Menuju konten utama

Pengaruh Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia dan Tokohnya

Berikut daftar tokoh-tokoh pembaruan Islam di Indonesia dan pengaruh pembaruan Islam di Indonesia.

Pengaruh Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia dan Tokohnya
KH Ahmad Dahlan, salah satu tokoh pembaruan Islam (FOTO/commons.wikimedia.org)

tirto.id - Gerakan pembaruan Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari tokoh-tokoh penggerakannya yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

Gerakan pembaruan Islam di Indonesia adalah upaya untuk merevitalisasi dan menyesuaikan pemahaman tentang praktik Islam dengan tantangan zaman serta konteks sosial-politik yang berkembang.

Hal ini bertujuan untuk memperbarui pemahaman mengenai ajaran Islam agar sesuai dengan nilai-nilai universal, seperti keadilan, toleransi, kesetaraan, dan kemajuan.

Pengaruh pembaruan Islam di Indonesia melibatkan berbagai aktor, termasuk ulama, intelektual, aktivis sosial, dan pemimpin masyarakat.

Tujuannya adalah untuk memperkuat Islam sebagai agama yang relevan, inklusif, dan progresif yang dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Indonesia dan kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.

Tokoh-tokoh Pembaruan Islam

Moh Sulaiman dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam tahun 2020, menjelaskan bahwa pembaruan Islam di Indonesia dipelopori oleh tokoh-tokoh organisasi keagamaan dan sosial, beberapa di antaranya adalah KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari (Nahdlatul Ulama) H. Ahmad Surkati (Al-Irshad), Zamzam (Persis), dan HOS Tjokroaminoto.

1. KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912.

Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.

Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Gagasan itu juga muncul setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin AbdilWahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, KH. Ahmad Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

KH. Ahmad Dahlan memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Alquran dan Sunnah Nabi yang Shahih, dengan membuka ijtihad.

2. Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Nahdlatul Ulama (NU) menorehkan sejarah tersendiri bagi perjuangan bangsa Indonesia. Jauh-jauh hari sebelum gaung mempertahankan NKRI menggema, para ulama telah bergerak terlebih dahulu.

Para ulama, kyai, santri, warga nahdliyin memberikan kontribusi nyata dalam mengawal perjuangan kemerdekaan, mempertahankan, dan mengisinya dengan spirit yang tak kenal lelah dan pamrih.

Ahmad Khoirul Fata dan M. Ainun Najib dalam studinya berjudul Kontekstual Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari tentang Persatuan Umat, mengungkapkan KH. Hasyim Asy`ari merupakan salah tokoh yang berperan besar bagi pembangunan identitas keindonesiaan yang berbasiskan iman.

Salah satu peran penting tokoh ini adalah keluarnya fatwa resolusi jihad melawan kolonialisme Belanda hingga melahirkan peristiwa 10 Nopember di Surabaya. Tulisan ini terfokus pada gagasan-gagasan KH. Hasyim Asy`ari yang menyediakan landasan etik bagi terbentuknya persatuan umat Islam, khususnya di Indonesia.

3. H. Ahmad Surkati

Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-’Alamah Syekh Ahmad Surkati Al-Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan.

Pada mulanya Syekh Surkati datang ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami’at Khair yang mayoritas anggota pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia keturunan Arab golongan sayyid, dan berdiri pada 1905.

Al-Irsyad di masa-masa awal kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Indonesia, bersama Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Tiga tokoh utama organisasi ini: Ahmad Surkati, Ahmad Dahlan, dan Ahmad Hassan (A. Hassan), sering disebut sebagai “Trio Pembaharu Islam Indonesia.”

Sejak awal berdirinya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid, ibadah dan amaliyah Islam. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk merealisir tujuan ini, Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non-formal yang tersebar di seluruh Indonesia.

4. Zamzam

Zamzam bersama Haji Muhammad Yunus mendirikan Persatuan Islam atau Persis pada 1923 dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Hadirnya Zamzam dan Persis memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadis yang shahih.

Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat, syirik, dan bid’ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang Islam.

5. HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto adalah salah satu tokoh yang memainkan peran kunci dalam gerakan pembaruan Islam di Indonesia.

Meskipun lebih dikenal sebagai pendiri dan pemimpin organisasi buruh Sarekat Islam (SI), Tjokroaminoto juga memiliki kontribusi signifikan dalam upaya pembaruan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20.

Sarekat Islam awalnya didirikan sebagai organisasi yang berfokus pada perjuangan buruh, namun seiring berjalannya waktu, organisasi ini juga menjadi platform untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran pembaruan Islam.

Tjokroaminoto sendiri adalah sosok yang memiliki pemahaman Islam yang progresif dan moderat, yang tercermin dalam berbagai pidato dan tulisannya.

Salah satu aspek penting dari pembaruan Islam yang diperjuangkan oleh Tjokroaminoto adalah penggabungan nilai-nilai Islam dengan konsep-konsep demokrasi, keadilan sosial, dan nasionalisme. Dia memandang bahwa Islam harus berperan sebagai sumber inspirasi dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Selain itu, Tjokroaminoto juga mendorong pentingnya pendidikan modern yang menggabungkan ajaran agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia percaya bahwa pendidikan yang baik akan membantu membangun masyarakat yang cerdas, progresif, dan mandiri.

Selanjutnya, artikel ini akan menjelaskan pengaruh gerakan pembaruan Islam terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

Pengaruh Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia

Dikutip laman Kemendikbud, pembaruan Islam adalah suatu gerakan untuk kembali kepada Alquran dan hadist melalui pembukaan pintu ijtihad seluas-luasnya, dengan cara rasionalisasi dan penggunaan ilmu-ilmu modern yang relevan.

Pengaruh gerakan pembaruan Islam dipahami baik sebagai diskursus pemikiran maupun aktivisme praktis. Sebagai diskursus pemikiran, gerakan ini fokus pada pengembangan pemikiran Islam yang sejalan dengan tuntutan modernitas.

Sedangkan sebagai aktivisme praktis, fokus gerakan adalah melahirkan pola kehidupan dan praktik beragama berdasarkan semangat kemajuan. Semangat utamanya adalah menjadikan Islam terintegrasi ke dalam kehidupan modern, yang mengemban cita-cita kemajuan bagi pemeluknya.

Gerakan pembaruan Islam di Indonesia telah memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, budaya, politik, dan pendidikan.

Gerakan pembaruan Islam telah mendorong penafsiran yang lebih kontekstual dan inklusif terhadap ajaran Islam, serta penyesuaian terhadap nilai-nilai universal seperti demokrasi, toleransi, dan hak asasi manusia.

Organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang memotori pembaharuan Islam juga memberikan kemajuan di bidang pendidikan dengan cara menyediakan pendidikan agama yang seimbang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Di bidang politik, pembaharuan Islam juga sangat berpengaruh. Pasalnya, sejak awal pembaruan Islam memerankan peran dalam membentuk kebijakan publik hingga memperjuangkan keadilan sosial.

Selanjutnya, pembaruan Islam telah menginisiasi program-program pembangunan ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam dan masyarakat secara umum.

Selain itu, toleransi dan dialog antar agama diperkuat dengan adanya pembaruan Islam. Para tokoh pembaruan mempromosikan keragaman dan dialog antar agama. Ini telah membantu memperkuat harmoni antar umat beragama di Indonesia.

Baca juga artikel terkait TOKOH PEMBARUAN ISLAM atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno