Menuju konten utama

X, Simbol Misteri yang Memikat Selama Ratusan Tahun

Huruf x tidak begitu saja muncul dan dipakai sebagai salah satu variabel matematika. Sejak dulu, ia memikat para ilmuwan dan terus berusaha dipecahkan.

X, Simbol Misteri yang Memikat Selama Ratusan Tahun
HEADER MOZAIK X, Simbol yang Memikat Selama Ratusan Tahun. tirto.id/Tino

tirto.id - Wilhelm Conrad Röntgen berusia 40 tahun saat melakukan eksperimen tabung katoda di Universitas Würzburg, Jerman. Di laboratoriumnya itu, Röntgen memanfaatkan tabung katoda untuk mempelajari sifat-sifat sinar yang dihasilkan oleh arus listrik dalam vakum.

Malam itu, musim gugur 1895, ia menemukan fenomena aneh. Sebuah layar berlapis barium platinocyanide yang berada di dekat tabung katoda mulai bersinar. Padahal, tabung itu tertutup rapat dan tidak ada cahaya yang tampak keluar.

Ia juga menyadari bahwa radiasi misterius yang dihasilkan oleh tabung katoda itu mampu menembus beberapa jenis material, seperti kertas, kayu tipis, bahkan daging manusia. Namun, sinar tersebut tidak dapat menerawang benda padat dengan mudah, misalnya logam dan tulang.

Kepada istrinya, Bertha, Röntgen menunjukkan sesuatu seraya menjelaskan, lalu mengambil gambar tangan istrinya menggunakan Sinar X. Hasilnya, citra tulang-tulang tangan Bertha tampak jelas, termasuk cincin yang dikenakan di jarinya. Bertha pun takjub dan nyaris tidak percaya.

Röntgen menyebut sinar radiasi unik itu dengan istilah Sinar X karena sifatnya yang belum diketahui. Penemuannya menjadi revolusioner sebab ia memutuskan untuk menguji pada manusia.

Penemuan Sinar X menjadi titik mula terobosan besar yang mengubah sejarah medis. Sinar tersebut dimanfaatkan untuk melihat struktur tubuh manusia tanpa harus melakukan pembedahan. Diagnosis berbagai kondisi medis pun menjadi lebih akurat, terutama masalah tulang dan penyakit dalam. Sinar tersebut juga bisa diaplikasikan di bidang industri dan penelitian ilmiah.

Yang menarik, mengapa sesuatu yang tidak diketahui selalu disimbolkan dengan huruf x? Tidak hanya pada istilah 'Sinar X', penyematan huruf x juga dapat ditemukan dalam berbagai rumus matematika, misalnya 1 + x = 2.

ilustrasi simbol X

Ilustrasi simbol X. FOTO/iStockphoto

Ketidakpastian Asal-usul

Huruf x memiliki sejarah yang kaya di bidang matematika, berkembang dari notasi verbal peradaban kuno hingga penggunaan modernnya sebagai variabel dalam aljabar.

Awal mula penggunaan simbol untuk menandai variabel dapat ditelusuri hingga ke peradaban kuno, yang menggunakan istilah verbal sebagai simbol untuk jumlah numerik yang tak diketahui. Metode penyelesaiannya pun beragam.

Menurut matematikawan Denmark, Asger Aaboe, dalam artikel jurnal bertajuk “Episodes from the Early History of Mathematics”, Dinasti Ptolemeus pada masa Babilonia kuno, yang terkenal karena matematika terapannya, berkontribusi besar di bidang matematika, khususnya melalui karya-karya tentang pengamatan astronomi dan konstruksi tabel trigonometri.

Dinasti Ptolemeus memperkenalkan persamaan kuadrat, salah satu formula pertama dengan variabel yang tidak diketahui dan digunakan oleh Bangsa Babilonia secara umum. Dalam persamaan tersebut, x menjadi simbol umum yang menggambarkan nilai yang hendak dipecahkan.

Notasi matematis yang lebih formal juga muncul di belahan bumi lainnya pada zaman peradaban kudo. Namun, mereka tidak menggunakan simbol secara spesifik untuk variabel.

“Akan tetapi, ada bukti bahwa orang Tiongkok menggunakan metode perhitungan mekanis, dalam bentuk batang hitung, alih-alih metode grafis. Rincian matematika mereka telah lenyap,” ujar Roger Cooke dalam bukunya Classical Algebra: Its Nature, Origins, and Uses (2008:3).

Cooke beranggapan bahwa pengetahuan matematika China hilang karena kaisar pertama Ch'in Shih Huang Ti memerintahkan pembakaran semua buku ketika ia menyatukan China pada tahun 221 SM. Hanya ada beberapa teks berusia lebih dari 2.000 tahun yang masih bertahan.

Teori modern lantas berkembang dan bermunculan, mulai dari terjemahan bahasa Arab hingga pengaruh pemikir Prancis, René Descartes.

Pada abad ke-9, matematikawan muslim, Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi, menggunakan metode aljabar, sebuah cabang matematika yang melibatkan solusi persamaan, meskipun belum menggunakan simbol yang kita kenal sekarang.

Dalam karyanya, Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr waʾl-muqābala yang ditulis pada tahun 830 M, Al-Khwarizmi menjelaskan bahwa kata al-jabr merujuk pada salah satu sistem untuk mencocokkan bagian yang berbeda. Adapun algoritmanya dapat diterapkan pada berbagai masalah yang berlainan.

Meskipun Al-Khwarizmi tidak secara langsung menggunakan huruf x, karyanya memengaruhi pengembangan notasi aljabar di masa depan, termasuk penggunaan huruf dan alfabet dalam rumus perhitungan maupun posisi desimal.

Simbol-simbol dalam aljabar diperkenalkan oleh Al-Khwarizmi untuk memudahkan pemahaman hubungan dan pola. Seiring waktu, pengaruhnya meluas hingga ke daratan Eropa

Pada abad ke-11 dan ke-12, minat untuk menerjemahkan teks-teks Arab ke dalam bahasa Eropa mulai meningkat. Banyak matematikawan Eropa yang menerjemahkan karya-karya agung berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin. Transmisi ini berdampak luas dalam perkembangan matematika Barat. Notasi aljabar pun mulai berkembang, tetapi penggunaan huruf variabelnya masih beragam.

Salah satu tantangan paling sulit dalam penerjemahan tersebut adalah bahwa beberapa bunyi Arabic sulit diucapkan oleh orang Eropa. Sebagai misal, risalah matematika Arab memperkenalkan konsep al-syai-un 'sesuatu yang spesifik', yang diwakili oleh huruf syin. Istilah itu tidak dapat ditransliterasikan ke dalam bahasa Spanyol oleh para cendekiawan karena tidak ada bunyi Sy dalam bahasa Spanyol.

Ketidakmampuan menerjemahkan suatu istilah matematika Arab membuat Bangsa Eropa memaknainya dengan cara lain. Mereka menyoroti hubungan antara syin dan entitas yang tidak terdefinisi atau tidak diketahui. Jalan tengahnya ialah mengganti al-syai-un dengan simbol Yunani Chi (χῖ). Ketika dikonversi ke dalam bahasa Latin, Chi digantikan dengan huruf x yang dianggap lebih universal.

Konteks Simbolik dan Sosial

Seiring waktu, x diadopsi secara luas dalam ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Ia sering kali digunakan untuk merujuk pada nilai atau jumlah yang tidak diketahui dalam berbagai konteks, termasuk geometri dan kalkulus.

Penggunaan huruf x sebagai variabel diperkenalkan oleh matematikawan Prancis pada abad ke-16. René Descartes, dalam karyanya La Géométrie (1637). Buku itu mendokumentasikan pengembangan metode geometri analitik yang menghubungkan aljabar dan geometri. Ia menggunakan huruf-huruf akhir dari alfabet Latin (x, y, z) untuk variabel yang tidak diketahui dan huruf awal (a, b, c) untuk konstanta.

Penggunaan huruf-huruf tersebut membantu menetapkan konvensi yang lebih jelas dalam aljabar, yang masih digunakan hingga saat ini. Sejak itu, x menjadi lebih dominan sehingga memengaruhi cara generasi berikutnya mempelajari matematika. Dalam geometri, simbol x sering dipakai untuk menunjukkan lokasi atau titik potong, yang membuatnya menjadi lambang misteri sekaligus penemuan.

ilustrasi simbol X

Ilustrasi simbol X. FOTO/iStockphoto

Setelah Descartes, huruf x menjadi simbol yang umum digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, fisika, dan statistik.

X melampaui aljabar. Ia menjembatani budaya dalam matematika. Di banyak film, buku, dan media, huruf x digunakan untuk menandakan hal yang tersembunyi atau terlarang. Sebagai misal, suatu film yang diberi label "X" berarti mengandung konten dewasa.

Dalam sains, terutama dalam genetika, x menggambarkan kromosom X, yang berperan penting dalam pewarisan sifat dan sering kali terkait dengan kondisi tertentu, misalnya penyakit yang terkait dengan kromosom X.

Selain itu, x memiliki makna tertentu dalam simbolisme. Dalam konteks pemilihan opsi, misalnya, x sering dipakai untuk menandai pilihan, yang sebelumnya tidak diketahui. Aktivis hak asasi manusia, Malcolm X, juga menyematkan huruf x di dalam namanya karena tidak pernah mengetahui siapa leluhurnya dari Afrika.

Salah satu tokoh berpengaruh di era teknologi, Elon Musk, juga menunjukkan ketertarikannya terhadap huruf x karena konotasinya yang misterius dan memikat. Ia pun mewujudkannya ke dalam bisnis yang dirintisnya, termasuk membuat SpaceX, produk Model X milik Tesla, hingga yang teranyar mengakuisi Twitter dan menggantinya dengan nama X. Ia bahkan menamai putrinya dengan nama berunsur x, yakni Exa Dark Sideræl Musk.

Obsesi terhadap X

Makna huruf yang mudah berubah, mulai dari hal yang tidak diketahui dalam konteks aljabar hingga konotasi seksual, menambah misteri mengapa huruf x diciptakan, atau yang dalam bahasa Arab disebut syin.

Pemikir cum direktur Radius Foundation, Terry Moore, mengungkapkan bahwa banyak ilmu pengetahuan Eropa diadopsi dari peradaban Timur. Demikian halnya dengan variabel x.

“Dalam Bahasa Arab, kita dapat membuatnya [syin] terdefinisi dengan menambahkan imbuhan al-. Inilah al-syai-un, hal yang tidak diketahui. Ini adalah kata yang muncul di masa pertama matematika mulai dikenal,” tutur Terry dalam penjelasannya mengenai huruf X di TED.

Dalam bahasa Indonesia, huruf x pertama kali diperkenalkan saat muncul kata marxisme, yang digunakan pada 1926 oleh tokoh-tokoh terkemuka, seperti Sukarno dan Tan Malaka, yang menandai keterlibatan awal dengan perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Meskipun kata marxisme sudah umum digunakan, huruf x tidak masuk ke dalam ejaan bahasa Indonesia sebelum 1972. Huruf x baru dimasukkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) pada 1983.

Walau demikian, kata marxisme baru muncul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pada 1988. Sejak itu, jumlah kata dengan awalan x dalam KBBI terus bertambah seiring jamaknya penggunaan kata serapan dari bahasa Belanda dan Inggris ke bahasa Indonesia.

Baca juga artikel terkait X atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - News
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Fadli Nasrudin