Menuju konten utama

PKS Pilih Sohibul, Bisa Menang di Jakarta Tanpa Anies?

PKS dinilai akan menghadapi kesulitan untuk meraih kemenangan di Jakarta jika mengusung Sohibul Iman.

PKS Pilih Sohibul, Bisa Menang di Jakarta Tanpa Anies?
Presiden PKS Sohibul Iman (kiri) berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) saat pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PKS 2019 di Jakarta, Kamis (14/11/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ama.

tirto.id - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mantap mendorong mantan Presiden PKS, Sohibul Iman, sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta 2024. Alasannya, Sohibul merupakan sosok yang memiliki integritas dan kapasitas yang mumpuni.

Juru Bicara PKS, Ahmad Mabruri, menuturkan PKS di bawah kepemimpinan Sohibul Iman sebagai Presiden PKS pada periode 2015-2020

Selama kepemimpinan Sohibul, PKS mengalami peningkatan suara dan kursi secara signifikan dari 8,46 juta suara (6,77 persen) di 2014, menjadi 11,49 juta suara (8,21 persen) di 2019. Artinya, meningkat dari 40 kursi di 2014 menjadi 50 kursi di 2019.

Ahmad Mabruri menuturkan, Sohibul terbukti 3 kali terpilih menjadi anggota DPR, pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR. Sohibul juga aktif sebagai cendekiawan muslim dan lama berkecimpung di Badan PEngkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kemenristek RI. Sohibul juga pernah menjadi rektor di Universitas Paramadina.

“Pak Sohibul Iman ini figur yang tepat untuk memimpin Jakarta. beliau adalah perpaduan antara seorang birokrat yang andal, politisi yang mumpuni, dan intelektual yang disegani di dunia pendidikan,” tutur Mabruri.

Sementara itu, Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, mengakui, sikap partainya mendukung Sohibul Iman sebagai cagub adalah upaya mendorong kader semangat dalam memenangkan Pilkada, salah satunya Jakarta. Mardani juga mengakui walaupun sudah mengusung Sohibul untuk berlaga di Pilgub Jakarta, partainya masih menjaga hubungan dengan Anies Baswedan.

Mardani mengatakan, mereka membangun komunikasi lintas calon gubernur dan calon partai. Ia beralasan, PKS hanya memiliki 18 kursi meski menang di Pilkada DKI Jakarta. Mereka tetap butuh partai lain untuk membangun komunikasi dengan partai dan kandidat lain.

"Tapi tetap hubungan dengan semua pihak dijaga baik dan harmonis. Karena kami juga sadar untuk menang tidak bisa sendiri. Bahkan untuk mencalonkan pasangan kami perlu berkoalisi karena kurang syarat 4 kursi," kata Mardani.

Kampanye Ganjar di Balikpapan

Ratusan pendukung calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menghadiri kampanye bertajuk Hajatan Rakyat di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

Langkah PKS mencalonkan Sohibul Iman dinilai wajar oleh Juru Bicara PDIP, Chico Hakim. Alasannya, PKS merupakan partai juara 1 pileg DPRD Jakarta.

"Yang dilakukan PKS ini sangat wajar, apalagi sebagai pemenang pemilu legislatif yang kemarin. Kami saja dari PDI Perjuangan yang berada di peringkat 2 juga merasa sangat pantas bagi kader kami menjadi calon gubernur ataupun calon wakil gubernur," kata Chico

Chico pun mengakui partainya mendorong nama internal seperti Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, Tri Rismaharini, Andika Perkasa, Charles Honoris hingga Prasetyo Edi Marsudi. Mereka masih membangun komunikasi termasuk dengan PKS. Chico memastikan PDIP terbuka menggabungkan kader mereka dengan partai lain termasuk dengan Anies Baswedan.

"Kalau mengusung Pak Anies ya bisa aja kita bicarakan gitu kan. Enggak mungkin PDI Perjuangan mengusung dua nama sekaligus. Jadi kita mengusung salah satu antara Cagub dan Cawagub Itu dulu yang penting kemudian baru menjajaki kerja sama. Apakah itu dengan Pak Anies atau dengan tokoh-tokoh partai lain. Nah ini kita lihat ke depan," kata Chico.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, mempersilakan PKS mengajukan kandidat di Pilgub DKI Jakarta. Namun, dia memastikan Golkar akan ikut dengan Gerindra dalam pengusungan kandidat.

Terkait siapa calonnya, Airlangga mengeklaim masih membahas. Dia memastikan tokoh yang berlaga akan diumumkan kepada publik.

PKS Tes Ombak

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, menilai langkah PKS mengusung Sohibul merupakan manuver agar tidak kalah start dalam mengusung kader untuk Pilkada Jakarta 2024. Musfi menuturkan terlihat beberapa partai sudah memunculkan beberapa nama untuk berlaga mulai Ahmad Sahroni dari Nasdem hingga anak Presiden, Kaesang Pangarep dari PSI.

"Sebagai partai pemenang di Jakarta pada Pileg 2024, tidak mungkin PKS berdiam diri. PKS punya harga diri dan daya tawar untuk mengusung kadernya bertarung di Pilkada Jakarta 2024. PKS sedang memberi pesan kepada publik kalau mereka siap bertarung, mereka juga punya kader yang harus dilihat publik Jakarta," kata Musfi.

Musfi mengakui hubungan antara Anies dan PKS tidak dapat dipisahkan. PKS berhasil memenangkan Pileg 2024 di Jakarta di era Anies setelah 20 tahun mengalami kekalahan.

"Jika keduanya berpisah, akan berdampak negatif bagi keduanya. PKS akan kehilangan sosok yang mendukung peningkatan suaranya, begitu juga dengan Anies yang kehilangan partai yang memiliki massa yang loyal padanya. Idealnya, PKS dan Anies harus bersatu," ujar Musfi.

Musfi menilai pembubaran hubungan akan merugikan baik PKS maupun Anies. Namun, dia melihat manuver PKS sebagai upaya untuk menguji respons saat mereka memiliki pandangan yang berbeda dengan Anies.

Lebih lanjut, Musfi melihat PKS sedang mencari cara untuk menjadi kekuatan utama di Jakarta dengan mendukung Anies. Meskipun PKS dapat mencari koalisi lain seperti Koalisi Indonesia Maju dengan Ridwan Kamil, mereka mungkin melewatkan kesempatan untuk menguasai Jakarta sepenuhnya seperti yang terjadi dalam Pilkada 2017.

"Saya rasa itu akan menjadi keputusan yang merugikan jika PKS memutuskan untuk berpisah. Untuk menguasai Jakarta, langkah rasional bagi PKS adalah mendukung Anies [...] Pilkada Jakarta 2024 adalah kesempatan emas bagi PKS, saya sangat ragu mereka akan melewatkan kesempatan ini," kata Musfi.

Pasangan AMIN sambangi kantor PKS

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan (keempat kiri) dan cawapres Muhaimin Iskandar (ketiga kanan) bergandengan tangan dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu (keempat kanan), Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi (kedua kanan) dan jajaran petinggi PKS saat bertemu pascaputusan sengketa Pilpres oleh MK, di Kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (23/4/2024). Dalam pertemuan tersebut pasangan Anies-Muhaimin menyampaikan terima kasih kepada PKS atas dukungan yang diberikan selama gelaran Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

Musfi menilai strategi PKS belum cukup untuk mengubah dinamika politik di Jakarta. Dia menjelaskan partai masih mempertimbangkan dalam mendukung kandidat. Contohnya, Gerindra yang saat ini mendukung Budi Djiwandono dengan Raffi Ahmad, serta Kaesang. PDIP juga melakukan hal yang serupa dengan Andika Perkasa, serta mempertimbangkan nama Anies.

"Namun, yang pasti, Pilkada Jakarta 2024 akan difokuskan pada Anies dan kubu kontra Anies. Sulit bagi saya untuk membayangkan PKS akan membentuk kubu sendiri. Dengan siapa PKS akan berkoalisi? dan kembali kepada pertanyaan penting, apakah PKS siap untuk melewatkan kesempatan ini untuk berkuasa di Jakarta?" kata Musfi.

PKS Bakal Menghadapi Kesulitan Jika Tak Usung Anies

Analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, menilai PKS berusaha menjaga image kekuatannya dalam mengusung kader. Tetapi, dia menilai langkah memisahkan diri dari Anies bisa berisiko merugikan PKS, mengingat Anies telah berhasil menguatkan basis PKS di Jakarta.

"Anies memiliki potensi untuk memperkuat soliditas dan basis pemilih PKS kembali dalam Pilkada. Sebagai faktor penentu yang mendorong suara PKS pada Pemilu sebelumnya, Anies seharusnya dipertimbangkan untuk diusung kembali, meskipun PKS mungkin ingin lebih mengendalikan calon secara penuh, terutama setelah rekomendasi awal dari PKB," kata Dedi.

Anies Baswedan

Anies Baswedan berpidato dalam acara Halal bi Halal PKS di Gedung DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2024). tirto.id/Irfan Amin

Dedi menilai PKS akan menghadapi kesulitan untuk meraih kemenangan di Jakarta jika mengusung Sohibul Iman. Terutama dengan minimnya dukungan koalisi yang cocok untuk kader PKS maju sebagai calon gubernur.

Anies juga dinilai menjadi kunci untuk PKS baik dalam pemilu maupun Pilkada. Tidak hanya itu, Dedi juga optimistis suara tidak akan berubah signifikan jika PKS memutuskan untuk berpisah dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

"Meskipun suaranya mungkin sedikit terpengaruh secara umum, Anies tetap menjadi pilihan yang lebih potensial dibandingkan dengan kader PKS, berkat soliditas koalisi yang telah terbentuk. PKS mungkin dapat menjajaki kemungkinan untuk berkoalisi dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM), namun kemungkinan mereka untuk menjadi pasangan wakil sangat kecil," jelas Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menilai KIM akan berusaha untuk mengusung figur utama, bukan wakil sehingga kondisi ini dapat menghadirkan kesulitan bagi PKS dalam membangun koalisi. Karenanya, Dedi menilai Anies masih menjadi pilihan yang kuat bagi PKS dalam situasi saat ini.

"Dalam situasi seperti ini, kemungkinan adanya perubahan tetap terbuka. Anies masih memegang potensi untuk mendapatkan dukungan dari PKS, terutama jika Sohibul Iman tidak menjamin kemenangan dan upaya koalisi PKS mengalami kegagalan," ungkap Dedi.

"Kolaborasi dengan PDIP juga masih menjadi wacana yang bisa terwujud, mengingat PDIP tidak akan memaksakan calon gubernur, tetapi calon wakil gubernur," tambah Dedi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher, Fransiskus Adryanto Pratama & Irfan Amin
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin