tirto.id - Indonesia kaya akan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Cerita rakyat tersebut dapat berupa mitos, legenda, fabel, dan jenis lainnya yang sarat akan nilai budaya. Salah satu yang populer adalah cerita rakyat Jaka Tarub dan 7 Bidadari.
Cerita rakyat Jaka Tarub berasal dari daerah Jawa yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Pemuda ini secara tidak sengaja melihat tujuh bidadari dan pada akhirnya memiliki hubungan dengan salah satunya.
Legenda Jaka Tarub sejatinya bukan sekadar karangan fiksi belaka. Ada nilai-nilai, seperti sikap jujur dan tanggung jawab, yang penting untuk diwariskan kepada generasi muda. Agar mendapat gambaran yang lebih komprehensif tentang cerita rakyat Jaka Tarub, maka dalam artikel ini akan dikupas ringkasan cerita rakyat legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari, serta pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Legenda Jaka Tarub dan 7 Bidadari Menceritakan tentang Apa?
Menilik buku berjudul Kumpulan Legenda Nusantara Favorit karya Astri Damayanti, legenda Jaka Tarub berasal dari kisah seorang pemuda sederhana bernama Jaka Tarub. Ia tinggal di sebuah desa dekat hutan. Tidak banyak yang tahu bahwa Jaka Tarub sebenarnya adalah anak dari Bupati yang diasingkan.
Sejak kecil, ia tinggal bersama Mbok Rondo sebagai pengasuhnya. Mbok Rondo membesarkan Jaka Tarub dengan penuh kasih sayang dan telah menganggapnya seperti anak sendiri.
Setelah dewasa, Jaka Tarub sering berburu ke hutan untuk mencari binatang sebagai sumber makanan bagi keluarganya. Suatu hari saat berburu, rasa Lelah menyelimutinya dan memaksanya beristirahat di bawah sebuah pohon rindang.
Jaka Tarub tiba-tiba mendengar suara canda tawa di sela-sela gemericik air. Karena penasaran, ia pun segera beranjak dan mencari sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa perempuan cantik, yang tak lain adalah bidadari dari khayangan, sedang bermain air.
Khawatir terlihat, Jaka Tarub segera bersembunyi di balik sebuah batu besar, dekat dengan tumpukan selendang berwarna-warni. Tanpa pikir panjang, ia mengendap-endap dan mengambil salah satu selendang. Jaka Tarub berharap dapat berkenalan dengan pemilik selendang tersebut.
Ketika sore tiba, para bidadari satu per satu mengenakan selendangnya dan terbang ke khayangan. Namun, salah satu bidadari bernama Dewi Nawang Wulan tidak menemukan selendangnya. Jaka Tarub mendekati Dewi Nawang Wulan yang duduk di tengah bebatuan.
Meski terkejut bertemu dengan seorang pemuda di tengah hutan, Dewi Nawang Wulan pun berkeluh kesah tentang dirinya yang tak dapat kembali ke khayangan.
Jaka Tarub berbohong dan mengaku tidak tahu menahu tentang selendang tersebut. Melihat kesopanan Jaka Tarub, Nawang Wulan akhirnya mau mengikutinya untuk pulang ke rumah.
Selang beberapa bulan tinggal bersama, Dewi Nawang Wulan dan Jaka Tarub memutuskan untuk menikah. Mereka dikaruniai seorang bayi perempuan bernama Dewi Nawangsih.
Kini Jaka Tarub tidak hanya mengandalkan berburu untuk memenuhi kebutuhan, ia juga mulai membuka lahan dan bertani. Anehnya, meskipun hasil dari sawah tidak terlalu banyak, persediaan padi di lumbung tidak pernah habis.
Suatu hari Dewi Nawang Wulan hendak pergi ke sungai, ia berpesan pada Jaka Tarub untuk tidak membuka tutupan nasi yang sedang ia masak. Jaka Tarub semakin bingung dengan pesan istrinya, karena penasaran ia pun membuka tutup kukusan nasi yang sedang dimasak.
Betapa terkejutnya Jaka Tarub, ternyata kukusan itu hanya berisi sebutir beras, pantas saja selama ini padi di lumbung tak pernah habis. Saat pulang ke rumah, Dewi Nawang Wulan melihat nasi yang tidak berubah, ia sadar bahwa Jaka Tarub sudah melanggar pesannya.
Sejak saat itu kesaktian Dewi Nawang Wulan hilang, ia harus bekerja keras menumbuk seikat padi dan menampihnya demi menanak nasi. Persediaan padi di lumbung pun semakin menipis dan lantai lumbung mulai terlihat.
Suatu ketika Nawang Wulan ingin mengambil padi, ia terkejut melihat selendangnya yang dulu hilang berada di lantai lumbung. Rasa kecewanya pada Jaka Tarub semakin besar setelah mengetahui bahwa selama ini Jaka Tarublah yang mencuri selendangnya dan menyembunyikannya.
Dewi Nawang Wulan memutuskan kembali ke khayangan, meninggalkan Jaka Tarub dan Dewi Nawangsih. Dari kejauhan Jaka Tarub terus meratapi dan memohon ampun pada istrinya.
Meski begitu, setiap malam Dewi Nawang Wulan masih tetap datang untuk menyusui Dewi Nawangsih di sebuah pondok yang dibuat oleh Jaka Tarub. Kini Jaka Tarub hanya bisa memandang istrinya itu dari kejauhan.

Tokoh Penting dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub dan Nawang Wulan?
Jaka Tarub dan Nawang Wulan merupakan tokoh utama dalam legenda ini. Namun ada beberapa tokoh penting lainnya yang terlibat sehingga cerita ini semakin menarik.
Berikut beberapa tokoh penting dalam cerita rakyat Jaka Tarub:
1. Jaka Tarub
Jaka Tarub merupakan tokoh utama dalam cerita. Ia adalah seorang pemuda desa yang sebenarnya baik dan tulus, tetapi tergoda untuk menipu Nawang Wulan agar bisa menikahinya.Keputusannya mencuri selendang bidadari menunjukkan bahwa tindakannya didorong oleh keinginan pribadi tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Ia menjadi simbol dari manusia yang penuh ambisi, tetapi mudah tergoda.
2. Dewi Nawang Wulan
Salah satu bidadari yang terperangkap di dunia manusia karena selendangnya dicuri. Ia akhirnya menjadi istri Jaka Tarub sebelum akhirnya kembali ke khayangan. Ia adalah sosok yang cantik, lemah lembut, dan memiliki kekuatan gaib.Ia menunjukkan kasih sayang dan kesabaran ketika hidup bersama Jaka Tarub. Melalui tokoh Nawang Wulan, kita dapat belajar tentang pentingnya kejujuran dan menghargai kepercayaan yang diberikan orang lain.
3. Dewi Nawangsih
Anak dari Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan yang ditinggalkan ibunya. Dewi Nawangsih menjadi simbol ikatan kasih antara manusia dan makhluk khayangan.4. Mbok Rondo
Ibu yang merawat dan membesarkan Jaka Tarub dengan penuh kasih sayang, meskipun tahu bahwa Jaka Tarub bukan anak kandungnya. Ia juga menerima Nawang Wulan sebagai menantunya dengan penuh cinta. Meski perannya tidak dominan, tokoh Mbok Rondo menunjukkan nilai kekluargaan dalam cerita rakyat Jaka Tarub.5. Enam Bidadari Lainnya
Para bidadari yang datang dan mandi bersama Nawang Wulan, mereka kembali ke khayangan dan meninggalkan Nawang Wulan tanpa bisa menolongnya.
Pesan Moral Cerita Rakyat Jaka Tarub
Apa pesan moral cerita rakyat Jaka Tarub? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebenarnya ada banyak amanat yang dapat kita ambil dari cerita rakyat Jaka Tarub.
Pesan dalam Jaka Tarub cerita rakyat dari banyaknya legenda yang kaya akan pelajaran hidup, masih relevan hingga kini. Di antara nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Kejujuran adalah hal yang harus diutamakan dalam sebuah hubungan.
Jaka Tarub menikah dengan Nawang Wulan tanpa adanya kejujuran yang harusnya menjadi pondasi dalam hubungan. Ia menyembunyikan fakta bahwa dialah yang mencuri selendang Nawang Wulan. Meski awalnya tampak bahagia, kebohongan tersebut akhirnya terungkap dan menghancurkan hubungan yang sudah dibangun.
2. Jangan bertindak egois dan pikirkan jangka panjang dari perbuatan kita.
Kisah Jaka Tarub yang mencuri selendang karena keegoisan tanpa berpikir panjang menunjukkan sifat dari manusia yang serakah dan terlalu berambisi. Sifat ini tentu tidak patut diteladani, karena tindakan egois dan manipulatif pada akhirnya akan membawa penyesalan.
3. Jagalah kepercayaan orang lain terhadap kita.
Nawang Wulan memberi pesan dan mempercayakan pada Jaka Tarub untuk tidak membuka tutup kukusan nasi ketika ia pergi, tetapi Jaka Tarub justru melanggar pesan tersebut. Akibatnya, Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Cerita ini mengajarkan kita bahwa amanah atau kepercayaan yang diberikan kepada kita harus dijaga dengan baik.
4. Kita harus menerima konsekuensi dan bertanggungjawab atas pilihan hidup yang diambil.
Setiap tindakan pasti ada akibatnya, dan siapapun yang berbuat harus menerima konsekuensi atas perbuatannya. Jaka Tarub yang berbuat curang kini menyesali dan tidak dapat memperbaiki hubungannya dengan Nawang Wulan. Pesan ini sangat relevan dalam kehidupan nyata, di mana setiap pilihan kita akan menentukan nasib di masa depan.
5. Kasih ibu sepanjang masa dan hubungan ibu–anak tidak akan pernah putus.
Meski kembali ke khayangan sebagai bidadari, Nawang Wulan tetap memberikan kasih sayangnya pada Dewi Nawangsih dengan tetap menyusuinya setiap malam. Sebelum pergi, ia juga berpesan agar Jaka Tarub menjaga anak mereka dengan baik. Ini menunjukkan cinta ibu yang tulus dan abadi.

Cerita rakyat Jaka Tarub bukan hanya sekadar dongeng pengantar tidur atau cerita lama yang dilupakan. Sebaliknya, cerita ini menyimpan nilai-nilai moral yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dari cerita legenda Jaka Tarub, kita belajar bahwa rasa ingin tahu harus dibarengi dengan tanggung jawab, dan mencintai seseorang berarti juga harus menghargai kepercayaannya.
- 5 Cerita Rakyat dari Gorontalo Singkat dan Pesan Moralnya
- Sinopsis Cerita Rakyat Batu Menangis, Tokoh, & Pesan Moralnya
- 6 Cerita Rakyat dari Bali yang Jarang Diketahui & Pesan Moralnya
- Kumpulan Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara yang Singkat
- 11 Makhluk Mitologi Indonesia yang Melegenda dan Penuh Misteri
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Lucia Dianawuri
Masuk tirto.id







































