Menuju konten utama

Biografi Ki Hajar Dewantara & Jasanya bagi Bangsa Indonesia

Ki Hajar Dewantara dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional berkat jasanya yang begitu besar di bidang pendidikan.

Biografi Ki Hajar Dewantara & Jasanya bagi Bangsa Indonesia
Foto Ki Hajar Dewantara. FOTO/commons.wikimedia.org

tirto.id - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei, yang tak lain merupakan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Menelusuri sejarah, biografi, dan mengenang jasa perjuangan Bapak Pendidikan Nasional tersebut menjadi sesuatu yang penting.

Salah satu hal ikonik tentangnya adalah tiga semboyan pendidikan yang dijunjung hingga saat ini. Slogan Ki Hajar Dewantara yang dimaksud yakni: Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

Lalu, sebenarnya siapa Ki Hajar Dewantara? Apa saja jasanya bagi bangsa Indonesia? Pembaca bisa mengenal lebih jauh tentang Bapak Pendidikan Nasional dengan menyimak ulasan berikut.

Biografi Ki Hajar Dewantara Lengkap

Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. Perjuangannya di bidang pendidikan membuatnya menyandang julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Ia lahir di lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman Yogyakarta pada 2 Mei 1889, tanggal yang kemudian diabadikan sebagai Hardiknas.

Ki Hajar Dewantara masih tergolong sebagai cucu Pangeran Paku Alam III dari jalur ayahnya, GPH Soerjaningrat. Dengan privilesenya sebagai anak priyayi atau bangsawan Jawa, Suwardi lebih mudah mengakses pendidikan ketimbang golongan rakyat lainnya.

Sampai berusia remaja, sosok yang nantinya menjadi ikon pendidikan nasional tersebut masih menyandang nama bawaan lahir. Suwardi panggilannya.

Pengubahan namanya menjadi Ki Hajar Dewantara baru terjadi pada 3 Februari 1928, sebagaimana dituliskan oleh Bambang Sokawati Dewantara dalam Ki Hajar Dewantara Ayahku(1989). Istri Ki Hajar Dewantara, Sutartinah, kemudian mengikuti jejaknya dengan mengganti nama menjadi Nyi Hajar Dewantara.

Riwayat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Sejarah Perjuangannya

Menukil dari buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II A: Kebudajaan dijelaskan, Ki Hajar Dewantara menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Hindia Belanda).

Ki Hajar Dewantara sempat mencoba mendaftar ke sekolah kedokteran, STOVIA, tetapi gagal akibat sakit. Ia lantas memilih menjadi jurnalis dan menulis untuk berbagai surat kabar.

Dari situlah perjuangan Ki Hajar Dewantara dimulai. Tulisan-tulisan yang dibikinnya bergaya populer, komunikatif, beridealisme kebebasan, dan acapkali berbau sentimen anti-kolonialisme. Lalu, bagaimana cara Ki Hajar Dewantara menggerakkan sejarah pendidikan Indonesia?

Perjuangan menggerakkan sejarah bangsa diawali oleh Ki Hajar Dewantara dengan ikut sebagai anggota Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 di Jakarta—saat itu bernama Batavia. Di organisasi tersebut, ia berperan besar dalam menyebarkan dan membangkitkan kesadaran rakyat ihwal pentingnya kesatuan dan persatuan dalam berbangsa.

Empat tahun kemudian, tepatnya 25 Desember 1912, ia keluar dan memilih mendirikan Indische Partij bersama Cipto Mangunkusumo dan Ernest Douwes Dekker. Ki Hajar Dewantara semakin getol berjuang di partai politik pertama Hindia Belanda itu.

Persahabatan dan kerja sama antara ketiga orang tersebut—Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Cipto—membuatnya dijuluki sebagai Tiga Serangkai. Namun, ketegasan Ki Hajar Dewantara dalam mengkritik pemerintah kala itu membuat ketiganya diasingkan ke Belanda. Itu terjadi sekira 1913, sebagaimana dikutip dari Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern (1986).

Pengasingan itu tidak membuat perjuangan Ki Hajar Dewantara melempem. Di Belanda, beliau bergabung dengan Indische Vereeniging, organisasi pelajar Indonesia.

Saat dipulangkan pada 6 September 1919, tekad Ki Hajar Dewantara untuk berjuang melawan kolonial Belanda belum juga surut. Ia menegaskan, "Kini, saya telah memperoleh kembali kebebasan saya tanpa suatu janji atau pernyataan apapun juga dari saya. Ini berarti kemenangan bagi saya."

Ki Hajar Dewantara tetap melakukan kritik lewat tulisan-tulisannya. Tak jarang ia berurusan dengan aparat keamanan kolonial. Masuk-keluar penjara menjadi hal yang lumrah baginya.

Lalu, apa peran dari Ki Hajar Dewantara bagi pendidikan? Sejak kapan perjuangan itu dilakukan?

Suatu hari, setelah pulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendapatkan nasihat dari sang istri agar mengubah metode perjuangannya. Ia pun setuju dan akhirnya mencoba masuk ke jalur pendidikan dan kebudayaan. Dia memiliki tekad mencerdaskan bangsa lewat pendidikan.

Jasa Ki Hajar Dewantara bagi Bangsa Indonesia

Perjuangan dan jasanya di bidang pendidikan membuat Ki Hajar Dewantara digelari sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Lantas, apa saja jasa Ki Hajar Dewantara bagi bangsa Indonesia. Berikut rangkuman beberapa jasa Ki Hajar Dewantara.

1. Membangkitkan semangat anti-kolonial

Sejak muda, Ki Hajar Dewantara sudah menolak dan melawan ketidakadilan kolonial Belanda melalui tulisan, organisasi, dan pendirian Taman Siswa. Semuanya bertujuan agar rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang layak agar tidak terus-menerus berada di bawah kolonial Belanda.

2. Mendirikan Taman Siswa

Ki Hajar Dewantara merintis pembuatan sekolah Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Taman Siswa) di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Taman Siswa berkomitmen membahagiakan bangsa dan manusia, serta memajukan kehidupan bangsa.

Lewat Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara mampu menggerakkan masyarakat untuk menjadi pribadi terpelajar. Lembaga pendidikan tersebut dinilai sebagai tonggak awal kebangkitan pendidikan bangsa yang membuat bumiputera mampu bangkit melawan kolonialisme.

Ki Hajar Dewantara mengajarkan konsep pendidikan yang selama ini digagaskan kepada para muridnya. Pendidikan di Taman Siswa diarahkan pada tujuan nasionalisme, semangat perjuangan, dan kerakyatan, dalam menghadapi kekuatan kolonialisme.

3. Mengabdi di masa Indonesia merdeka

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Presiden Soekarno menyusun kabinetnya dengan melibatkan Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran pada 1945.

Ia mengabdi kepada bangsa Indonesia pasca-kemerdekaan sampai ajal menjemput. Pada 26 April 1959, Ki Hajar Dewantara wafat di usia 69 tahun. Tak lama kemudian, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

4. Membuat Semboyan yang Menjadi Dasar Pendidikan Indonesia

Ada tiga semboyan yang diutarakan oleh Ki Hajar Dewantara yakni ing ngarsa sung tulada 'yang di depan memberi contoh'; ing madya mangun karsa 'yang di tengah membangun cita-cita'; dan tut wuri handayani 'yang belakang mengikuti dan mendukung'.

Disitulah lahir semboyan “Tut Wuri Handayani” yang hingga kini menjadi semboyan pendidikan nasional. Artinya, seorang guru haruslah membimbing siswanya tetapi tetap memberi jalan untuk menentukan pilihannya sendiri (mandiri).

Semboyan tersebut sampai saat ini dijadikan sebagai motto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk penyelenggaraan pendidikan nasional.

5. Menggagas asas-asas pendidikan

Dalam buku Ki Hajar Dewantara (1985) dijelaskan, asas-asas pokok pendidikan dinamakan Panca Dharma Taman Siswa, terdiri dari asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

Ki Hajar Dewantara dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Kontribusinya yang besar dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi rakyat Indonesia dan gagasannya tentang pendidikan inklusif telah memberikan pengaruh yang mendalam dalam sistem pendidikan di Indonesia hingga saat ini.

Baca juga artikel terkait HARDIKNAS 2024 atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Fadli Nasrudin