tirto.id - Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Posisi drama setara dengan novel, cerpen, atau puisi. Namun, ketika drama itu sudah dipentaskan, ia menjadi bagian dari seni pertunjukan (performing arts), tak lagi sebatas kesusasteraan.
Ada banyak contoh karya drama terkenal yang dikarang penulis kesohor Indonesia. Sebut saja misalnya, Orang-Orang di Tikungan Jalan (1954) yang ditulis WS Rendra, Mega-Mega (1999) karya Arifin C. Noer, Topeng Kayu (2001) karya Kuntowijoyo, Orang-Orang yang Bergegas (2004) karya Puthut EA, dan sebagainya.
Secara bahasa, istilah drama berasal dari bahasa Yunani: "dram" atau "draomai" yang artinya bergerak. Dalam KBBI, drama digolongkan sebagai prosa atau komposisi syair yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan.
Sutji Harijanti menuliskan pengertian drama dalam Modul Bahasa Indonesia (2020) sebagai komposisi yang dihasilkan dari seni sastra (naskah drama) dan seni pertunjukan (pentas drama). Dalam hal ini, ada karya drama dalam bentuk tulis dan ada juga drama dalam bentuk pertunjukan.
Dalam drama, harus ada lakon atau pementasan (a play) yang mengisahkan suatu cerita dengan simbol atau sandi tertentu. Lazimnya, cerita dalam drama melibatkan konflik atau emosi yang tergambar dalam dialog tokoh, serta disesuaikan untuk pentas pertunjukan.
Unsur-Unsur Intrinsik Drama
Sebagaimana karya-karya sastra lain, drama juga memiliki unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur intrinsik drama terdiri dari dialog, plot atau alur cerita, tokoh, latar, tema, dan amanat.
Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik drama, sebagaimana dikutip dari buku Bahasa Indonesia (2007) yang ditulis Agus Supriatna, dan sumber lain.
1. Dialog
Dialog adalah inti dari karya drama. Percakapan tokoh drama ini berbeda dari obrolan sehari-hari, namun masih mencerminkan realitas kehidupan dari tema yang diangkat.
Maksudnya berbeda dari percakapan sehari-hari adalah diksi atau pilihan katanya berhubungan dengan plot, mengandung unsur estetik, dan tertib sesuai jalan cerita.
Bahasa yang digunakan dalam dialog juga komunikatif, serta mewakili karakter tokoh, baik itu watak secara psikologis atau fisiologis.
2. Plot atau Alur Cerita
Secara umum, alur cerita dalam drama terdiri dari pengenalan tokoh, penggambaran latar tempat, waktu, latar sosial, dan sebagainya.
Kemudian, hadir konflik yang berusaha dicari pemecahan masalahnya. Konflik kian memuncak, lalu diakhiri dengan resolusi, suatu jalan untuk memecahkan problem yang terjadi antartokoh.
Di bagian akhir drama, penulis akan memberi keputusan, apakah tokoh akan berakhir bahagia atau mengalami kemalangan.
3. Tokoh
Sosok yang berperan dalam kisah drama dikenal sebagai tokoh. Umumnya, tokoh-tokoh dalam drama terdiri dari tiga jenis, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh berwatak baik dalam lakon drama. Kemudian, tokoh antagonis bertindak sebagai lawan protagonis, yang tindakannya tidak sesuai dengan kehendak pembaca atau penonton drama. Terakhir, tokoh tritagonis bertindak sebagai juru damai dalam konflik antara antagonis dan protagonis.
4. Latar/Setting
Latar atau setting merupakan keterangan tempat, ruang, dan waktu dalam naskah drama. Tempat, ruang, waktu bisa disebut sebagai 3 dimensi setting dalam drama.
Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita di dalam sebuah drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri, dan berhubungan dengan latar ruang serta waktu.
Adapun setting waktu merupakan waktu/zaman/periode terjadinya cerita, sementara latar ruang merujuk kepada suasana pendukung cerita dalam drama.
5. Tema
Tema adalah ide dasar dari cerita drama. Tema ini merupakan pangkal tolak pengarang dalam mengkreasi cerita rekaan dalam dramanya. Umumnya, tema hadir secara tersurat dan jarang langsung disampaikan oleh pengarang drama. Contoh tema dalam drama adalah cerita tentang hubungan cinta, kekuasaan, kemanusiaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.
6. Konflik
Konflik adalah pertentangan atau masalah dalam drama. Konflik dalam drama dibedakan menjadi 2, yaitu konflik eksternal dan internal.
Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Adapun konflik internal terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.
7. Perwatakan/Penokohan
Maksud dari perwatakan/penokohan ialah penggambaran sifat batin seorang tokoh yang disajikan di dalam suatu cerita. Perwatakan tokoh dalam drama tergambar melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku pemerannya.
Watak para tokoh dalam drama, setidaknya bisa digambarkan dalam 3 dimensi, yakni kondisi fisik, keadaan psikis, dan posisi secara sosiologis. Kondisi fisik terlihat dari jenis kelamin, ciri-ciri badan, dan sejenisnya. Kemudian, dari aspek psikis, bisa terlihat pada emosi, ambisi dan lainnya. Secara sosiologis, kondisi tokoh bisa dilihat dari posisi di masyarakat, jabatan, kekayaan, ideologi dan semacamnya.
Perwatakan dalam drama juga bisa ditampilkan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Jika secara langsung, perwatakan itu akan dijelaskan dalam narasi cerita. Namun, jika ditampilkan secara tidak langsung, ia terlihat dalam dialog, pikiran, ucapan dan tindakan tokoh dalam drama.
8. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang adalah posisi dari mana pengarang bercerita
apakah dia bertindak langsung dalam bercerita atau sebagai pengobservasi yang berdiri di luar cerita.
Sudut pandang bisa berupa: orang pertama (aku); orang ketiga (pencerita yang serba tahu); dan lain sebagainya.
9. Amanat
Unsur intrinsik drama yang terakhir ialah amanat atau pesan pengarang terhadap pembaca atau penonton drama. Amanat ini lazimnya berupa pesan ide, ideologi, atau nilai-nilai luhur yang dapat diikuti atau menjadi teladan dari drama tersebut.
Selain terkait dengan tema drama, amanat umumnya juga berupa nilai-nilai tertentu yang disampaikan secara implisit. Nilai-nilai itu bisa berupa nilai moral, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya, dan lain sebagainya.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom