Menuju konten utama

Di Balik Manuver PKS soal Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada Jakarta

Agung menyarankan PKS lebih baik menggunakan pendekatan penguatan elektabilitas kandidat daripada bermain ofensif.

Di Balik Manuver PKS soal Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada Jakarta
Presiden Joko Widodo menyampaikan pengarahan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/2/2024). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

tirto.id - Sekjen PKS Aboebakar Alhabsy melemparkan kritik soal klaim Presiden Jokowi melakukan cawe-cawe politik di Pilkada 2024. Aboe menilai, Jokowi sudah biasa cawe-cawe hingga selesai pemilu dan menilai wajar aksi cawe-cawe mantan Gubernur DKI Jakarta itu di pilkada.

"Kan sudah biasa cawe-cawe mulai dari presiden sampai nanti. Biasa. Jadi enggak ada masalah biar aja," kata Aboebakar di Jakarta, Kamis (27/6/2024) lalu.

Aboebakar pun mengakui bahwa nama Kaesang sempat disodorkan ke PKS, tetapi enggan berkomentar lebih jauh.

"Sudah nyodorkan. Kita lihat saja," kata Aboebakar.

Partai-partai pun ramai-ramai membantah adanya aksi cawe-cawe Jokowi. Sekjen Partai Gerindra mengaku tidak ada perbincangan soal Kaesang maju di Pilkada Jakarta dengan Partai Gerindra. "Belum dibicarakan," kata Muzani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (28/6/2024).

Wakil Ketua PAN Yandri Susanto malah menilai Kaesang wajar maju di Pilgub Jakarta. Namun, ia tidak pernah mendengar Jokowi cawe-cawe.

"Tapi kalau Pak Jokowi cawe-cawe tuh saya enggak pernah dengar. Pak Jokowi enggak pernah menawarkan kemana-mana," kata Yandri di Istana.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, yang meminta agar tak mengaitkan Jokowi dalam proses politik di internal partai.

"Tentu kita melihat konstelasi politik nasional, kamu jangan ikut-ikutkan Pak Presiden," kata Jazilul di lokasi sama.

Pihak istana pun langsung membantah klaim tersebut. Staf Khusus Presiden Grace Natalie membantah Jokowi menyodorkan nama Kaesang yang merupakan anaknya untuk maju Pilgub Jakarta. Ia mengatakan, Jokowi tidak pernah ikut campur masalah partai.

"Pak Presiden tidak ikut campur terkait Pilkada dimana pun, persoalan Pilkada adalah ranah partai," kata Grace, Jumat (28/6/2024).

Grace mengatakan, Jokowi fokus pada penyelesaian tugas kepresidenan hingga Oktober 2024.

Kaesang Pangarep yang juga Ketua Umum PSI membantah Jokowi cawe-cawe mendorongnya di Pilgub Jakarta.

"Jangan bawa-bawa Presiden lah, yang Ketua Umum kan saya," kata dia dalam keterangan di Jakarta, Jumat dikutip Antara.

Anak bungsu Presiden Jokowi ini mengatakan, pihak yang mewakili PSI maju pilkada adalah dirinya. Ia pun mengatakan, pemilihan kandidat yang maju akan mempertimbangkan sejumlah aspek, apalagi PSI punya 8 kursi di DKI Jakarta. Ia khawatir pernyataan Aboebakar sebagai upaya menutup pintu koalisi.

"PSI kan punya kursi di Jakarta, lumayan ada 8 kursi. Banyak juga partai yang menyodor-nyodorkan jagoannya agar didukung PSI. Pernyataan Sekjen PKS mungkin hendak menutup pintu koalisi dengan PSI, ya nggak apa-apa juga," kata dia.

Ia pun berharap penyebar isu tersebut tidak mencederai momentum Pilkada 2024 ini dengan berita hoaks yang menyesatkan masyarakat.

"Terlebih lagi akan merugikan pihak yang suka menyebar berita bohong seperti itu. Masyarakat kita sudah cerdas," kata Kaesang.

Analis politik dari Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago, menilai upaya PKS menyerang Jokowi sebagai strategi politik untuk menjaga eksistensi di publik. Ia mengatakan, strategi untuk tetap disorot secara gratis adalah dengan melemparkan pernyataan kontroversial.

"Kalau ingin bargaining eksistensi beliau seperti misalnya kampanye gratis, iklan gratis beliau harus langsung ke jantung kekuasaan. Itu supaya direspons dan kalau direspons, PKS bisa menunggang elektoral untuk PKS bisa propaganda atau strategi. Yang penting PKS ingin tetap diperbincangkan oleh publik," kata Pangi, Jumat (28/6/2024).

Pangi melihat, serangan strategi cawe-cawe juga tidak lepas dari upaya PKS untuk meyakinkan proposal Anies-Sohibul dalam Pilgub Jakarta. Ia memahami bahwa proposal tersebut mungkin ada perlawanan. Namun, PKS sebagai partai pemenang Pileg 2024 Jakarta tentu ingin kader mereka bisa menang di Jakarta. Ia mengingatkan, PKS pernah merelakan tiket gubernur dan wakil gubernur di Pilgub DKI Jakarta 2017 serta kursi cawapres di Pilpres 2019.

Di sisi lain, serangan PKS juga berupaya merebut basis massa Koalisi Perubahan di masa lalu untuk mendukung paket mereka. Ia mengatakan, setidaknya ada dua poros pemilih yang kuat usai Pilpres 2024, yakni poros perubahan dan poros Koalisi Indonesia Maju. PKS ingin agar proposal Anies-Sohibul bisa diterima dan mendapat dukungan dari poros perubahan yang dibentuk saat Pilpres 2024 lalu.

Ahmad Syaikhu

Presiden PKS, Ahmad Syaikhu saat mengumumkan pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman sebagai cagub dan cawagub di Pilkada Jakarta saat pembukaan Sekolah Kepemimpinan Partai di Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024). (FOTO/Dok. Humas DPP PKS)

Namun, bagi PKS, mereka lebih mengejar pengakuan tentang kehebatan mesin mereka. Mereka juga ingin dilihat di tengah egoisme partai-partai lain yang juga mengusung Anies dengan kader partai di Koalisi Perubahan pada Pilgub Jakarta. Sebut saja PKB ingin Anies-Ida Fauziyah atau Nasdem dengan Anies-Wibi.

Analis politik dari Trias Politika, Agung Baskoro, juga menilai wajar jika PKS melempar narasi Jokowi cawe-cawe di Pilgub Jakarta. Ia mengatakan, hal ini tidak lepas posisi PKS yang berseberangan dengan Jokowi. Namun, kritik itu dapat dimaknai sebagai simbol bahwa mantan Wali Kota Surakarta itu masih berkuasa.

"Dugaan-dugaan semacam itu ya wajar karena kan memang kemarin di pilpres banyak pihak yang melihat dan kemudian merasakan. Jadi kalau memang dalam konteks sekarang itu terwujud lagi menurut saya wajar-wajar saja," kata Agung, Jumat (28/6/2024).

Agung mengingatkan, endorsement Jokowi dalam pilkada sudah dibuktikan lewat survei Litbang Kompas. Dalam survei tersebut, 54,3 persen warga masih mempertimbangkan peran Jokowi dalam pilihan mereka. Angka itu menandakan ada pengaruh Jokowi meski mungkin tidak mencapai angka tersebut di semua daerah. Narasi endorsement baru hilang ketika Jokowi tidak lagi berkuasa.

"Itu baru gugur ketika Pak Jokowinya enggak berkuasa," kata Agung.

Agung mengakui bahwa upaya PKS memang bisa dikategorikan upaya penggalangan politik. Namun, Agung mengingatkan bahwa PKS tidak boleh berlebihan dalam bermain narasi tersebut. Ia mengingatkan bahwa PKS sudah gagal memainkan narasi tersebut dalam mengusung Anies di Pilpres 2024. Ia khawatir PKS mengalami kekalahan karena narasi tersebut tidak menjadi suara untuk memenangkan kandidat merka.

"Kalau enggak, ya nanti kalah lagi jagoannya," kata Agung.

Oleh karena itu, Agung menyarankan PKS lebih baik menggunakan pendekatan penguatan elektabilitas kandidat daripada bermain ofensif. Ia mengatakan, aksi ofensif berlebihan bisa membuat PKS terkunci sendiri seperti kehilangan mitra koalisi atau gagal membangun narasi politik saat kampanye.

"Kalau saya fokus ke kandidat saja supaya energi kolektifnya jadi kelihatan karena kalau misalkan fokus menyerang lawan, kita lupa mempromosikan kelebihan-kelebihan kita, yang ada malah nanti nggak dapat kemenangan maupun arahan-arahan strategis lain, kandidat dipahami dikenal dipilih. Itu jadi soal," kata Agung.

Analis politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno, menilai wajar pernyataan cawe-cawe Jokowi yang disampaikan Aboebakar sebagai Sekjen PKS. Ia menilai informasi tersebut dapat dianggap benar karena posisi Aboebakar adalah Sekjen PKS yang notabene orang kedua di partai.

"Cuma kan problemnya informasi-informasi valid dari seorang sekjen PKS yang saya kira anggota dewan itu pastinya adalah informasi-informasi di belakang panggungnyang selama ini tidak pernah terendus oleh publik," kata Adi, Jumat.

Adi mengatakan publik umum tidak tahu apakah benar Jokowi cawe-cawe atau tidak. Namun, pernyataan Abu menandakan bahwa ada potensi kebenaran upaya lobi dari Jokowi untuk anaknya.

Di sisi lain, pernyataan Aboe mempertebal keyakinan publik saat ini tentang cawe-cawe Jokowi. Ia pun menilai publik akan memaklumi upaya cawe-cawe Jokowi meski tidak terlihat. Ia beralasan, publik masih ingat bagaimana Jokowi menyetujui Gibran maju pilpres dan mendapat restu mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Oleh karena itu wajar juga Jokowi mengupayakan Kaesang bisa menang seperti anak pertamanya. Meski mungkin Kaesang terganggu, Adi melihat ujaran Aboe itu mempengaruhi manuver politik Kaesang. Ia menduga, Kaesang melakukan komunikasi politik, tetapi ujaran Aboe itu memicu efek negatif. Bagi sejumlah pihak yang anti Jokowi, informasi anggota DPR itu bisa saja dipercaya dan menimbulkan efek.

Namun, Adi menekankan bahwa aksi Aboe bukan lah strategi politik, tetapi hanya sebatas informasi yang tidak pernah terbuka ke publik saja.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri