tirto.id - Bahasa Indonesia berutang kepada marxisme karena kata itu menjadi sejarah pertama kalinya huruf x ditulis dalam bahasa Indonesia (dulu bernama bahasa Melayu). Sebelumnya, huruf ke-24 abjad Latin itu tidak dikenal dalam sistem ejaan bahasa Melayu/Indonesia.
Kata marxisme digunakan oleh bumiputra bersamaan dengan masuknya marxisme sebagai pemikiran sosial politik, sebagai bagian dari perjuangan komunitas terbayang bernama Indonesia, untuk melawan penjajahan Belanda. Kata tersebut setidaknya sudah digunakan pada 1926.
Pada tahun itu Sukarno menulis esai “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” di koran Suluh Indonesia Muda—esai itu diterbitkan ulang dalam buku Dibawah Bendera Revolusi (1959) dan dibukukan oleh Jajasan Pembaruan dengan judul yang sama pada 1963. Dalam tulisan itu, Sukarno juga menulis kata marxis.
Selain Sukarno, tokoh lain pada 1926 yang menggunakan kata marxisme ialah Tan Malaka. Dalam bukunya, Semangat Muda, Tan Malaka menulis kata marxisme sebanyak lima kali dan kata marxis sebanyak empat kali.
Kata marxisme terus digunakan dalam bahasa Indonesia setelah Indonesia merdeka. Hal itu dapat dilihat, antara lain, dari buku yang ditulis sejumlah tokoh, misalnya Dibawah Pandji Marxisme Aliran Lenin dan Trotsky (1960) karya Ibnu Parna, Tentang Marxisme (1962) karya D.N. Aidit, Marxisme: Ilmu dan Amalnja (1962) karya Njoto, Marxisme dan Pembinaan Nasion Indonesia (1964) karya D.N. Aidit, serta Sosialisme dan Marxisme: Suatu Kritik terhadap Marxisme (1967) karya Sjahrir.
Meskipun kata marxisme sudah lazim digunakan dalam bahasa Indonesia dari tahun ke tahun, setidaknya sejak 1926, huruf x tidak masuk ke dalam sistem ejaan bahasa Indonesia sebelum 1972. Sewaktu Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi diresmikan pada 1948, di dalamnya tidak ada huruf x. Dalam ejaan itu juga tidak ada huruf c, f, q, v, y, dan z.
Huruf x juga tidak tercatat dalam kamus bahasa Melayu/Indonesia hingga 1980-an. Padahal, sudah banyak kamus bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang terbit sejak zaman Belanda, zaman Jepang, hingga setelah Indonesia merdeka.
Tidak adanya huruf x dalam ejaan yang berlaku sebenarnya bukan alasan untuk tidak memasukkan sebuah huruf ke dalam kamus. Sebagai contoh, meskipun huruf f, v, dan z tidak ada dalam Ejaan Republik, huruf f dan z sudah tercatat dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia (1949), dan huruf f, v, dan z telah tercantum dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) (1952).
Memang entri yang mengandung huruf f, v, dan z dalam kamus-kamus itu tidak hanya satu entri. Barangkali karena hanya ada satu kata yang mengandung huruf x, yaitu pada kata marxisme, huruf x tidak dicatat dalam kamus bahasa Indonesia.
Huruf x baru masuk ejaan bahasa Indonesia pada 1972, yakni dalam Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Dalam buku Pedoman Edjaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudajaan, huruf x masuk bersama dengan huruf q dan y.
Dalam buku itu diinformasikan bahwa huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai, misalnya: a : b = q dan sinar X. Sementara itu, dalam buku tersebut disebutkan bahwa huruf f, v, dan z diresmikan pemakaiannya. Tak ada penjelasan tentang “diresmikan pemakaiannya” itu.
Saya menduga bahwa diresmikan itu maksudnya ialah bahwa huruf f, v, dan z tidak ada dalam Ejaan Republik, tetapi sudah digunakan dalam bahasa Indonesia setelah tahun itu. Misalnya, huruf f dan z sudah ada dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia dan Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1950-an); huruf f, v, dan z telah ada dalam KUBI.
Huruf X dalam Kamus Bahasa Indonesia
Sementara itu, dalam kamus bahasa Indonesia, huruf x baru muncul pada 1983, yaitu dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) terbitan Pusat Bahasa (kini Badan Bahasa). Kamus itu merupakan cikal bakal Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Saya menyebut KBI sebagai kamus pertama yang memuat huruf x karena tidak menemukan huruf itu dalam kamus yang terbit sebelum 1983, yaitu KUBI cetakan VI (1982). Dalam KUBI cetakan VII (1984) juga tidak ada huruf x.
Sebenarnya pada 1983 ada kamus lain yang memuat huruf x, yaitu Kamus Praktis Bahasa Indonesia susunan Leonardo D. Marsam, M. Surya Aditama, Y. Zulkarnain, dan G. Surya Alam. Dalam kamus itu ada empat entri x, yaitu x (angka Romawi), xenokrasi, xenelasie, dan xenograf. Namun, kamus saku itu kalah populer daripada KBI.
Dalam KBI terdapat sembilan entri yang diawali huruf x, yaitu x, x (sinar), xenograf, xenomani, xenon, xeroftalmia, xerografi, xerosis, xeroks. Entri x itu tidak hanya berarti (1) huruf yg ke-24 abjad Indonesia, tetapi juga berarti (2) angka Romawi untuk bilangan sepuluh (10), (3), pengganti nama yg tidak (belum) diketahui nama sebenarnya, (4) pengganti nama orang yg sedang dibicarakan, walaupun nama orang itu sudah diketahui (untuk menjaga nama baiknya), dan (5) bilangan yg tidak (belum) diketahui; bilangan khayal. Dalam kamus itu juga ada huruf x dalam subentri rontgen, yaitu sinar X dan alat X.
Meskipun sudah ada huruf x dalam KBI, tidak ada kata marxisme di sana. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata marxisme kali pertama masuk ke dalam KBBI I (1988) dengan definisi ‘paham atau aliran sosialisme yg dikembangkan oleh Karl Marx’.
Kata marxisme dalam KBBI hanya bertahan hingga KBBI II (1991). Dalam KBBI III (2001), KBBI IV (2008), dan KBBI V (2016) tidak ada kata marxisme. Setelah hilang dalam KBBI selama belasan tahun, kata marxisme muncul lagi dalam KBBI daring (kbbi.kemdikbud.go.id) pada pemutakhiran Oktober 2019 dengan definisi ‘gagasan-gagasan yg dirumuskan oleh Karl Marx’. Kata dan definisi ini diusulkan oleh Mario Excel Elfando (warga, bukan anggota redaksi KBBI).
Definisi itu tentu saja terlalu umum dan kurang jelas karena tidak menyebutkan gagasan apa yang dirumuskan oleh Karl Marx. Bandingkan definisi itu dengan definisi marxism dalam kamus bahasa Inggris, misalnya merriam-webster.com:
‘the political, economic, and social principles and policies advocated by Marx’; ‘a theory and practice of socialism including the labor theory of value, dialectical materialism, the class struggle, and dictatorship of the proletariat until the establishment of a classless society’.
Karena itu, siapa pun sangat terbuka untuk mengusulkan perbaikan definisi tersebut melalui situs KBBI. Adapun kata marxis tidak ada dalam KBBI dan kamus bahasa Indonesia mana pun walaupun kata itu sudah lazim digunakan dalam berbagai tulisan bahasa Indonesia.
Setelah huruf x masuk ke dalam KBI 1983, jumlah entri yang diawali huruf x dalam kamus bahasa Indonesia terus bertambah. Semua entri tersebut diserap dari bahasa Belanda dan Inggris (lihat Loan-Words in Indonesian and Malay [2008]).
Dalam KBBI I terdapat 18 entri, dalam KBBI II 29 entri, dalam KBBI III 31 entri, dalam KBBI IV 46 entri, dan dalam KBBI V cetakan ketiga (2018) ada 53 entri yang diawali huruf x. Jumlah entri yang diawali x dalam KBBI (selanjutnya diperbarui dalam KBBI daring) berkemungkinan terus bertambah seiring dengan lazimnya kata serapan yang diawali huruf x digunakan dalam bahasa Indonesia.