tirto.id - Majas adalah gaya bahasa berupa kiasan, ibarat, perumpamaan yang bisa digunakan untuk memperindah makna serta pesan dalam sebuah kalimat, salah satu jenis majas adalah oksimoron.
Oksimoron adalah gaya bahasa yang dikategorikan ke dalam majas pertentangan. Secara umum, oksimoron menjabarkan pertentangan dengan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap tentang majas oksimoron.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi Kemendikbud mendefinisikan oksimoron sebagai penempatan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis (dalam koordinasi atau subordinasi).
Sementara itu, Ulin Nuha Masruchin dalam Buku Pintar Majas, Pantun, dan Puisi menuliskan, majas oksimoron adalah gaya bahasa yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh Majas Oksimoron
1. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
2. Dia telah merasakan pahit manisnya kehidupan.
3. Mereka selalu bersama dalam suka dan duka.
4. Hidup bisa saja menjatuhkan kira, tetapi darinya kita bisa belajar apakah kita mau bangkit dan berlari.
5. Janganlah bersedih, sebab kegagalan adalah sukses yang tertunda.
6. Sekarang kamu sangat pintar, itu karena dahulu kamu bodoh yang tekun belajar.
7. Hidup itu seperti roda, kadang di bawah kadang di atas.
8. Cinta bisa membuatmu bahagia, tetapi juga bisa membuatmu menangis.
9. Yang tetap dalam kehidupan ini adalah perubahan.
Apa Itu Majas?
Majas merupakan gaya bahasa yang dapat berupa kiasan, ibarat, perumpamaan yang bertujuan untuk memperindah makna serta pesan dalam sebuah kalimat. Majas dikelompokkan menjadi empat bagian, majas pertentangan, majas perbandingan, majas penegasan, dan majas sindiran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, majas merupakan cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyampaikannya dengan yang lain. Majas memiliki dua bentuk, yaitu lisan dan tulisan.
Majas dapat berbentuk lisan saat majas tersebut diucapkan secara lisan dengan mulut. Sementara itu, majas tulisan merupakan majas yang terdapat dalam karya fiksi seperti cerpen, puisi, ataupun sajak. Berikut adalah jenis-jenis majas.
Majas Pertentangan
1. Antitesis
Mengungkapkan sesuatu dengan kata yang berlawanan.
Contoh: Orang miskin dan kaya punya kedudukan sama di mata Tuhan, pembedanya hanya amal.
2. Paradoks
Menjelaskan pertentangan mengenai pernyataan dan fakta.
Contoh: Jiwanya sepi di tengah ramainya festival.
3. Anakronisme
Menerangkan ketidaksesuaian peristiwa dengan waktu yang ada.
Contoh: Baru lahir, bayi itu langsung bicara.
4. Oksimoron
Menjabarkan pertentangan dengan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh: Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
5. Kontradiksi Interminus
Menyatakan sangkalan kepada pernyataan sebelumnya.
Contoh: Mahasiswa yang tidak memiliki urusan dilarang datang, kecuali panitia.
Majas Perbandingan
1. Metafora
Mengungkapkan pembandingan dua benda dengan singkat.
Contoh: Rumahku surgaku.
2. Sinestesia
Menukar dua alat indera yang berbeda.
Contoh: Orang itu terkenal pahit pada temannya.
3. Simile
Pengibaratan yang ditandai dengan kata seperti, layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, dan sebagainya.
Contoh: Kau ibarat bungai bangkai bagiku, besar indah, namun bau.
4. Alegori
Mengungkapkan sesuatu dengan peristiwa lain.
Contoh: kehidupan sama seperti roda, kadang di bawah, kadang di atas.
5. Metonimia
Penggunaan nama merek untuk menyebut benda.
Contoh: Hausnya hilang setelah minum Aqua.
6. Hiperbola
Memberikan kesan berlebihan terhadap kenyataan.
Contoh: Teriakannya terdengar seperti petir.
7. Personifikasi
Menggambarkan benda mati seolah hidup.
Contoh: Lampu menyeringai memperlihatkan sinarnya.
8. Eufemisme
Penggunaan kata yang halus untuk mengurangi tingkat kekasaran kata.
Contoh: Beberapa karyawan dirumahkan (beberapa karyawan dipecat).
9. Simbolik
Menggunakan simbol untuk maksud tertentu.
Contoh: Banyak kupu-kupu malam di tempat ini.
Majas Penegasan
1. Repetisi
Mengulang kata dalam maksud mengungkapkan pentingnya sesuatu.
Contoh: Bukan uang, bukan rumah, bukan tanah, yang terpenting anakku.
2. Pleonasme
Gagasan yang diungkap secara berlebihan dengan keterangan yang tidak dibutuhkan.
Contoh: Kami mendengar kabar itu dengan telinga kami sendiri (normal: kami mendengar kabar itu sendiri).
3. Tautologi
Mengulang kata dengan memanfaatkan sinonimnya.
Contoh: Apa maksud dan tujuanmu datang ke sekolah?
4. Retoris
Bertanya mengenai sesuatu yang sudah ada jawabannya dalam pertanyaan.
Contoh: Manusia seperti apa yang tidak butuh uang?
5. Interupsi
Menambahkan keterangan tambahan pada sebuah kalimat.
Contoh: Ani, siswa peringkat satu di kelas, bermain bola (tanpa keterangan peringkat tidak mengubah makna).
Majas Sindiran
1. Ironi
Meyatakan sesuatu dengan kata yang berlainan dan bertolak belakang.
Contoh: Rapormu bagus, ada warna merahnya.
2. Sarkasme
Mengungkapkan pernyataan sindiran kasar.
Contoh: Monyet! Jangan macam-macam kau.
3. Sinisme
Sindiran terhadap sesuatu yang baik.
Contoh: Kau memang wangi, hingga lalat mati di sampingmu.
4. Inuendo
Menurunkan kebenaran fakta yang ada.
Contoh: Doni cepat kaya, ternyata ia pakai pesugihan.
Editor: Iswara N Raditya