tirto.id - Mata pelajaran Bahasa Indonesia turut mempelajari tentang majas. Majas diartikan sebagai gaya bahasa yang memuat kiasan dan pengibaratan untuk memperindah makna dari kalimat.
Majas juga bisa menghasilkan makna yang sama melalui cara penyampaian berbeda. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, majas didefinisikan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Penggunaan majas juga bisa kita jumpai dalam percakapan sehari-hari. Ulin Nuha Masruchin dalam Buku Pintar Majas, Pantun, dan Puisi, mengungkapkan, tanpa disadari, seseorang pernah menggunakan majas ketika komunikasi. Alhasil, interaksi akan lebih hidup dan terkesan lebih ekspresif.
Selain itu, majas juga sering ditemui dalam sejumlah karya sastra. Menurut Ernawati Waridah dalam Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa plus Kesusastraan Indonesia, majas biasanya tercantum di dalam puisi, cerpen, novel, dan drama.
Majas memiliki beragam jenis yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni pertentangan, perbandingan, penegasan, dan sindiran.
Majas Pertentangan
1. Antitesis
Mengungkapkan sesuatu dengan kata yang berlawanan.
Contoh: Orang miskin dan kaya punya kedudukan sama di mata Tuhan, pembedanya hanya amal.
2. Paradoks
Menjelaskan pertentangan mengenai pernyataan dan fakta.
Contoh: Jiwanya sepi di tengah ramainya festival.
3. Anakronisme
Menerangkan ketidaksesuaian peristiwa dengan waktu yang ada.
Contoh: Baru lahir, bayi itu langsung bicara.
4. Oksimoron
Menjabarkan pertentangan dengan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh: Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
5. Kontradiksi Interminus
Menyatakan sangkalan kepada pernyataan sebelumnya.
Contoh: Mahasiswa yang tidak memiliki urusan dilarang datang, kecuali panitia.
Majas Perbandingan
1. Metafora
Mengungkapkan pembandingan dua benda dengan singkat.
Contoh: Rumahku surgaku.
2. Sinestesia
Menukar dua alat indera yang berbeda.
Contoh: Orang itu terkenal pahit pada temannya.
3. Simile
Pengibaratan yang ditandai dengan kata seperti, layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, dan sebagainya.
Contoh: Kau ibarat bungai bangkai bagiku, besar indah, namun bau.
4. Alegori
Mengungkapkan sesuatu dengan peristiwa lain.
Contoh: kehidupan sama seperti roda, kadang di bawah, kadang di atas.
5. Metonimia
Penggunaan nama merek untuk menyebut benda.
Contoh: Hausnya hilang setelah minum Aqua.
6. Hiperbola
Memberikan kesan berlebihan terhadap kenyataan.
Contoh: Teriakannya terdengar seperti petir.
7. Personifikasi
Menggambarkan benda mati seolah hidup.
Contoh: Lampu menyeringai memperlihatkan sinarnya.
8. Eufemisme
Penggunaan kata yang halus untuk mengurangi tingkat kekasaran kata.
Contoh: Beberapa karyawan dirumahkan (beberapa karyawan dipecat).
9. Simbolik
Menggunakan simbol untuk maksud tertentu.
Contoh: Banyak kupu-kupu malam di tempat ini.
Majas Penegasan
1. Repetisi
Mengulang kata dalam maksud mengungkapkan pentingnya sesuatu.
Contoh: Bukan uang, bukan rumah, bukan tanah, yang terpenting anakku.
2. Pleonasme
Gagasan yang diungkap secara berlebihan dengan keterangan yang tidak dibutuhkan.
Contoh: Kami mendengar kabar itu dengan telinga kami sendiri (normal: kami mendengar kabar itu sendiri).
3. Tautologi
Mengulang kata dengan memanfaatkan sinonimnya.
Contoh: Apa maksud dan tujuanmu datang ke sekolah?
4. Retoris
Bertanya mengenai sesuatu yang sudah ada jawabannya dalam pertanyaan.
Contoh: Manusia seperti apa yang tidak butuh uang?
5. Interupsi
Menambahkan keterangan tambahan pada sebuah kalimat.
Contoh: Ani, siswa peringkat satu di kelas, bermain bola (tanpa keterangan peringkat tidak mengubah makna).
Majas Sindiran
1. Ironi
Meyatakan sesuatu dengan kata yang berlainan dan bertolak belakang.
Contoh: Rapormu bagus, ada warna merahnya.
2. Sarkasme
Mengungkapkan pernyataan sindiran kasar.
Contoh: Monyet! Jangan macam-macam kau.
3. Sinisme
Sindiran terhadap sesuatu yang baik.
Contoh: Kau memang wangi, hingga lalat mati di sampingmu.
4. Inuendo
Menurunkan kebenaran fakta yang ada.
Contoh: Doni cepat kaya, ternyata ia pakai pesugihan.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Alexander Haryanto