Menuju konten utama
Sumpah Pemuda

Pengaruh Organisasi Budi Utomo terhadap Peristiwa Sumpah Pemuda

Apa saja pengaruh organisasi Budi Utomo terhadap peristiwa Sumpah Pemuda? Selengkapnya akan dijelaskan pada artikel berikut ini.

Pengaruh Organisasi Budi Utomo terhadap Peristiwa Sumpah Pemuda
Dr. Soetomo. Pendiri Organisasi Pemuda Budi Oetomo. Foto/istimewa

tirto.id - Budi Utomo merupakan organisasi pelopor pergerakan nasional Indonesia. Sebagai salah satu organisasi pemuda pertama di Indonesia, Budi Utomo dianggap punya pengaruh besar dalam terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda.

Peristiwa Sumpah Pemuda sendiri merupakan peristiwa sejarah penting Indonesia. Melalui dicetuskannya Sumpah Pemuda, seluruh pemuda bangsa sepakat untuk berbahasa, bertumpah darah, dan berbangsa satu, yaitu Indonesia.

Ikrar persatuan Sumpah Pemuda menjadi tonggak penting dalam pergerakan nasional sebagai upaya meraih kemerdekaan. Dalam hal ini, Budi Utomo menjadi salah satu organisasi yang berperan dalam dicetuskannya Sumpah Pemuda.

Namun, bagaimana pengaruh Budi Utomo terhadap peristiwa Sumpah Pemuda 1928? Budi Utomo berpengaruh dalam Sumpah Pemuda dari banyak hal, salah satunya adalah menjadi contoh bagi pemuda Indonesia untuk berhimpun dan bersatu dalam semangat nasionalisme.

Himpunan-himpunan pemuda yang lahir dan tumbuh usai Budi Utomo inilah yang kemudian menggagas Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II 27 - 28 Oktober 1928. Oleh karena itu, bisa dibilang bahwa dampak perjuangan Budi Utomo terhadap pergerakan nasional sangat besar.

Lantas, apa makna berdirinya organisasi Budi Utomo bagi perjuangan bangsa indonesia?

Organisasi Budi Utomo dapat dimaknai sebagai pemantik kesadaran nasional bahwa perjuangan meraih kemerdekaan tak cukup melalui strategi fisik seperti perang, tetapi juga pendidikan dan moral.

Bagaimana Pengaruh Budi Utomo terhadap Peristiwa Sumpah Pemuda?

Pengaruh Budi Utomo terhadap peristiwa Sumpah Pemuda 1928 berkaitan dengan statusnya sebagai organisasi pelopor pergerakan nasional.

Menurut Sudiyo, dkk., dalam Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (1995) pergerakan nasional hingga Indonesia Merdeka dilakukan dalam tiga generasi.

Ketiga generasi tersebut adalah generasi '08, generasi '28, dan generasi '45. Generasi '08 ditandai melalui pendirian Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908.

Organisasi ini dicetuskan oleh R. Sutomo yang merupakan pelajar di sekolah kedokteran pribumi di Batavia, School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).

Bersama rekannya sesama pelajar di Stovia, Suraji, Sutomo berdiskusi untuk mendirikan sebuah organisasi yang berjuang memperbaiki keadaan rakyat.

Gagasan itu disambut baik, dan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta, Budi Utomo resmi berdiri. Sayangnya, pendirian Budi Utomo itu tidaklah berlangsung mulus. Sutomo nyaris dikeluarkan dari STOVIA karena dituduh sedang menghimpun pasukan untuk melakukan kudeta.

Namun, ancaman pengeluaran Sutomo dari STOVIA berhasil dicegah berkat dukungan Direktur STOVIA, HF. Roll. Tak hanya itu, rekan-rekan mahasiswa lainnya juga berkomitmen akan ikut keluar jika Sutomo dikeluarkan.

Organisasi Budi Utomo masih diizinkan dengan catatan diawasi oleh 'kaum tua', yaitu R.T. Tirtokusumo. Ia merupakan pejabat Hindia-Belanda yang saat itu menduduki kursi sebagai Bupati Karanganyar.

Kendati demikian, pergerakan Budi Utomo tetap bisa berjalan lancar. Organisasi ini bahkan berhasil menghimpun anggota-anggota dari berbagai daerah yang merupakan pelajar di STOVIA.

Meskipun Budi Utomo membuka diri untuk anggota-anggota dari daerah lainnya, namun mayoritas pesertanya tetap berasal dari Jawa.

Pada mulanya, organisasi ini hanya berisi para pemuda. Seiring berjalannya waktu, saat petinggi organisasi semakin tua, organisasi ini mulai menarik perhatian golongan tua dan pejabat.

Hal ini menyebabkan pemuda-pemuda di Budi Utomo mendirikan organisasi baru yang bersifat kedaerahan. Kemudian lahirlah organisasi Tri Koro Dharmo pada 1915.

Menurut catatan Museum Sumpah Pemuda, Tri Koro Dharmo adalah adalah cikal bakal berdirinya Jong Java. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi pemuda yang ikut serta dalam pengikraran Sumpah Pemuda.

Tri Koro Dharmo awalnya hanya berisi pelajar-pelajar asal Jawa Raya (Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok). Namun, banyak pelajar STOVIA lainnya yang juga ingin ikut serta dalam organisasi tersebut, sehingga Tri Koro Dharmo membuka diri untuk partisipan dari pulau lain, termasuk Sumatra.

Sayangnya, hal itu hanya berlangsung sementara karena Tri Koro Dharmo masih memiliki sifat kedaerahan yang kental.

Akhirnya, pada 1917 para pelajar Sumatera mendirikan organisasi sendiri bernama Jong Sumatranen Bond yang dua tokoh terkenal di antaranya adalah Bung Hatta dan Moh. Yamin.

Sementara itu, pada 1918 Tri Koro Dharmo berubah menjadi Jong Java yang berisi para pelajar dari Pulau Jawa Raya. Kelahiran Jong Sumatranen Bond dan Jong Java ini mengilhami pendirian organisasi pemuda kedaerahan lainnya.

Pada 1917 lahir Jong Ambon, disusul dengan berdirinya Jong Minahasa dan Jong Celebes pada 1918, Sekar Roekoen pada 1919, Jong Islamiten Bond pada 1925, dan Jong Batak pada 1926. Organisasi-organisasi pemuda inilah yang melaksanakan Kongres Pemuda I dan II.

Awalnya, Kongres Pemuda I dilaksanakan pada 30 April - 2 Mei 1926. Kongres ini digagas dan diketuai oleh Mohamad Tabrani dari Jong Java. Kongres Pemuda I ini diselenggarakan untuk memajukan pemahaman tentang persatuan dan mempererat hubungan antara organisasi kepemudaan.

Organisasi pemuda daerah yang ikut serta dalam Kongres Pemuda I adalah Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerende Minahasers, dan Pemuda Kaum Theosofie.

Kongres Pemuda I berhasil menciptakan tiga poin gagasan, yaitu:

    • Impian merdeka merupakan cita-cita para pemuda Indonesia
    • Perkumpulan pemuda harus bisa bersatu dalam satu kesatuan
    • Saling mengakui cita-cita Indonesia melalui persatuan
Dua tahun kemudian, Kongres Pemuda II digagas oleh Sugondo Djojopuspito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres Pemuda II 1928 ini dihadiri oleh organisasi pemuda daerah di kongres pertama dan beberapa organisasi lainnya.

Kongres Pemuda II menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan oleh seluruh anggota. Adapun ikrak tersebut berbunyi:

    • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
    • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
    • Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kronologis sejarah itu bermula dari berdirinya organisasi Budi Utomo. Organisasi tersebut berperan dalam menginspirasi pembentukan organisasi pemuda-pemuda yang di masa depan mampu menciptakan ikrar suci Sumpah Pemuda.

Dampak perjuangan Budi Utomo Terhadap Pergerakan Nasional

Dampak perjuangan Budi Utomo terhadap pergerakan nasional bisa dilihat dari beberapa aspek. Selain menjadi pelopor, Budi Utomo juga menjadi penghimpun tokoh-tokoh pergerakan nasional penting hingga penanam bibit-bibit nasionalisme.

Berikut dampak perjuangan Budi Utomo terhadap pergerakan nasional:

1. Budi Utomo mempelopori lahirnya organisasi pemuda

Budi Utomo memang menjadi pelopor lahirnya organisasi-organisasi pemuda lainnya. Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Budi Utomo menemukan bahwa pergerakan nasional tak lagi menggunakan strategi fisik seperti peperangan.

Faktanya, banyak kaum pelajar yang tidak suka dengan pemerintah Hindia-Belanda kala itu. Namun, mereka khawatir jika melakukan cara-cara agresif, mereka berakhir ditahan atau diasingkan.

Budi Utomo dalam hal ini menunjukkan caranya paling aman, namun efektif melawan penjajah, yaitu berkontribusi langsung lewat bidang-bidang sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya.

Usai Budi Utomo berdiri, lahirlah organisasi-organisasi pemuda lainnya yang dengan tujuan sejenis, yaitu menanamkan semangat nasionalisme, persatuan, dan menghentikan penjajahan.

2. Budi Utomo mengajarkan strategi pergerakan nasional

Budi Utomo mengajarkan strategi pergerakan nasional mutakhir kepada organisasi-organisasi pemuda setelahnya. Pergerakan nasional di era setelah Budi Utomo lebih memanfaatkan kekuatan pikiran dan moral.

Selain itu, strategi pergerakan Budi Utomo yang tidak langsung terjun ke ranah politik juga diikuti oleh organisasi pemuda generasi berikutnya.

Alih-alih bergerak langsung di bidang politik dan berakhir menjadi tahanan Belanda, Budi Utomo cenderung bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan. Strategi inilah yang diadaptasi oleh Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan organisasi 'jong' lainnya.

3. Budi Utomo menghimpun tokoh-tokoh nasional penting

Budi Utomo dikenal sebagai organisasi yang beranggotakan para kaum cendekiawan. Berkat hal itu Budi Utomo berhasil menghimpun tokoh-tokoh nasional penting dan mendukung kontribusi mereka di dalam negeri.

Selain Dr. Sutomo, beberapa tokoh nasional penting yang tergabung dalam Budi Utomo antara lain Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, Adhi Suryo, Raden Adipati Tirtokusumo, dan masih banyak lagi.

4. Budi Utomo menanamkan bibit-bibit nasionalisme dan persatuan

Budi Utomo mendeklarasikan tujuannya untuk memajukan Indonesia lewat bidang pendidikan. Melalui misinya inilah, Budi Utomo menanamkan bibit-bibit nasionalisme dan persatuan kepada kaum bumi putra.

Budi Utomo bergerak ke berbagai wilayah untuk memastikan masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan. Mereka tak hanya bergerak di wilayah Pulau Jawa dan Madura saja, tetapi juga ke seluruh wilayah Hindia Belanda.

Tak hanya itu, target pendidikan yang dituju oleh Budi Utomo tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama.

Baca juga artikel terkait BUDI UTOMO atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno