tirto.id - Majas asosiasi merupakan salah satu jenis majas yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Secara umum, majas merupakan gaya bahasa yang bersifat kiasan, perumpamaan, atau ibarat, yang bertujuan untuk memperindah makna dan menyampaikan pesan dalam sebuah kalimat.
Dilihat dari bentuknya, majas bisa dibagi menjadi dua, yaitu majas lisan dan majas tulisan. Majas lisan digunakan saat diucapkan secara langsung, sementara majas tulisan biasa ditemukan dalam karya sastra seperti cerpen, puisi, atau sajak.
Secara garis besar, majas dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu majas pertentangan, majas perbandingan, majas penegasan, dan majas sindiran. Adapun majas asosiasi termasuk dalam kelompok majas perbandingan.
Apa Itu Majas Asosiasi?
Majas asosiasi adalah majas atau gaya bahasa yang membentuk hubungan suatu hal dengan hal lain yang berbeda namun dianggap sama. Dengan kata lain, asosiasi memperlihatkan hal yang berlainan, tapi sengaja ditetapkan sebagai sesuatu yang serupa.
Kiftiawati Sulistyo dan Endry Sulistyo dalam Buku Pintar Peribahasa Indonesia (2007:362), menuliskan, arti majas asosiasi yakni gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu (di keadaan yang lain) karena sifatnya sama.
Hal tersebut serupa dengan pengertian kata “asosiasi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Arti asosiasi, menurut KBBI, adalah tautan (penghubungan) ingatan pada orang atau barang lain sehingga memunculkan sebuah hubungan tertentu yang sifatnya memiliki kesamaan.
Lantas, bagaimana dengan majas asosiasi contoh dan cirinya? Di bawah ini pembahasan selengkapnya.
Ciri-Ciri Majas Asosiasi
Dalam buku Implementasi Majas dalam Sosiolinguistik oleh Indras Tiawan, majas asosiasi memiliki sejumlah ciri, yakni sebagai berikut.
- Menggunakan kata-kata perbandingan seperti seperti, bagai, bagaikan, bak, ibarat, seumpama, serupa, dan laksana.
- Menunjukkan perbandingan antara dua hal yang berbeda, tapi dianggap memiliki kesamaan.
- Maknanya bersifat kiasan dan bisa diartikan berbeda-beda tergantung sudut pandang pembaca.
- Disampaikan secara tidak langsung atau implisit, sehingga memerlukan penafsiran lebih dalam untuk memahami maksud sebenarnya.
Contoh Majas Asosiasi
Ketika diminta menyebutkan 5 contoh majas asosiasi atau bahkan 10 majas asosiasi, mungkin ada yang merasa bingung karena keliru dengan majas lain. Agar lebih jelas, berikut ini beberapa contoh majas asosiasi yang bisa dipahami dengan mudah.
- Tatapannya seperti macan Asia.
- Langkah kakimu seumpama gajah berlari.
- Wajahmu laksana sinar mentari.
- Semangatnya untuk mencari nafkah keras bagai baja.
- Bagai laksana tak bertuan.
- Wajah mereka bagai pinang dibelah dua.
- Kulitnya hitam seperti arang.
- Harinya cerah seperti lampu pijar.
- Hidupnya gelap laksana malam tanpa bintang setelah ditinggal istrinya.
- Rambutnya jingga bak senja di ujung hari.
- Kenapa wajahmu lusuh bagai baju yang belum disetrika?
- Aku goyang layaknya burung yang baru belajar terbang.
- Ia cepat bagai singa yang tengah mengejar mangsa.
- Ia rapuh seumpama ranting yang tumbuh diujung pohon.
- Ia rebahan seperti tulang belulang yang ditinggal nyawanya pergi.
- Suaranya lembut seperti bisikan angin.
- Tatapannya tajam bagai pisau silet.
- Hatinya keras bak batu karang.
- Saat diberi kabar itu, tangisannya pecah seperti langit yang dipecah badai.
- Tubuhnya tinggi bak tiang bendera.
- Jangan jalan pelan seperti kura-kura kelelahan!
- Pikirannya rumit bagai benang kusut.
- Senyumnya manis seperti madu hutan.
- Marahnya meledak bak gunung berapi.
- Coba bicara pelan, jangan seperti toa masjid!
- Suaranya lantang seperti toa masjid.
- Tulisannya indah bak lukisan kaligrafi.
- Gayanya tenang seumpama air danau.
- Sifatnya labil seperti ombak di lautan.
- Wajahnya bersinar seperti bulan purnama.
- Pandangannya kosong bak langit tanpa awan.
- Tertawanya pecah bagai petasan malam tahun baru.
- Tatapannya dingin seperti es batu.
- Bicaranya tajam bak belati tersembunyi.
- Ia berdiri tegar bagai pohon tua yang tak goyah diterpa angin.
- Kenapa hari ini kamu muram seperti langit mendung?
- Pelukannya hangat bagai selimut di musim hujan.
- Langkahnya ringan seperti kapas tertiup angin.
- Diamnya mencekam bak malam tanpa suara.
- Suaranya serak seperti radio rusak.
- Matanya berbinar bak bintang di langit gelap.
- Sikapnya tenang seumpama samudra luas.
- Kehadirannya samar seperti bayangan senja.
- Tangannya lentik bagai ranting yang meliuk tertiup angin.
- Ekspresinya kaku seperti patung batu.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Nisa Hayyu Rahmia