Menuju konten utama

Contoh Teks Monolog Hari Sumpah Pemuda 2023 yang Menginspirasi

Kumpulan monolog Sumpah Pemuda yang menarik dan penuh semangat untuk perayaan dan peringatan Hari Sumpah Pemuda 2023.

Contoh Teks Monolog Hari Sumpah Pemuda 2023 yang Menginspirasi
Sejumlah mahasiswa membakar ban bekas saat berunjuk rasa di depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (28/10/2022). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/aww.

tirto.id - Pembacaan teks monolog Hari Sumpah Pemuda bisa dijadikan salah satu cara untuk menyemarakkan peringatan tersebut. Monolog bisa menjadi penyemangat bagi siapa pun yang mendengarkannya.

Peringatan Sumpah Pemuda menjadi pengingat tentang pentingnya arti kebangsaan dan nasionalisme.

Monolog adalah pembicaraan yang berlangsung secara satu arah. Saat dilakukan pembacaan monolog, tidak ada pembicaraan timbal balik antara komunikator dengan komunikan. Contoh monolog yang umum ditemukan adalah seorang pemimpin yang sedang memberikan pidato pada bawahannya.

Hanya saja, monolog juga menjadi bagian dari pementasan seni teater. Jika dikaitkan dengan seni ini, monolog merupakan pementasan yang melibatkan satu orang di atas panggung untuk menyampaikan cerita tentang hal apa saja tanpa disertai keterlibatan pemain lain.

Pembacaan monolog pun kini berkembang dan tidak hanya dilakukan dalam pertunjukan teater. Monolog sudah lazim hadir sebagai bagian dari sebuah kegiatan, misalnya peringatan Hari Sumpah Pemuda di berbagai tempat.

Contoh Monolog Tema Hari Sumpah Pemuda 2023

Berikut contoh teks monolog yang berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda:

Contoh Monolog 1

Tidakkah seharusnya kita bersyukur telah datang Sumpah Pemuda yang dicetuskan para pejuang bangsa di masa lalu?

Tiga ikrar Sumpah Pemuda membuat bangsa kita bersatu. Saat itu mulai terselami makna senasib sepenanggungan sejak ratusan tahun lalu bangsa ini diinjak-injak penjajah. Kita tidak lagi memperkarakan perbedaan dari keragaman yang dimiliki Nusantara.

Itulah pentingnya menempatkan isi Sumpah Pemuda untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jangan sampai kita berpecah belah kembali karena urusan sepele. Kerukunan hidup yang telah dibina selama ini telah membawa Indonesia menuju negara yang adil, makmur, dan sejahtera.

Sumpah Pemuda menjadi modal penting untuk persatuan bangsa. Mari selalu ingat ikrar ini dalam kehidupan kita:

- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

- Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Contoh Monolog 2

Apa kita hanya akan begini saja selamanya? Lebih banyak tiduran sambil nonton drakor atau mendengarkan musik. Atau, menghabiskan hari dengan jalan-jalan tak tentu arah.

Hai pemuda,

Hidupmu terlalu dimanjakan dengan keadaan. Saat ini memang kondisi negara kita baik-baik saja. Makan bisa kenyang, fasilitas lengkap, butuh ini-itu tinggal menengadah tangan ke orang tua.

Tapi, coba lihatlah sejenak ke masa lalu. Saat orang-orang ketakutan dengan desingan peluru dan bisa makan sehari sekali pun tidak menentu. Itulah keadaan bangsa kita saat tertindas penjajah di masa lalu.

Jangankan bisa bersantai sepertimu. Pemuda zaman dahulu mesti membanting tulang demi mendapatkan sesuap nasi. Selainnya juga turut ambil bagian dalam peperangan demi menyudahi penindasan, kemelaratan, dan kemerdekaan.

Kemerdekaan itulah yang zaman dulu diperjuangkan para pemuda. Dimulai dari Sumpah Pemuda, bangsa ini mulai menyadari jika di tengah keberagaman yang ada, mereka satu Indonesia. Sejak itu komitmen memperjuangkan kemerdekaan didengungkan seluruh elemen bangsa sampai akhirnya proklamasi dibacakan.

Tidakkah kau malu wahai pemuda masa depan. Jika hari-hari kau habiskan dengan perbuatan sia-sia, apa jadinya masa depan Indonesia. Bangkitlah dari sekarang untuk memperbaiki diri, lalu berkontribusi semampumu untuk kebaikan negeri ini.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari