Menuju konten utama

Sejarah Boedi Oetomo & Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei

Kelahiran Boedi Oetomo dipilih sebagai Hari Kebangkitan Nasional, yaitu setiap tanggal 20 Mei.

Sejarah Boedi Oetomo & Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei
Ratusan warga membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 72 meter di Pegunungan Matantimali Desa Wayu, Kinovaro, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (17/8). ANTARA FOTO/Basri Marzuki

tirto.id - Setiap tahunnya, masyarakat bangsa Indonesia memperingati tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Tanggal tersebut merupakan tanggal lahirnya salah satu organisasi pertama yang menyuarakan nasionalisme di Hindia Belanda, Boedi Oetomo.

Kelahiran Boedi Oetomo Dipilih sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Boedi Oetomo atau disingkat BO didirikan oleh para siswa STOVIA (School Tot Opleiding Van Idlandche Artsen) pada tahun 1908 yaitu Sutomo, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, dan Dr. Douwes Dekker. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.

Namun sejak 1910-an, program BO lebih banyak tercurah demi kemajuan pendidikan. Menurut Nagazumi, BO aktif mendirikan sekolah bagi anak laki-laki dan perempuan hingga tahun 1910-an di Jawa Tengah.

Boedi Oetomo mulai menerima anggota dari masyarakat biasa di tahun 1920. Hal ini membuat BO menjadi organisasi pergerakan rakyat yang juga ditandai dengan adanya pemogokan kaum buruh untuk menuntut kehidupan yang lebih baik.

Banyak masyarakat Indonesia yang bergabung dengan organisasi ini. Lambat laun, BO pun menyoroti kancah perpolitikan dengan tujuan kemerdekaan Indonesia.

Lantas bagaimana hari kelahiran Boedi Oetomo dapat ditetapkan sebagai peringatan hari Kebangkitan Nasional?

Sejarawan Hilmar Farid (2014) merujuk bahwa pada tahun 1948, Indonesia sedang menghadapi risiko disintegrasi akibat berbagai konflik di daerah dan perseteruan politik antara partai/ organisasi politik di tingkat nasional.

Banyak tokoh yang kemudian mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan persatuan nasional.

Di sisi lain, saat itu Indonesia sedang berada di dalam ancaman sebab Belanda yang ingin kembali berkuasa.

Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat pun mengusulkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ali Sastroamidjojo untuk mengusahakan persatuan nasional.

Sebuah panitia dibentuk dan diketuai Ki Hadjar Dewantara untuk menentukan peristiwa sejarah yang dapat digunakan simbol persatuan politik.

Pada akhirnya, diputuskanlah adanya peringatan besar-besaran hari Kebangkitan Nasional berdasarkan lahirnya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Keputusan tersebut atas dasar persetujuan para anggota-anggota panitia dan anjuran Bung Karno.

“Diadakan peringatan secara besar-besaran hari 20 Mei 1908 sebagai hari kebangunan nasional, hari lahirnya cita-cita kemerdekaan nusa dan bangsa, hari timbulnya tekad untuk bersatu wutuh, agar dapat menghadapi segala kesukaran bersama” (Dewantara, 1952).

Kelahiran BO dipilih berdasarkan alasan bahwa organisasi tersebut adalah organisasi modern pertama yang memulai penggalangan kesatuan nasional.

Berdirinya Boedi Oetomo

Nyoman Dekker dalam Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (1993: 19), menyebutkan bahwa Dokter Wahidin Soedirohoesodo adalah orang yang mula-mula dengan giat menyebarkan cita-cita pendirian organisasi.

Wahidin Soedirohoesodo ingin agar di Jawa (Indonesia) dapat dibentuk suatu perkumpulan yang memiliki tujuan untuk memajukan pendidikan dan membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah namun memiliki kemauan serta potensi kecerdasan.

Gagasan tersebut mendapat sambutan dari para siswa STOVIA di Batavia, terutama Soetomo, Goenawan, dan Soeraji. Setelah melalui serangkaian diskusi, maka pada 20 Mei 1908 didirikan sebuah perhimpinan yang diberi nama Boedi Oetomo.

Dikutip dari artikel dalam website Kemendikbud, ada 9 orang yang disebut sebagai para tokoh pendiri BO, antara lain Soetomo, Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Raden Ongko Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, dan Raden Mas Goembrek.

Dalam perjalanannya, banyak tokoh nasional yang bergabung dengan BO, seperti Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Tjipto Mangoenkoesomo, Tirto Adhi Soerjo, Pangeran Noto Dirodjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, dan seterusnya

Boedi Oetomo punya peran penting dalam mengawali era pergerakan nasional sebelum kemunculan beberapa organisasi lainnya seperti Indische Partij (IP), Sarekat Islam (SI), dan lain-lain.

Riwayat Boedi Oetomo berakhir pada 1935 setelah perhimpunan ini melebur ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) di bawah pimpinan Soetomo.

Baca juga artikel terkait HARI KEBANGKITAN NASIONAL atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Penyelaras: Yulaika Ramadhani