Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Sejarah Kitab Zabur: Nabi Penerima, Makna & Isi Pokok Ajarannya

Berikut ini sejarah Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS sekitar abad 10 SM untuk Bani Israel dan pembahasan isi Kitab Zabur

Sejarah Kitab Zabur: Nabi Penerima, Makna & Isi Pokok Ajarannya
Ilustrasi Kitab Zabur. foto/Istockphoto

tirto.id - Sejarah Kitab Zabur penting untuk dipelajari untuk semakin menguatkan Rukun Iman ketiga dalam Islam yaitu mengimani kitab-kitab Allah.

Allah telah memberikan kitab suci kepada para rasul-Nya. Salah satunya adalah Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud untuk Bani Israil.

Bani Israil merupakan umat Yahudi atau agama Yahudi, hal ini pula dapat menjelaskan tentang pertanyaan Kitab Zabur untuk agama apa.

Sementara terkait apa isi Kita Zabur, bahasa Kitab Zabur dan bagaimana sejarah Kitab Zabur akan dibahas singkat di bawah ini.

Berdasarkan urutan turun serta para rasul yang menerimanya, secara lengkap kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan termasuk Rukun Iman bagi umat Islam tersebut terdiri dari:

  1. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS pada abad 12 sebelum masehi (SM) bagi Bani Israel.
  2. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS sekitar abad 10 SM untuk Bani Israel.
  3. Injil diturunkan melalui Nabi Isa AS pada abad 1 Masehi bagi kaum Bani Israel.
  4. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW selaku nabi terakhir dan diperuntukkan bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman.

Mengenal Kitab Zabur

Kitab Zabur diamanahkan Allah kepada Nabi Daud untuk menjadi pedoman hidup bagi bangsa Bani Israel dan dikenal sebagai Kitab Nabi Daud.

Kitab ini diturunkan setelah kitab Taurat yang diberikan pada Nabi Musa. Bahasa Kitab Zabur ditulis menggunakan bahasa Qibti. Masa berlaku Kitab Zabur adalah sesuai dengan tahun diturunkannya hingga turun kitab selanjutnya, yakni pada Abad 10 SM hingga Abad 1 Masehi.

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Kemdikbud 2014), keterangan mengenai turunnya kitab Zabur pada Nabi Daud telah disinggung Allah melalui firman-Nya pada surah Al-Isra ayat 55 dan surah Annisa ayat 163.

Selain itu, keterangan tentang Zabur ditemukan pula pada surah Ali Imran ayat 184, Al Anbiyaa' ayat 105, dan Saba' ayat 10.

“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian Nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.“ (QS. Al-Isra: 55)

"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (QS Annisa: 163)

Sebagian ulama menyamakan kitab Zabur dengan sebutan Mazmur. Kata "zabur" sama dengan kata dalam bahasa ibrani "zamir", yang bermakna lagu atau musik.

Kitab Zabur memiliki muatan isi berupa zikir, pengajaran, dan hikmah. Kitab ini menjadi petunjuk atau wahyu Allah untuk diturunkan bagi umat Bani Israel.

Dilansir laman NU, dalam Zabur tidak terdapat hukum-hukum syariat karena Nabi Daud diperintahkan mengikuti syariat yang dibawa Nabi Musa.

Dalam Zabur terdapat 150 nyanyian (mazmur) yang dilagukan oleh Nabi Daud. Nyanyian itu mengungkapkan pengalaman selama hidupnya.

Misalnya yaitu pengakuan dosa, kisah kejatuhannya, pengampunan dosa, sukacita terhadap kemenangan menghadapi musuh Allah, kemuliaan Allah seperti dinyatakan alam, hukuman Allah, hingga kemuliaan Messiah yang akan datang yakni kehadiran nabi Muhammad.

Menurut situs Sumber Belajar Kemdikbud, Nabi Daud diberikan kemudahan Allah untuk menguasai isi kitab Zabur dan mendakwahkannya.

Bahkan, Nabi Daud sering menyelesaikan bacaan dalam Zabur tatkala mempersiapkan pelana kuda. Kisah ini diceritakan Nabi Muhammad dalam sabdanya:

"Pembacaan Zabur dimudahkan bagi Daud. Dia sering mengarahkan agar binatang tunggangannya diletakkan pelana, dan mampu menghabiskan bacaan Zabur sebelum pelana siap diletakkan. Dan dia tidak akan makan selain hasil dari kerjanya sendiri. Barakallah." (HR Bukhari).

Sejarah Kitab Zabur

Turunnya kitab Zabur terjadi setelah Nabi Daud mampu membunuh Jalut. Jalut (Goliath) adalah pria sombong yang tidak mengimani Allah.

Dia menjadi pimpinan pasukan Palestina saat itu. Daud yang usianya masih muda, suatu kali ikut dalam barisan tentara Bani Israel untuk melawan pasukan pimpinan Jalut.

Ketika masih muda, Daud menyertai tentara Bani Israil di bawah pimpinan Raja Thalut melawan pasukan bangsa Palestina yang dipimpin Jalut (Goliath).

Laman P2K Universitas Muhammadiyah Surabaya menerangkan, Daud berhasil membunuh Jalut. Dia pun dielukan setelah itu sebagai pahlawan perang. Sepeninggal Raja Thalut, Daud pun diangkat sebagai pengganti raja.

Suatu hari Daud mengasingkan diri sekaligus bertaubat pada Allah. Dalam pengasingannya, Daud memperbanyak lisannya untuk memuliakan Allah dengan bertasbih.

Lalu, dia diangkat sebagai nabi dan diturunkan padanya kitab Zabur dari Allah.

Peristiwa ini diterangkan dalam surah Al Baqarah ayat 250-251). Allah berfirman:

"Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. " (QS. Al-Baqarah: 250-251).

Hikmah Beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT

Beriman kepada kitab Allah memiliki sejumlah hikmah tertentu. Berikut ini hikmah-hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah, sebagaimana dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) yang ditulis Muhammad Ahsan dan Sumiyati.

  • Memberikan petunjuk kepada manusia mana yang benar dan mana yang salah.
  • Pedoman agar manusia tidak berselisih dalam menentukan kebenaran.
  • Memberikan informasi sejarah kehidupan orang-orang terdahulu. Hal ini bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi umat manusia saat ini.
  • Manusia yang beriman akan dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena di dalam kitab dijelaskan tentang perilaku yang baik dan buruk.
  • Mensyukuri segala anugerah dan nikmat Allah SWT, termasuk pemberian petunjuk yang benar melalui kitab-kitab-Nya.
  • Memiliki sikap toleransi yang tinggi karena kitab-kitab Allah SWT memberikan penjelasan tentang penanaman sikap toleransi, saling menghormati, dan menghargai orang lain bahkan pemeluk agama lain.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Dhita Koesno