Menuju konten utama
Sumpah Pemuda

Profil Tabrani, Pelopor Kongres Pemuda I 1926 Akar Sumpah Pemuda

Berikut ini profil Tabrani, Ketua Kongres Pemuda 1 sekaligus pelopor Kongres Pemuda I 1926 yang jadi akar kelahiran Sumpah Pemuda.

Profil Tabrani, Pelopor Kongres Pemuda I 1926 Akar Sumpah Pemuda
Mohammad Tabrani Soerjowitjirto. (FOTO/Dokumentasi Keluarga)

tirto.id - Kongres Pemuda II yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda pada 1928 merupakan kelanjutan dari pertemuan serupa 2 tahun sebelumnya.

Cikal bakal gagasan besar yang disuarakan para pemuda pada 28 Oktober 1928 bisa dibilang lahir pada 1926.

Tahun itu, Kongres Pemuda I digelar atas inisiatif sejumlah aktivis pemuda. Salah satu yang punya peran besar dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda pada 30 April-2 Mei 1926 adalah Mohammad Tabrani, Ketua Kongres Pemuda 1.

Sosok yang sama juga getol menyuarakan seruan agar kaum terpelajar Bumiputra menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Tabrani bahkan diyakini sebagai pencetus pertama nama Bahasa Indonesia. Lalu tentang apa saja peran Mohammad Tabrani dalam Sumpah Pemuda akan dibahas singkat di bawah ini.

Peran Tabrani dalam Sumpah Pemuda

Awal kali Tabrani menyebut Bahasa Indonesia dalam tulisan bertajuk "Kasihan" yang terbit di koran Hindia Baroe pada 10 Januari 1926.

Sebulan berselang, 11 Februari 1926, ia menulis esai berjudul “Bahasa Indonesia” dalam rubrik “Kepentingan” koran Hindia Baroe.

Melalui esai itu, Tabrani mengkritik kaum terpelajar bangsa Indonesia yang terkesan menganggap bahasa Belanda sebagai ukuran kemajuan.

Tabrani juga mengingatkan, bahasa adalah salah satu sarana penguat persatuan sehingga perumusan Bahasa Indonesia penting untuk dilakukan.

Ide lainnya yang juga menunjukkan peran Tabrani dalam Sumpah Pemuda ialah gagasan persatuan yang disebut dengan istilah Groot-Indonesie.

Melalui gagasan itu, Tabrani mendorong seluruh organisasi pemuda di Indonesia untuk bertemu dalam sebuah kongres. Dari sana, ia memelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda I di tanggal 30 April-2 Mei 1926. Panitia kongres ini dipimpin oleh Tabrani.

Di Kongres Pemuda I inilah mencuat gagasan persatuan Indonesia. Para peserta Kongres Pemuda I pun sepakat bahasa Melayu sebagai dasar Bahasa Indonesia yang menjadi alat persatuan bangsa.

Adapun bahasa-bahasa daerah lainnya di nusantara dianggap dapat berperan memperkaya bahasa persatuan tersebut. Kesepakatan ini berakar dari pembahasan yang melibatkan Tabrani, Mohamad Yamin, dan Sularto dalam kongres.

ProfilTabrani, Pelopor Kongres Pemuda I 1926

Mohammad Tabrani Soerjowitjitro lahir di Pamekasan, Madura pada tanggal 10 Oktober 1904.

Lahir dari pasangan M. Soerowitjitro dan Siti Aminah, salah satu anak dari 8 bersaudara ini mengenyam pendidikan yang memadai sejak tingkat dasar. Kebetulan ayah Tabrani adalah pegawai negeri.

Buku autobiografinya, Anak Nakal Banyak Akal (1979), memuat catatan pendidikan Tabrani yang dimulai dari tingkat HIS di Pamekasan pada 1910. Pada 1917, Tabrani melanjutkan pendidikannya di MULO Praban, Surabaya.

Ketika memasuki kelas 1, ia terpilih sebagai anggota Jong Java cabang Surabaya. Setahun kemudian, ia sudah mengikuti Kongres Jong Java I di Solo.

Lulus dari MULO, Tabrani melanjutkan sekolahnya di AMS, Bandung. Di kota tersebut, dia sempat tergabung dalam organisasi pergerakan rahasia bernama Orde der Dienaren van Indie.

Organisasi yang mengusung visi kemerdekaan Indonesia itu beranggotakan 50-an orang, termasuk Mohamad Yamin, Supomo, Sarmidi Mangunsarkoro, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1923, Tabrani memutuskan untuk pindah ke OSVIA di Serang. Akan tetapi setelah satu tahun belajar di sana, ia memutuskan untuk pindah ke OSVIA di Bandung, sebab pusat pimpinan Dienaren van Indie terletak di kota tersebut.

Sembari menempuh pendidikan di sekolah para calon pegawai negeri itu, Tabrani aktif menulis untuk harian berbahasa Belanda, De Locomotief.

Tabrani kemudian melanjutkan studi perguruan tingginya di Rechts Hooge School, dengan kajian ilmu sejarah, ekonomi, dan hukum. Sembari menjalani studinya, ia juga bekerja di Hindia Baroe sejak Juli 1925 dengan memegang jabatan sebagai redaktur.

Setelah berhasil menyelenggarakan Kongres Pemuda 1, Tabrani pun memutuskan untuk berangkat ke Belanda pada 13 Juli 1927.

Namun, ia kecewa karena tidak menemukan perkuliahan minatnya, yakni bidang studi jurnalistik. Maka itu, ia memilih bekerja untuk harian De Telegraaf, Rotterdamsc Niewsblad, Het Volk, serta mengirim tulisan untuk media pers di tanah air.

Ketika bertemu Prof. Dr. Emil Dovifat, pimpinan dari Deutsches Institut für Zeitungskunde, institut studi surat kabar di Jerman, Tabrani menerima saran agar menekuni bidang studi jurnalistik secara mandiri.

Sang profesor mengarahkan Tabrani agar menggali sumber-sumber pustaka di berbagai perpustakaan Eropa, seperti di Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Dovifat sekaligus menulis surat pengantar agar Tabrani bisa mengikuti perkuliahan dengan status pendengar di kampus-kampus Jerman, Inggris, dan Prancis.

Agar Tabrani bisa memperoleh banyak pengalaman baru, Dovifat juga mendorong ia bekerja di Pressa, pameran pers dunia selama Mei-Oktober 1928 di Keulen, Jerman. Saran-saran itu dilakoni oleh Tabrani.

Kegiatan Tabrani di Eropa menjadi modal baginya untuk menulis sebuah buku bertema jurnalistik yang bertajuk Ons Wapen (Senjata Kita).

Buku yang terbit di Belanda pada 1929 itu memuat ide Tabrani tentang jurnalisme sebagai alat perjuangan kemerdekaan. Sayangnya, peredaran buku ini diberangus oleh pemerintah Hindia Belanda.

Setelah kembali ke Indonesia pada awal 1930-an, Tabrani melanjutkan aktivitasnya di dunia pers. Mengutip Seabad Pers Kebangsaan 1907-2007 (2007), dia membentuk organisasi bernama Partai Ra'jat Indonesia pada akhir 1930 yang melahirkan majalah Ra'jat.

Dia sempat kembali ke Madura antara 1932-1936 dan memimpin “Sekolah Kita” di Pamekasan. Di banyak bagian hidupnya kemudian, Tabrani mengelola sejumlah media massa.

Tabrani meninggal dunia pada usia 80 tahun tanggal 12 Januari 1984. Tabrani dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Dhita Koesno