tirto.id - Mobilitas sosial mencerminkan pergerakan individu atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat. Fenomena ini terjadi ketika seseorang mengalami perubahan status, baik naik maupun turun, dalam lingkungan sosialnya. Memahami mobilitas sosial membantu kita melihat dinamika kehidupan dan ketimpangan yang ada di masyarakat.
Bentuk mobilisasi sosial sangat beragam, mulai dari vertikal hingga horizontal. Pergerakan ini bisa dipicu oleh pendidikan, pekerjaan, maupun faktor ekonomi. Setiap bentuk membawa dampak berbeda terhadap kesejahteraan dan relasi sosial individu.
Namun, mobilitas sosial tidak selalu berjalan mulus. Beberapa hambatan muncul dari lingkungan keluarga, budaya, maupun kebijakan sosial. Mengetahui faktor penghambat ini penting agar masyarakat dapat menciptakan peluang yang lebih adil bagi semua lapisan.
Apa yang Dimaksud dengan Mobilitas Sosial?
Teori mobilisasi merupakan salah satu dari berbagai teori dalam teori gerakan sosial baru (new sosial movement). Teori mobilisasi sering disebut dengan teori mobilisasi sumberdaya (The Resource Mobilization Theory).
Dikutip dari jurnal Mobilisasi Sumberdaya dalam Gerakan Literasi (Studi Pada Gerakan Vespa Pustaka) oleh Luna Febriani (2017:60), munculnya teori gerakan sosial baru didukung dengan semakin beragamnya pelaku gerakan sosial seperti mahasiswa/i, kalangan profesional, dan isu yang hendak dicapai meliputi hak asasi manusia, demokratisasi, dan lainnya.
Teori mobilisasi merupakan salah satu teori yang cukup dominan dan kerap digunakan untuk mengkaji gerakan sosial dan tindakan kolektif. Maka menjelaskan pengertian mobilitas sosial adalah hal yang penting.
Selain itu, banyak teoritis dari teori mobilisasi yang memulai tesis dengan sebuah penolakan terhadap perhatian, perasaan, ketidakpuasan, dan menggunakan displin psikologi dalam memahami fenomena gerakan sosial baru.
Disiplin psikologi tersebut, berguna untuk melihat dan mengkaji sifat-sifat kepribadian, marginalisasi, keasingan, ketidakpuasaan, dan ideologi dari orang yang ikut dalam gerakan-gerakan sosial tersebut.
Kemudian, para teoritis yang mengkaji teori mobilisasi mengajukan pertanyaan secara sederhana kepada aktor untuk mendapatkan sebuah asumsi. Sehingga, secara umum akan mendapatkan sebuah pandangan bahwa aktor mobilisasi koletif terdiri dari orang-orang yang terkena alienasi dan ketegangan sosial.
Dikutip dari bukuKonsep dan Teori: Gerakan Sosial oleh Oman Sukmana (2016:171), asumsi dasar paradigma teori mobilisasi sumberdaya adalah bahwa gerakan kontemporer mensyaratkan sebentuk komunikasi dan organisasi yang canggih, ketimbang terompet dan tamburan dari gerakan “lama”.
Teori mobilisasi pertama kali dikenalkan oleh Anthony Oberschall seorang professor emeritus dari University of Noerth Carolina (Chapel Hill). Oberschaal mengkritis sebuah teori yang dikembangkan oleh Kornhauser, yaitu Mass Society Theory. Teori tersebut merupakan salah satu teori yang digunakan secara dominan pada masa itu dalam mengkaji gerakan sosial.
Oberschaal menyatakan bahwa Mass Society Theory tidak dapat atau mampu untuk mendalami beberapa gerakan sosial berupa gerakan anti-demokrasi seperti gerakan Nazi di Jerman.
Kemudian, muncul sebuah teori yang dikenalkan oleh Oberschall, yaitu teori mobilisasi. Teori tersebut. lebih menekankan kepada perhatian terhadap tahapan atau proses sosial yang dapat muncul dan kesuksesan suatu gerakan. Selain itu, teori mobilisasi juga banyak memahami faktor-faktor ekonomi dan politik, sehingga lebih dominan daripada Mass Society Theory setelah kemunculannya.

Pengertian Mobilitas Sosial Menurut Para Ahli
Teori mobilisasi merupakan teori yang muncul dari teori gerakan sosial baru dan kerap digunakan untuk mengkaji masalah gerakan sosial serta tindakan kolektif. Hal tersebut, tentunya menyebabkan banyak ahli mengkaji dan mendalami teori mobilisasi dan menghasilkan sebuah pendapat.
1. Anthony Oberschall
Oberschall adalah orang pertama yang memperkenalkan teori mobilisasi. Dikutip dari jurnal Gerakan Mahasiswa dalam Novel Lelaki di Tengah Hujan Larya Wenri Wanhar (Kajian Mobilisasi Sumber Daya) oleh Muklas Irwanto Subaktiar (2020:3), teori mobilisasi bersifat menekan pada pentingnya faktor-faktor struktural, seperti ketersediaan sumber daya untuk kolektivitas dan posisi individu dalam jaringan sosial serta menekan rasionalitas tentang partisipasi dalam suatu gerakan sosial.2. Waterman
Waterman bependapat bahwa pada dasarnya, mobilisasi sumber daya adalah suatu teori yang mengkaji rasionalitas dari perilaku gerakan sosial.3. Fireman dan Gamson
Fireman dan Gamson berpendapat bahwa esensi dari teori mobilisasi adalah upaya untuk mencari basis rasionalitas tentang bentuk dan partipasi dalam suatu gerakan sosial.Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu atau kelompok dalam struktur sosial yang dapat mengubah posisi, status, atau peran dalam masyarakat. Mobilitas ini menunjukkan dinamika sosial yang terjadi karena faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan, atau lingkungan. Memahami bentuk-bentuk mobilitas sosial penting untuk melihat bagaimana masyarakat berkembang dan bagaimana peluang kesetaraan tercipta.
1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah ketika seseorang berpindah ke posisi sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam hierarki masyarakat. Kenaikan status dapat terjadi melalui pendidikan, pekerjaan, atau penghasilan, sedangkan penurunan status bisa disebabkan kehilangan pekerjaan atau sumber daya. Jenis mobilitas ini menunjukkan perubahan nyata dalam kedudukan sosial seseorang.2. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal terjadi ketika seseorang berpindah posisi sosial ke yang sederajat tanpa mengubah status secara signifikan. Contohnya termasuk pindah pekerjaan ke perusahaan lain dengan jabatan setara atau pindah tempat tinggal tanpa perubahan kelas sosial. Mobilitas horizontal tetap menunjukkan dinamika sosial meski tidak mengubah hierarki.3. Mobilitas Struktural
Mobilitas struktural muncul akibat perubahan besar dalam struktur masyarakat, seperti industrialisasi atau urbanisasi. Perubahan ini biasanya bersifat massal dan memengaruhi banyak individu sekaligus. Mobilitas jenis ini menunjukkan bagaimana faktor sistemik dapat mengubah posisi sosial secara kolektif.4. Mobilitas Antargenerasi dan Intragenerasi
Mobilitas antargenerasi terlihat dari perubahan status sosial antara generasi, misalnya anak petani menjadi dokter. Sedangkan mobilitas intragenerasi terjadi dalam perjalanan hidup individu, seperti pegawai biasa yang naik menjadi manajer. Kedua bentuk ini membantu memahami mobilitas sosial dari perspektif waktu dan generasi.5. Mobilitas Geografis
Mobilitas geografis adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu wilayah ke wilayah lain. Saluran mobilitas sosial ini dapat membuka peluang ekonomi atau pendidikan yang memengaruhi status sosial. Dengan demikian, mobilitas geografis sering menjadi jembatan bagi perubahan sosial lainnya.Contoh Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu atau kelompok dalam struktur sosial yang memengaruhi status, posisi, atau peran mereka. Fenomena ini menunjukkan dinamika masyarakat dan peluang perubahan kehidupan sosial. Contoh dari mobilitas sosial adalah sebagai berikut:
1. Mobilitas Sosial Vertikal:
- Seorang guru menjadi kepala sekolah (naik).
- Seorang pengusaha bangkrut kehilangan status sosial (turun).
2. Mobilitas Sosial Horizontal:
- Seorang pegawai pindah ke perusahaan lain dengan jabatan yang sama.
- Guru pindah ke sekolah lain tanpa kenaikan pangkat.
3. Mobilitas Struktural:
- Banyak petani menjadi pekerja pabrik akibat industrialisasi.
- Pegawai pabrik naik menjadi manajer ketika perusahaan berkembang pesat.
4. Mobilitas Antargenerasi dan Intragenerasi:
- Anak petani menjadi dokter (antargenerasi).
- Pegawai biasa naik menjadi manajer di perusahaan yang sama (intragenerasi).
5. Mobilitas Geografis:
- Seseorang pindah dari desa ke kota untuk bekerja.
- Keluarga pindah ke kota untuk akses pendidikan yang lebih baik.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu lapisan sosial ke lapisan lain, baik secara vertikal maupun horizontal. Faktor pendorong mobilitas sosial meliputi ekonomi, pendidikan, politik, budaya, teknologi, dan ambisi individu, yang membuka peluang seseorang untuk naik atau pindah posisi sosial.
Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama karena adanya hambatan yang berasal dari kondisi ekonomi, budaya, atau struktur sosial masyarakat. Adapun faktor penghambat mobilitas sosial dapat diketahui sebagai berikut.
1. Kemiskinan / Kondisi Ekonomi Buruk
Keterbatasan ekonomi membuat individu sulit mengakses pendidikan, pelatihan, atau peluang kerja yang lebih baik. Akibatnya, kesempatan untuk meningkatkan status sosial menjadi terbatas.2. Struktur Sosial yang Rigid
Masyarakat dengan stratifikasi sosial yang kaku membatasi pergerakan individu dari lapisan bawah ke atas. Hal ini membuat mobilitas sosial menjadi sulit atau hampir tidak mungkin.3. Diskriminasi
Diskriminasi berdasarkan ras, etnis, agama, atau gender menutup akses tertentu bagi kelompok tertentu. Sehingga, mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk maju dalam kehidupan sosial.4. Budaya Tradisional dan Norma Sosial
Nilai dan kebiasaan yang menekankan keterikatan pada peran atau pekerjaan orang tua membatasi perubahan. Akibatnya, anak-anak sulit mencoba pekerjaan atau posisi sosial yang berbeda.5. Lingkungan dan Jaringan Sosial Terbatas
Individu yang tumbuh di lingkungan dengan sedikit akses pendidikan atau jaringan sosial lemah cenderung mengalami hambatan. Kesempatan untuk berinteraksi dengan lapisan sosial lebih tinggi menjadi sangat terbatas.6. Pendidikan dan Pengalaman Tidak Memadai
Kekurangan pendidikan atau pengalaman kerja yang relevan membuat individu sulit memenuhi persyaratan pekerjaan atau status sosial tertentu. Hal ini menahan mereka dari mobilitas sosial yang lebih tinggi.Pembaca yang ingin mengetahui informasi seputar Materi Ajar dapat klik tautan di bawah ini.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono
Masuk tirto.id






































