tirto.id - Aurora merupakan salah satu fenomena alam yang begitu cantik dan memukau di langit malam. Fenomena ini berupa pancaran cahaya warna-warni yang menghiasi langit di kawasan kutub bumi.
Keindahan aurora dapat menarik perhatian wisatawan, ilmuwan, hingga fotografer. Tampilan aurora mirip seperti lampu dengan warna-warni menarik. Mulai dari biru, merah, kuning, hijau, hingga oranye.
Momentum berlangsungnya aurora ini kemudian bergeser dengan lembut dan berubah bentuk seperti tirai yang bertiup lembut. Kehadiran aurora terlihat hampir pada setiap malam di dekat Lingkaran Arktik dan Antartika yang berjarak sekitar 66,5 derajat utara dan selatan khatulistiwa.
Biasanya aurora dapat terjadi sekitar 97-1.000 kilometer (60-620 mil) di atas permukaan bumi. Menurut NASA, aurora disebut sebagai pertunjukan cahaya yang indah di langit.
Terdapat perbedaan nama aurora di setiap kutub. Aurora di kutub utara disebut dengan aurora borealis atau cahaya utara. Sementara itu, aurora di kutub selatan dinamakan aurora australis atau cahaya selatan.
Pembicaraan tentang proses terjadinya aurora juga tak kalah menarik untuk dibahas. Lantas, bagaimana sebenarnya proses terjadinya aurora? Apa penyebabnya, kapan terjadinya aurora, dan apakah fenomena ini berbahaya bagi manusia?
Apa yang Dimaksud dengan Aurora?

Apa itu aurora? Aurora adalah fenomena cahaya alami yang terjadi di langit malam, khususnya di wilayah dekat kutub utara (aurora borealis) dan kutub selatan (aurora australis).
Berdasarkan pengertian ilmiah, aurora merupakan hasil dari interaksi antara partikel bermuatan dari matahari dengan medan magnet bumi dan atom-atom di atmosfer bagian atas. Melansir laman National Geographic, aurora merupakan fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam pada lapisan ionosfer.
Kemunculan cahaya cantik dari antariksa ini disebabkan interaksi antara partikel di atmosfer bumi dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari. Partikel surya tersebut kemudian menembus masuk usai dibelokkan oleh medan magnet bumi. Biasanya aurora terlihat seperti tirai cahaya yang menari di langit.
Warnanya didominasi hijau, merah, ungu, dan biru. Aurora kerap dikaitkan dengan keindahan visual sekaligus sebagai manifestasi dari proses fisika yang kompleks.
Kapan Terjadinya Aurora?
Pertanyaan tak kalah menarik seputar aurora adalah tentang “kapan terjadinya aurora?”. Terjadinya aurora erat kaitannya dengan aktivitas matahari.
Aurora kerap terjadi ketika aktivitas matahari sedang tinggi, seperti ketika badai matahari atau ketika puncak siklus matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun. Musim dingin menjadi waktu terbaik untuk menyaksikan aurora di belahan bumi utara atau selatan saat langit lebih gelap dan cerah.
Tampilan aurora dapat dilihat hampir setiap malam di dekat Lingkaran Arktik dan Antartika, yakni sekitar 66,5 derajat utara dan selatan khatulistiwa. Selain itu, aurora juga terlihat pada bulan September hingga Maret di wilayah, seperti Norwegia, Islandia, Kanada, atau Alaska.
Penyebab Terjadinya Aurora
Apa penyebab terjadinya aurora? Pembentukan aurora akibat terjadi tabrakan antara partikel bermuatan (terutama elektron dan proton) dari angin matahari dengan partikel gas di atmosfer bumi, seperti oksigen dan nitrogen. Tabrakan ini kemudian melepaskan energi yang memancarkan cahaya.
Medan magnet bumi berperan penting dalam proses terjadinya aurora. Saat angin matahari mendekati bumi, medan magnet bumi mengarahkan partikel ke kutub utara dan selatan sehingga aurora lebih sering terjadi di kedua wilayah ini. Dengan demikian, benar adanya jika aurora terbentuk karena adanya medan magnet bumi.
Proses Terbentuknya Aurora

Proses terbentuknya aurora menjadi salah satu informasi yang dicari-cari tentang aurora. Lantas, bagaimana sebenarnya proses terbentuknya aurora?
Misalnya dalam pembentukan aurora borealis, bayangkan angin matahari sebagai aliran partikel bermuatan yang berasal dari permukaan matahari. Ketika partikel ini mencapai bumi, medan magnet bumi kemudian membelokkannya ke arah kutub.
Setelah itu, partikel masuk ke lapisan termosfer. Lapisan termosfer sendiri merupakan salah satu lapisan tertinggi atmosfer bumi tempat aurora terjadi di lapisan ini.
Partikel matahari bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di lapisan tersebut dan kemudian menghasilkan pancaran cahaya yang dikenal sebagai aurora. Proses ini memiliki kemiripan dengan proses terjadinya pelangi walaupun ada perbedaan dalam mekanismenya
Apa Dampak dan Akibat Terjadinya Aurora?
Proses terjadinya aurora memang menakjubkan. Namun, akibat terjadinya aurora dapat bersifat teknis.
Misalnya, badai geomagnetik yang memicu aurora kuat dapat mengganggu sinyal komunikasi radio, sistem navigasi GPS. Bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada satelit dan jaringan listrik.
Kendati demikian, aurora tidak berdampak langsung secara fisik bagi manusia yang menyaksikannya dari permukaan bumi. Dampak yang lebih terasa ialah pada aspek teknologi dan sistem kelistrikan yang bergantung pada medan elektromagnetik.
Apakah Aurora Berbahaya?
Pertanyaan berikutnya tentang aurora, yakni ‘apakah aurora berbahaya?’ Sejatinya aurora tidaklah berbahaya jika diamati dari permukaan bumi.
Aurora bukan fenomena yeng memancarkan radiasi berbahaya bagi manusia. Namun, intensitas badai geomagnetik yang menyertai aurora dapat berdampak serius pada teknologi di orbit dan infrastruktur bumi, terutama di wilayah lintang tinggi.
Dengan demikian, meskipun aurora menakjubkan, tetapi fenomena ini tetap perlu diawasi oleh para ilmuwan. Ini disebabkan aurora bisa menjadi indikator gangguan cuaca antariksa.
Proses terjadinya aurora merupakan hasil dari interaksi kompleks antara angin matahari, medan magnet bumi, dan atmosfer. Penampilan aurora tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menjadi penanda dinamika luar angkasa yang patut dipahami.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































