kita bersyukur dengan hasil tersebut, tapi kita juga harus kerja keras, kami harus kerja keras untuk terus meningkatkan hasil surveinya agar semakin bagus.

Apa tantangannya untuk dapat tiket dari partai?

Ya itu, tadi komunikasi, terutama ke DPP, tapi di satu sisi juga kita harus menjaga komunikasi yang baik dengan DPC, karena walau gimana teman-teman di DPC ini yang nantinya akan menjadi partner ya, bekerja sama memenangkan di wilayah gitu.

Tapi memang di DPP kadang punya itu mekanisme yang berbeda, punya komunikasi politik yang berbeda. Jadi saya kira ini satu tantangan, tapi harus dilalui gitu. Jadi hari ini bisa saja saya dipanggil ke Bandung, besok dipanggil ke Jakarta, ya itu proses dari partai politik gitu.

Ada kegiatan lain dengan warga selain kampanye?

Iya, base kegiatan kita ada dua. Satu, kewilayahan, artinya di kota Bogor ini ada 800 RW. Nah, kami ini bisa masuk ke RW mana saja gitu. Sekarang kurang lebih sekitar sudah 500 RW, jadi sisa 300 nih yang belum kita sambangi. Nah tapi tentu kalau seperti perumahan elite, perumahan besar ya kami agak sulit kan masuk ke sana.

Yang kedua, kegiatan by segmentasi. Jadi misalnya ini kegiatan khusus anak-anak muda, ini kegiatan khusus yang suka bola, ini yang suka musik, nah itu segmentasi. Kita lakukan itu juga. Jadi biar sebanyak-banyaknya lah meng-cover suara yang ada di kota Bogor.

Sebenarnya apa yang mau di fokuskan sih di Bogor?

Baik, tadi saya bilang kan sebenarnya tagline besarnya adalah Bogor Happy. Jadi kebahagiaan dari masyarakat Bogor. Dalam meningkatkan indikator kebahagiaan itu tentu ada beberapa poin. Kita mengkomparasi nih misalnya di Finlandia itu kenapa masyarakatnya bahagia? Karena negaranya aman gitu.

Finlandia cenderung menghindari konflik, menghindari mereka ikut misalnya perang antar negara, mereka sangat jarang sekali ikut. Jadi masyarakatnya selalu merasa aman dan mungkin juga karena diuntungkan dari sisi geografis yang dia jauh yang ada di Eropa bagian utara.

Nah kita ingin tentu supaya masyarakat kota Bogor lebih bahagia, maka kami ingin memastikan kotanya lebih aman lagi. Bukan aman dari perang ya, tapi kan di Bogor ini juga banyak nih faktor yang mengganggu keamanan. Tawuran pelajar, tawuran gangster, pungli, begal, apa lagi? Narkoba, mabuk-mabukan, pinjol, bank emok.

Kalau yang nomor satunya ekonomi. Bahwa di Bogor tingkat pengangguran itu sangat tinggi. Terakhir 2023 itu 9,39 persen jauh di atas rata-rata nasional yang sekitar 5,3 persen. Jadi memang di Bogor luar biasa pengangguran banyak.

Yang lainnya minor sih ya. Jadi isu ekonomi itu yang tinggi banget di beberapa surte kita, riset kita itu di atas 60 persen, di atas 50 persen. Ekonomi ada dua, tadi lapangan pekerjaan, yang kedua adalah harga-harga sembako yang tinggi. Ini dua isu ekonomi.

Nah sisanya misalnya isu pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, itu di bawah 10 persen semua. Nggak menjadi terlalu konsen tapi itu menurut saya juga yang harus dikerjakan ke depan.

Ini sudah disampaikan ke masyarakat?

Selalu. Kami selalu sampaikan bahwa Bogor Happy itu punya sembilan prinsip, tadi dari mulai pendidikan, kesehatan, keamanan, jaminan sosial, kemudian angkatan kerja, kemudian juga lingkungan yang bersih indah dan nyaman, kemudian juga pemerintahan yang bersih, yang melayani dan lain sebagainya.

Jadi itu selalu kami sampaikan. Tapi tentu enggak terlalu detail ya karena keterbatasan waktu. Tapi minimal masyarakat memahami bahwa sekali lagi Bogor Happy itu bukan sekadar jargon tapi ada poin-poin yang diperjuangkan di situ.

Soal isu transportasi di Bogor bagaimana?

Ya kami dalam Bogor Happy itu salah satu poinnya itu ada transportasi yang terintegrasi. Kami melihat memang tantangannya selalu kota Bogor dikaitkan dengan kota sejuta angkot kayak gitu. Padahal sih enggak sejuta, paling tinggal 3.100 sekarang.

Tapi memang karena warna dominannya ijo semua, dan jalur trayeknya semua masih banyak yang masuk ke tengah kota ke SSA itu jadi kelihatan menumpukan. Itu padahal ada berbagai trayek di situ.

Nah ke depan kami ingin bahwa sebagai kota yang menuju kota maju tentu penataan transportasi ini sangat penting. Nah sekarang sudah kota Bogor juga sudah punya BisKita. Tapi itu sendiri masih disubsidi sekitar Rp50 miliar lebih per tahun. Artinya kalau secara bisnis kan dia belum untung.

Nah tapi tentu berbicara transportasi tidak semata-mata soal keuntungan. Kayak Jakarta juga kan sekarang Transjakarta bisa stabil karena di awal disubsidi. Nah kami ingin di daerah-daerah misalnya yang pusat kota itu cukup dengan adanya BisKita itu.

Nah angkot ini harus bisa menjadi feeder dari halte-halte terminal-terminal dari bis ini. Ternyata ketika kita turun ke masyarakat masih banyak yang membutuhkan angkotan perkotaan.

Sekarang pelanggan transportasi itu ingin disamperin. Bila perlu depan rumah, bila perlu depan kamar diketokin. Itu pengen lebih dekat, nah ketika angkot bertahan dengan rute yang sekarang, BisKita dengan rute yang sekarang, otomatis masyarakat punya pilihan lain.

Nah, jadi kita harus merubah ini juga. Isunya adalah bukan angkotnya dihapus atau tidak. Menurut saya, angkot ini 10 tahun kalau enggak dibenahi akan mati dengan sendirinya. Karena enggak ada penumpangnya. Nah ini juga kita belum punya ukuran. Tingkat okupansi angkot di kota Bogor tuh berapa sih? Jangan-jangan dari seat penumpang enggak pernah penuh jangan-jangan.

Jadi proyek untuk transportasi ini ke depan seperti apa?

Ya, saya kira itu. Kalau di pusat-pusat kota, kita sudah punya BisKita tinggal kita tambah armadanya. Sekarang kan ada sekitar 49 berarti kita tambah lagi untuk lebih menjangkau.

Kemudian juga tadi angkot itu menjadi tidak kalau bisa masuk ke perumahan-perumahan ataupun ke kampung-kampung yang memang akses jalannya lebih kecil kan. Kemudian masalah tarif, sedang kita bahas apakah memungkinkan misalnya 1 tarif buat sekali trip gitu kan. Jadi masyarakat juga enggak terbebani turun dari angkot, naik BisKita dua kali tarif.

Ada culture shock terjun ke politik?

Enggak sih ya, karena kan saya memang seneng di komunitas, seneng di paguyuban. Jadi dulu di 2012 sebelum masuk istana ya aktif di beberapa komunitas. Di Indonesia Mengajar juga pernah bikin kelas inspirasi.

Maka ketika memulai pergerakan politik ini yang sebenarnya intinya akan turun ke masyarakat. Enggak harus selalu ngomongin politik, tapi yang ringan-ringan, sosial, olahraga bareng, kemudian main musik bareng, ya itu udah bisa masuk ke masyarakat.

Apa sih manfaat pengalaman Anda aktif di bidang bisnis hingga komunitas?

Bahwa kita itu bukan harus tahu semua ya, tapi minimal kita punya banyak pengetahuan lah. Karena kadang ya dalam hidup kan banyak kegiatan-kegiatan atau banyak fenomena-fenomena yang di luar dugaan kita gitu. Nah kalau kita siap ya kita udah paham gitu.

Ini juga mungkin kalau di dunia pekerjaan kan ada sebuah pemikiran ya, mau spesialis apa generalis? Nah kadang kita memang dengan teori yang ada sekarang, seolah-olah dipaksa semua orang harus spesialis. Seperti di ASN sendiri kan jadi fungsional tertentu semua.

Tapi kalau kita lihat zaman dulu, misalnya kayak Galileo dia punya banyak pengetahuan kan. Selain filsuf, dia juga ahli fisika, ahli matematika. Jadi enggak harus spesialis satu gitu.

Nah saya mungkin orang yang ingin mengeksplorasi diri saya lebih. Jadi semua hal saya coba. Pernah bikin warung sate, pernah bikin distro baju. Pernah berbagai usaha lah. Nah itu kayak yang Digimon ID itu saat Covid tadi. Karena banyak WFH enggak ada kegiatan.

Akhirnya saya mulai buat konten. Kemudian saya lihat banyak yang nganggur juga di kampung kan. Kita kasih pelatihan bagaimana cara penggunaan video, buat video kayak gimana, foto gimana. Kita kasih pembelajaran editing, kita beliin alatnya, kemudian kita buatin kantornya. Mulai-mulailah buat Youtube dan lain sebagainya. Nah ini kan juga satu tantangan bisnis yang baru.

Iya yang pertama tentu itu menambah pengalaman ya. Pengalaman, pengetahuan, relasi dan lain sebagainya. Yang saya kira diperlukan bukan hanya di Pilkada, tapi dalam profesi apapun kita memang harus banyak berteman juga dengan orang-orang.

Yang kedua, tadi setelah kita mengetahui lebih banyak, dalam mengambil keputusan tentu akan lebih bijaksana. Saya kira pengalaman-pengalaman itu yang membentuk kita, membentuk saya, untuk berani berlaga di pilkada ini.

Momen blusukan paling menarik sejauh ini?

Ya sebenarnya banyak momen haru ya karena tadi kondisi ekonomi masyarakat Kota Bogor itu banyak yang sangat kekurangan, sangat membutuhkan. Tapi tentu kita, saya pribadi bisa membantu dalam kapasitas saya. Oleh karena itu selalu saya jadi berpikir ulang gitu untuk meneguhkan hati bahwa jadi wali kota ini bukan main-main loh, bukan cuman sekedar ya menang.

Bukan sekadar jadi kampanye kita ingin dapat suara dari masyarakat, bukan bahwa faktanya kita menemui ibu-ibu yang tinggal sendirian, keluarganya suaminya sudah meninggal, anak-anaknya sudah berumah tangga sendiri, rumahnya jelek dan lain sebagainya. Bagaimana kita menemui janda dengan anak-anak yatimnya yang memang sangat membutuhkan, kita menemui rumah yang tidak layak huni. Ini masih banyak di Kota Bogor.

Jadi sekali lagi hal-hal itu yang meneguhkan saya bahwa ketika nanti jadi pemimpin, kita ini akan dipintai bertanggung jawabannya. Bukan cuman wah gagah-gagahan gitu kan jadi wali kota, enggak ini suatu hal yang berat untuk dipikul sebagai tanggung jawab sebagai pemimpin. Oleh karena itu tadi diperlukan kebijaksanaan, diperlukan keberanian dalam satu waktu.

Yang penting kita menyadari bahwa sekali lagi menjadi pemimpin itu tanggung jawabnya besar, betul-betul ini bertanggung jawaban kepada masyarakat, kepada Allah, ini semua akan dipertanggung jawabkan. Jadi enggak main-main. Saya kira ini juga yang harus ditekankan kepada siapa pun anak-anak muda yang mau maju, jadi kepala daerah atau jadi pemimpin dalam level apa pun, itu bukan untuk main-main tapi harus betul-betul serius.

Keluhan masyarakat Kota Bogor paling banyak soa apa?

Banyak ya, karena saya sudah turun lebih dari 500 titik gitu. Jadi ada momen yang kadang keulang gitu, kita udah tau situasinya seperti ini, ada juga yang kadang-kadang di luar dugaan gitu.

Tentu yang paling berkesan dalam sebulan ini kami melakukan blusukan. Jadi kalau biasanya itu kan mengumpulkan warga di satu titik, misalnya di aula atau di lapangan kita ngumpulin 100 orang masyarakat. Nah kalau sebulan terakhir ini kami yang datang ketok-ketok pintu satu-satu.

Nah dengan pola seperti itu kan kita bukan hanya menyapa masyarakat, tapi kita melihat langsung kondisi mereka.

Mereka ingin selalu harga-harga yang terjangkau. Yang kedua banyak yang ingin bansos, ingin bansos kayak gitu. Tapi saya selalu challenge juga ke mereka, ‘Ibu mau dapat bansos?’ Mau gitu kan. ‘Ibu mau dapat bansos terus-terusan?’ Mau. Masih jawabannya masih begitu tuh.

Terus saya tanya, Bu yang dapet bansos yang mampu atau yang tidak mampu? Yang tidak mampu. Nah berarti kalau Ibu ingin dapat bansos terus-terusan, berarti hidupnya tidak mampu terus. Nah mereka mulai berpikir kan. Terus saya tanya lagi, Ibu mau dapat bansos terus-terusan? Tidak, Pak.

Iya saya kira yang paling penting bagaimana suami Ibu punya pekerjaan, anak Ibu punya pekerjaan, penghasilan yang layak, Ibu punya usaha juga bisa laku. Jadi bansos itu ya tetap ada, tapi jangan sampai menjadi basic need dari masyarakat.

Mereka juga harus tadi dapet pekerjaan, dapet penghasilan yang layak. Iya tadi saya bilang angka penganggurannya kan sangat tinggi.

Sendi Fardiansyah

Instagram/sendi.fardiansyah

Dana kampanye dari mana? Apa betul kabar-kabar bahwa dibantu Ibu Negara?

Enggak, jadi itu dari pribadi, satu. Kedua, dari teman-teman yang mendukung. Karena dari awal tadi ketika teman-teman mendukung dari awal, saya bilang, ‘lu jangan cuma ngedukung doang dong, bantu juga ya.’

Termasuk juga mungkin ada beberapa teman yang support dari awal. Makanya kita betul-betul berhitung gitu. Jadi ya kadang ada orang istilahnya kan, popularitas, elektabilitas, jangan lupa isi tasnya kan gitu kira-kira.

Jadi kita hitung dari awal RAB untuk menang pilkada itu seberapa besar sih. Tapi tentu ini bukan angka pasti ya. Karena kan nanti berpasangan dengan siapa, partainya siapa, lawannya siapa, itu betul-betul akan kita hitung.

Terus nanti ada berapa paslon, kita targetnya dapat berapa ratus ribu suara. Jadi buat menang itu jangan bayangannya, oh harus 80 persen, harus 90 persen suara, enggak harus. 50 persen plus satu target kita itu aja realistisnya.

Wow, udah berapa menit nih? Udah hampir 40 menit mungkin. 40 menit. Iya.

Pengalaman Anda sebagai Sespri Ibu Negara apakah membantu jika kelak terpilih di Pilkada?

Iya, kalau administrasi di kantor itu jelas lah ya. Maksudnya mungkin semua orang juga yang bekerja di kantor mengalami hal itu. Tapi ada satu kesempatan yang saya sangat syukuri, bahwa mendampingi Ibu Negara, dan Ibu Negara juga banyak mendampingi presiden, terutama dalam kunjungan, baik di Indonesia ataupun di luar negeri.

Jadi saya kurang lebih sudah mengunjungi lebih dari setengah ya kabupaten kota yang ada di Indonesia. Sudah mengunjungi ke 5 benua kurang lebih sekitar 60 negara. Nah ini jadi satu pengalaman tersendiri tentunya bahwa melihat kondisi di kota ini seperti ini, kabupaten ini seperti ini, negara ini seperti ini. Nah dari cuplikan gambaran itu, kan itu menjadi satu catatan pengalaman.

Kan enggak ada kota yang sempurna, tapi minimal dari sini kita ambil baiknya, dari kota ini kita ambil yang bagusnya juga, kira-kira bisa nggak kita laksanakan di kota Bogor.

Kalau dari Pak Jokowi sudah ada pesan pribadi ke Anda?

Alhamdulillah saya sudah menghadap beliau dan diberikan waktu pada 15 Maret 2024, itu setelah saya membawa hasil survei. Pesan beliau karena hasil survei saya cukup naik, tapi masih terpaut cukup jauh dengan yang nomor satu, intinya diminta kerja keras, bila perlu dari subuh sampai malam. Dan beliau meyakini tidak ada cara yang paling efektif selain menyapa masyarakat, selain turun langsung ke masyarakat bersalaman door to door.

Jadi ilmu beliau dari zaman calon wali kota Solo di 2004-2005 itu adalah blusukan. Dan beliau meyakini sampai sekarang blusukan itu masih yang paling efektif untuk menggaet hati masyarakat. Jadi saya hanya diminta pesan dan diperintahkan lah, lakukan itu kalau mau surveinya naik. Jadi enggak bicara yang lain.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Politik
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz