Menuju konten utama
Iman kepada Kitab Allah

Sejarah Kitab Taurat: Nabi Penerima, Makna, & Isi Pokok Ajaran

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi kaum Bani Israil. Simak isi pokok-pokok ajaran Taurat berikut ini.

Sejarah Kitab Taurat: Nabi Penerima, Makna, & Isi Pokok Ajaran
Ilustrasi Kitab Taurat. foto/Istockphoto

tirto.id - Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa yang diperuntukkan sebagai petunjuk bagi kaumnya, Bani Israil. Apa saja isi kitab Nabi Musa ini?

Dalam Islam, Taurat termasuk salah satu kitab Allah yang wajib diimani. Kitab ini termasuk dalam rukun iman, yakni iman kepada kitab-kitab Allah.

Semua kitab tersebut berisi ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid. Perbedaan terletak pada perkara syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

Kitab Taurat Diturunkan kepada Nabi Siapa?

Nabi yang menerima kitab Taurat adalah Nabi Musa AS. Kehadiran kitab ini sebagai pedoman dan petunjuk untuk Bani Israil.

Nabi Musa merupakan nabi atau rasul terpilih yang diutus oleh Allah untuk memberi petunjuk dan membebaskan Bani Israil. Saat itu, kaum tersebut berada dalam penindasan Raja Mesir, yakni Firaun.

Firaun yang murka dengan Nabi Musa dan para pengikutnya, lantas menegejar mereka hingga menyeberangi Laut Merah. Atas izin Allah, Laut Merah terbelah usai Nabi Musa menghantamkan tongkatnya ke laut sehingga ia dan pengikutnya bisa lewat.

Nabi Musa dan para pengikutnya berhasil menyeberangi Laut Merah dan selamat. Sedangkan Firaun dan bala tentaranya tenggelam karena Laut Merah yang tadinya terbelah pulih seperti sediakala.

Dikutip dari Pengantar Ilmu Tauhid (2019) karya A. Muzammil Alfan Nasrullah, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa di Bukit Sinai atau Tursina (Mesir) pada abad ke-12 Sebelum Masehi.

Di Gunung Sinai, Nabi Musa berpuasa selama 30 hari, yang kemudian disempurnakan menjadi 40 hari. Pada momen inilah Nabi Musa menerima wahyu dari Allah yakni Kitab Taurat sebagai petunjuk untuk Bani Israil.

Bahasa kitab Taurat yaitu Ibrani. Bahasa ini digunakan oleh Bani Israil atau kaum Yahudi untuk berkomunikasi sehari-hari.

Allah SWT dalam QS Al-Mu'minun ayat 49 berfirman:

“Dan sungguh, telah Kami anugerahi kepada Musa Kitab (Taurat), agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.” (QS Al-Mu'minun: 49)

Dinukil dari tulisan KH A Nuril Huda berjudul "Iman kepada Para Rasul dan Kitab Suci" dalam laman NU Online (2017), kitab suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa berisi hukum-hukum syariat dan kepercayaan yang benar.

Melalui QS Ali Imran ayat 3, Allah SWT berfirman:

"(Tuhan Allah) telah menurunkan kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab terdahulu dari padanya, lagi menurunkan Taurat dan Injil.”

Apa Isi Pokok Kitab Taurat dan Maknanya?

Kata "taurat" berasal dari bahasa Ibrani "torah" atau "yarah" yang secara etimologi bermakna "mengajarkan" atau "menunjukkan". Oleh sebab itu, kitab Taurat memiliki arti sebagai "ajaran tuhan" atau "perintah tuhan".

Kata Torah kemudian dipakai dalam arti yang lebih luas, yakni aturan tertulis maupun lisan, dan akhirnya mencakup seluruh ajaran Yahudi. Selain itu, tulis Philip Birnbaum dalam Encyclopedia of Jewish Concepts (1964), Taurat juga dimaknai sebagai "pengajaran/petunjuk/perintah" atau "kebiasaan", bahkan "sistem".

Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlaq(2008) memaparkan, Kitab Taurat terdiri atas lima bagian kitab, yaitu Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan, dan Kitab Ulangan.

Pokok ajaran kitab Taurat berisi tentang akidah atau tauhid dan hukum-hukum syariat yang dikenal dengan istilah 10 Perintah Tuhan atau Ten Commandments.

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2014) karya Muhammad Ahsan dan Sumiyati, pokok-pokok ajaran Kitab Taurat atau 10 Perintah Tuhan sebagai petunjuk bagi Bani Israil adalah sebagai berikut:

  1. Perintah meyakini keesaan Tuhan yaitu Allah.
  2. Perintah untuk tidak menyembah berhala (patung).
  3. Perintah untuk tidak menyebut nama Allah dengan sia-sia.
  4. Perintah untuk mensucikan hari Sabtu dari kegiatan duniawi dan mengisi dengan aktivitas amal ibadah.
  5. Perintah untuk berbakti kepada orang tua.
  6. Perintah atau larangan membunuh sesama manusia.
  7. Perintah atau larangan berbuat zina.
  8. Perintah atau larangan mencuri.
  9. Perintah atau larangan menjadi saksi palsu.
  10. Perintah atau larangan mengambil hak orang lain.

Duluan Kitab Zabur Apa Taurat?

Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa lebih dahulu dari kitab Zabur yang diberikan untuk Nabi Daud. Keduanya sama-sama kitab Allah yang diperuntukkan sebagai pedoman dan petunjuk, terutama bagi kaum Bani Israil.

Nabi Musa menerima wahyu Taurat pada abad 12 sebelum masehi (SM). Allah menurunkannya saat Nabi Musa menyepi di Gunung Sinai usai berpuasa selama 40 hari.

Sementara itu, kitab Zabur turun sekira abad 10 SM di Yerusalem. Bahasa kitab Zabur bernama Qibti.

Isi kitab Zabur di antaranya mengenai tuntunan doa dan zikir, nasihat, hingga ajaran hikmah. Syariat Allah yang diberlakukan saat itu masih menggunakan ajaran yang ada di kitab Taurat.

Dalil mengenai turunnya kitab Zabur pada Nabi Daud disebutkan dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 163:

اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud." (QS. An-Nisa:163)

Hikmah Beriman kepada Kitab-Kitab Allah

Beriman kepada kitab Allah memiliki sejumlah hikmah tertentu. Berikut ini hikmah-hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah, sebagaimana dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) yang ditulis Muhammad Ahsan dan Sumiyati.

  • Memberikan petunjuk kepada manusia mana yang benar dan mana yang salah.
  • Pedoman agar manusia tidak berselisih dalam menentukan kebenaran.
  • Memberikan informasi sejarah kehidupan orang-orang terdahulu. Hal ini bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi umat manusia saat ini.
  • Manusia yang beriman akan dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena di dalam kitab dijelaskan tentang perilaku yang baik dan buruk.
  • Mensyukuri segala anugerah dan nikmat Allah SWT, termasuk pemberian petunjuk yang benar melalui kitab-kitab-Nya.
  • Memiliki sikap toleransi yang tinggi karena kitab-kitab Allah SWT memberikan penjelasan tentang penanaman sikap toleransi, saling menghormati, dan menghargai orang lain bahkan pemeluk agama lain.

Baca juga artikel terkait KITAB SUCI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Ilham Choirul Anwar