tirto.id - Ironi adalah majas yang menyatakan makna saling bertentangan dengan makna sesungguhnya, misalnya dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Itu adalah definisi majas ironi menurut versi KBBI.
Sementara itu, Ainia Prihantini dalam bukuMajas, Idiom, dan Peribahasa Indonesia Superlengkap menuliskan, majas ironi adalah sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya.
Tapi, di sisi lain, ironi bisa juga diartikan sebagai majas sindiran yang menyatakan sebaliknya dengan maksud untuk menyindir orang lain, demikian menurut bukuRingkasan & Pembahasan Soal Bahasa Indonesia SMP yang ditulis Rika Lestari.
Berikut adalah contoh dari majas ironi sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, termasuk Buku Pintar Peribahasa Indonesia oleh Puspa Swara:
Contoh Majas Ironi
1. Indah benar rapormu dihiasi dengan warna merah.
2. Apalah artinya aku yang hanya anak ingusan yang tak mengerti apa-apa.
3. Cepat benar kau datang sehingga tama undangan telah lama meninggalkan tempat ini.
4. Pagi benar kau berdangan, Mul, padahal baru pukul sebelas siang.
5. Masih sore sudah pulang, padahal matahari sudah tenggelam sejak enam jam yang lalu.
6. Baik sungguh perilakumu, ibu sendiri dihujat.
Apa Itu Majas?
Majas merupakan gaya bahasa yang dapat berupa kiasan, ibarat, perumpamaan yang bertujuan untuk memperindah makna serta pesan dalam sebuah kalimat. Majas dikelompokkan menjadi empat bagian, majas pertentangan, majas perbandingan, majas penegasan, dan majas sindiran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, majas merupakan cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyampaikannya dengan yang lain. Majas memiliki dua bentuk, yaitu lisan dan tulisan.
Majas dapat berbentuk lisan saat majas tersebut diucapkan secara lisan dengan mulut. Sementara itu, majas tulisan merupakan majas yang terdapat dalam karya fiksi seperti cerpen, puisi, ataupun sajak. Berikut adalah jenis-jenis majas.
Majas Pertentangan
1. Antitesis
Mengungkapkan sesuatu dengan kata yang berlawanan.
Contoh: Orang miskin dan kaya punya kedudukan sama di mata Tuhan, pembedanya hanya amal.
2. Paradoks
Menjelaskan pertentangan mengenai pernyataan dan fakta.
Contoh: Jiwanya sepi di tengah ramainya festival.
3. Anakronisme
Menerangkan ketidaksesuaian peristiwa dengan waktu yang ada.
Contoh: Baru lahir, bayi itu langsung bicara.
4. Oksimoron
Menjabarkan pertentangan dengan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh: Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
5. Kontradiksi Interminus
Menyatakan sangkalan kepada pernyataan sebelumnya.
Contoh: Mahasiswa yang tidak memiliki urusan dilarang datang, kecuali panitia.
Majas Perbandingan
1. Metafora
Mengungkapkan pembandingan dua benda dengan singkat.
Contoh: Rumahku surgaku.
2. Sinestesia
Menukar dua alat indera yang berbeda.
Contoh: Orang itu terkenal pahit pada temannya.
3. Simile
Pengibaratan yang ditandai dengan kata seperti, layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, dan sebagainya.
Contoh: Kau ibarat bungai bangkai bagiku, besar indah, namun bau.
4. Alegori
Mengungkapkan sesuatu dengan peristiwa lain.
Contoh: kehidupan sama seperti roda, kadang di bawah, kadang di atas.
5. Metonimia
Penggunaan nama merek untuk menyebut benda.
Contoh: Hausnya hilang setelah minum Aqua.
6. Hiperbola
Memberikan kesan berlebihan terhadap kenyataan.
Contoh: Teriakannya terdengar seperti petir.
7. Personifikasi
Menggambarkan benda mati seolah hidup.
Contoh: Lampu menyeringai memperlihatkan sinarnya.
8. Eufemisme
Penggunaan kata yang halus untuk mengurangi tingkat kekasaran kata.
Contoh: Beberapa karyawan dirumahkan (beberapa karyawan dipecat).
9. Simbolik
Menggunakan simbol untuk maksud tertentu.
Contoh: Banyak kupu-kupu malam di tempat ini.
Majas Penegasan
1. Repetisi
Mengulang kata dalam maksud mengungkapkan pentingnya sesuatu.
Contoh: Bukan uang, bukan rumah, bukan tanah, yang terpenting anakku.
2. Pleonasme
Gagasan yang diungkap secara berlebihan dengan keterangan yang tidak dibutuhkan.
Contoh: Kami mendengar kabar itu dengan telinga kami sendiri (normal: kami mendengar kabar itu sendiri).
3. Tautologi
Mengulang kata dengan memanfaatkan sinonimnya.
Contoh: Apa maksud dan tujuanmu datang ke sekolah?
4. Retoris
Bertanya mengenai sesuatu yang sudah ada jawabannya dalam pertanyaan.
Contoh: Manusia seperti apa yang tidak butuh uang?
5. Interupsi
Menambahkan keterangan tambahan pada sebuah kalimat.
Contoh: Ani, siswa peringkat satu di kelas, bermain bola (tanpa keterangan peringkat tidak mengubah makna).
Majas Sindiran
1. Ironi
Meyatakan sesuatu dengan kata yang berlainan dan bertolak belakang.
Contoh: Rapormu bagus, ada warna merahnya.
2. Sarkasme
Mengungkapkan pernyataan sindiran kasar.
Contoh: Monyet! Jangan macam-macam kau.
3. Sinisme
Sindiran terhadap sesuatu yang baik.
Contoh: Kau memang wangi, hingga lalat mati di sampingmu.
4. Innuendo
Menurunkan kebenaran fakta yang ada.
Contoh: Doni cepat kaya, ternyata ia pakai pesugihan.
Editor: Iswara N Raditya