Menuju konten utama

3 Semboyan Ki Hajar Dewantara & Makna bagi Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara memiliki 3 semboyan utama. Apa itu dan bagaimana maknanya bagi pendidikan nasional?

3 Semboyan Ki Hajar Dewantara & Makna bagi Pendidikan Nasional
Ki Hadjar Dewantara. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei. Ki Hajar Dewantara memiliki 3 semboyan bermakna bagi pendidikan nasional.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sudah mengeluarkan surat edaran nomor 11911/MPK.A/TU.02.03/2024 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024.

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional 2024 ialah "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar". Mereka juga turut menghimbau agar instansi pusat, daerah, satuan pendidikan, serta kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dapat menggelar upacara bendera.

Pihak kementerian turut menghimbau untuk menyelenggarakan aktivitas atau kegiatan dalam rangka memeriahkan Hardiknas 2024 dan bulan Merdeka Belajar 2024.

Selama memperingati Hari Pendidikan Nasional, masyarakat tidak hanya mengisi lewat sejumlah acara seremonial lainnya. Namun juga dapat memahami tiga semboyan Ki hajar Dewantara terkait pendidikan.

Sejarah Hardiknas

Penetapan Hardiknas dilakukan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 67 Tahun 1961 oleh Presiden RI pertama Soekarno pada 17 Februari 1961 di Jakarta.

Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional alias Hardiknas. Kenapa 2 Mei dipilih sebagai Hardiknas?

Hal ini tidak terlepas dari peran yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara. Ia termasuk salah satu dari tiga serangkai selain Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Mereka mengalami pengasingan ke Belanda.

Ki Hadjar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman, Yogyakarta. Berkat jasa-jasanya di bidang pendidikan, pemerintah menentukan tanggal lahir Ki Hadjar sebagai peringatan Hardiknas.

Profil Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ia pernah mengenyam pendidikan di ELS (Europesche Lagere School) dan STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen).

STOVIA merupakan sekolah kedokteran ternama selama masa Hindia Belanda. Putra Pangeran Suryaningrat sekaligus cucu Sri Paku Alam III ini termasuk sosok yang kritis terhadap kebijakan pemerintah kolonial terkait pendidikan.

Alhasil, sikapnya itu membuat dirinya bersama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo menjalani pengasingan ke Belanda.

Bukannya menyerah, ia justru mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 sepulang dari Eropa hingga memperjuangkan pendidikan di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara didapuk sebagai Menteri Pendidikan Indonesia pertama mulai tahun 1956. Bapak Pendidikan Nasional ini meninggal dunia pada 26 April 1959.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959 yang ditetapkan tanggal 28 November 1959, Ki Hadjar Dewantara menjadi pahlawan nasional ke-2.

3 Semboyan Ki Hajar Dewantara dan Maknanya

Semasa hidup, Ki Hajar Dewantara mengajarkan 3 semboyan utama terkait pendidikan dan dijadikan pegangan hingga kini.

Trilogi tersebut berupa Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Kalimat ini memiliki makna yang sangat mendalam.

Berikut adalah makna masing-masing semboyan yang pernah disampaikan Ki Hajar hingga turut mempengaruhi sistem pendidikan di tanah air:

1. Ing Ngarso Sung Tuladha

Ing Ngarso Sung Tuladha memiliki pengertian seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh alias menjadi panutan.

Jika dipisahkan masing-masing kata, ing artinya di, ngarsa adalah depan, sung bermakna jadi, dan tulada ialah contoh.

Seorang pemimpin diharapkan memberikan suri tauladan bagi orang disekelilingnya hingga menjadi contoh yang baik untuk orang yang dipimpin.

2. Ing Madya Mangun Karsa

Kalimat kedua memiliki makna seorang guru adalah pendidik yang berada di tengah-tengah para murid dan membangun semangat serta ide dalam berkarya.

Ing bermakna di, madya artinya tengah, mangun termasuk membangun, dan karsa ialah semangat atau niat.

Dengan demikian, seorang pemimpin dituntut untuk menumbuhkan semangat anggota hingga memberikan dukungan agar mereka bisa bekerja dengan penuh percaya diri.

3. Tut Wuri Handayani

Sementara Tut Wuri Handayani mempunyai makna guru menjadi pendidik untuk anak didik. Tut wuri ialah di belakang atau mengikuti dari belakang. Sedangkan handayani memberikan semangat.

Pemimpin mampu menjadi pendorong orang yang dipimpin agar mereka berani bergerak. Mereka membentuk karakter anggota hingga siap bertanggungjawab.

Baca juga artikel terkait HARDIKNAS 2024 atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Yulaika Ramadhani