tirto.id - Secara bahasa, drama berasal dari bahasa Yunani "dram" atau "draomai" yang artinya adalah bergerak. Kata yang berdekatan dengannya adalah "drau" yang maknanya melakukan sesuatu atau beraksi (action). Penggunaan kata "drau" ini masih sering dipakai ketika aktor atau aktris akan melakukan drama, sutradara biasanya memberi aba-aba: Action!
Filsuf kuno Yunani, Aristoteles menyatakan drama adalah representasi dari suatu perbuatan (a representation of an action). Dalam drama, harus ada lakon atau pementasan (a play) yang mengisahkan suatu cerita dengan simbol atau sandi tertentu.
Semakin menarik konflik cerita dan alur yang tak tertebak, drama yang dipentaskan kian disukai penonton. Cerita yang mudah ditebak umumnya kurang menarik dan jarang disukai orang.
Sementara itu, dari segi istilah, ada sejumlah rumusan pengertian drama yang disampaikan oleh para ahli bidang ini. Misalnya, Hasanuddin WS dalam Drama Karya dalam Dua Dimensi (2009: 2) menjelaskan bahwa pengertian drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Dalam rumusan pengertian di atas, aspek drama sebagai seni pertunjukan lebih dominan daripada sastra. Namun, Hasanuddin menekankan bahwa sebaiknya drama dipandang punya 2 dimensi karakteristik yaitu sastra sekaligus seni pertunjukan.
Adapun Wiyanto lewat buku Terampil Bermain Drama (2012:31-32) menerangkan, bahwa dalam pemaknaan yang sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia di masyarakat yang lantas diproyeksikan ke atas panggung (dipentaskan). Selain itu, drama juga dapat dianggap sebagai karya sastra yang fleksibel, dan memiliki keunikan tersendiri.
Ketika naskah drama belum dipentaskan, ia termasuk bagian dari karya kesusasteraan. Namun, saat dipentaskan di panggung, ia menjadi bagian dari seni pertunjukan (performing arts). Lebih lanjut lagi, pertunjukan drama pun menjadi cabang seni tersendiri, yaitu seni drama.
Pementasan drama merupakan pertunjukan seni yang kompleks. Sebab, ia menggabungkan pelbagai cabang seni menjadi satu, yaitu seni sastra (naskah drama), seni musik (musik pengiring), seni peran dan terkadang juga seni tari.
Karena itu, gedung pertunjukan drama merupakan area berkumpulnya para seniman, mulai dari sastrawan, aktor, komponis, hingga pelukis. Para seniman tersebut bahu-membahu mengkreasikan seni drama yang dapat dinikmati estetikanya oleh penonton.
Apa Saja Struktur Drama?
Struktur drama adalah unsur-unsur pembentuk karya lakon tersebut. Struktur ini merupakan suatu kesatuan dari bagian-bagian yang utuh. Apabila salah satu bagian berubah atau dihilangkan, unsur struktur lainnya juga harus berubah.
Berikut ini penjelasan terkait struktur drama, sebagaimana dikutip dari buku Prosa Fiksi dan Drama (2021) yang ditulis Nanda Saputra, dkk.
1. Babak
Babak dalam drama adalah suatu kisah kecil yang menggambarkan suatu kejadian tertentu. Cerita dalam drama biasanya mengandung beberapa babak yang saling berkaitan satu sama lain.
Dalam karya prosa, ada istilah episode atau bab tertentu sebagai pembagian cerita. Babak adalah istilah potongan-potongan cerita dalam karya drama.
2. Adegan
Unsur yang lebih kecil dari babak adalah adegan. Dalam suatu babak, terdapat sejumlah adegan yang harus diperankan tokoh (aktor atau aktris).
Adegan dalam drama ditentukan dari bagian babak dalam cerita. Apabila kisah kejadiannya berubah, maka adegannya akan bergeser ke adegan selanjutnya.
Contohnya, dalam suatu adegan, suatu tokoh berdialog dengan tokoh lain. Adegan ini tuntas. Cerita akan memasuki babak selanjutnya ketika ada tokoh lain yang datang bergabung.
3. Dialog
Dialog adalah percakapan antartokoh dalam drama. Terdapat dua unsur dialog yang harus terpenuhi dalam drama, yaitu unsur pendukung gerak dan unsur penajaman realitas.
Pertama, dialog dalam drama harus mendukung gerak dan adegan tokoh dalam cerita tersebut.
Kedua, unsur penajaman realitas artinya dialog yang dilakukan di suatu pentas harus lebih tajam dan tertib sesuai dengan jalan cerita, serta tidak seperti dialog sehari-hari.
Dialog dalam drama juga memiliki struktur tersendiri, yaitu orientasi, komplikasi, klimaks, dan resolusi, sebagaimana dikutip dari Unsur Intrinsik Drama (2020) yang ditulis Sutji Harijanti.
4. Prolog
Bagian pembuka drama dikenal dengan istilah prolog. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua naskah drama memiliki prolog. Jikapun ada, umumnya prolog berisi kata-kata pembuka, pengantar, atau latar belakang cerita.
Dalam drama tradisional, prolog disampaikan oleh dalang atau tokoh-tokoh tertentu.
5. Epilog
Epilog adalah bagian penutup drama. Biasanya, ia adalah kesimpulan atau pesan yang diperoleh dari cerita drama.
Kendati kurang disukai penonton, epilog lazimnya tetap hadir untuk memberikan simpulan akhir terkait nilai drama tersebut.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom