Menuju konten utama
Profil Ahmad Dahlan

Biografi Singkat KH Ahmad Dahlan, Sang Pendiri Muhammadiyah

Berikut ini akan diuraikan secara singkat biografi KH Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah, pendidikan Ahmad Dahlan dan silsilah keluarganya.

Biografi Singkat KH Ahmad Dahlan, Sang Pendiri Muhammadiyah
Gambar KH Ahmad Dahlan. tirto.id/Gery

tirto.id - Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah memiliki kaitan yang erat, karena Ahmad Dahlan merupakan tokoh pendiri Muhammadiyah.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat sejarah KH Ahmad Dahlan dan biografi Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah.

Biografi KH Ahmad Dahlan

Nama kecil Ahmad Dahlan saat lahir 1 Agustus 1868 adalah Muhammad Darwisy, Ahmad Dahlan merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan K.H. Abu Bakar bin Sulaiman dan Siti Aminah binti Ibrahim bin Hasan.

KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan merupakan khatib di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

Sementara sang ibu, Siti Aminah juga keturunan pejabat penghulu Kesultanan Keraton.

Dalam catatan Adi Nugraha "Kiai Haji Ahmad Dahlan" yang ditulis pada tahun 2009, nama Ahmad Dahlan diberikan oleh gurunya Sayyid Bakri Syatha ketika dirinya sedang berada di Makkah sebelum pulang kembali ke Tanah Air, di mana nama itulah yang melekat padanya hingga akhir hayat.

Ahmad Dahlan sempat menetap di Makkah dan melakukan haji pada usia 15 tahun. Pendidikan KH Ahmad Dahlan dimulai ketika di Makkah, ia memperdalam ilmu agamanya dengan berguru kepada para ulama pembaharu Islam.

Selama di sana, selain berguru kepada Sayyid Bakri Syatha, tokoh lainnya ada Syaikh Ahmad Khatib, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Ibnu Taimiyah, Al-Afghani, Syaikh Abdul Hadi, dan beberapa lainnya.

Darwisy juga pernah belajar di bawah bimbingan guru yang sama dengan Hasyim Asy'ari, tokoh yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Pada tahun 1903, Ahmad Dahlan kembali ke Makkah dengan membawa serta putranya, Muhammad Siraj, yang masih berumur 6 tahun. Pada masa itu, ia menetap selama dua tahun.

Pada masa ini, dia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.

Muhammadiyah merupakan bentuk perjuangan Ahmad Dahlan yang dikenal. Pendirian Muhammadiyah bukan hanya merupakan realisasi ide-ide Ahmad Dahlan semata, melainkan secara praktis-organisatoris berfungsi sebagai platform dan payung bagi Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islam yang didirikan pada tahun 1911.

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah merupakan sarana pendidikan yang dikembangkan secara informal oleh Ahmad Dahlan, bertujuan untuk mengajarkan ilmu agama Islam dan pengetahuan umum secara bersamaan.

Pemikiran KH Ahmad Dahlan muncul sebagai respons terhadap pemisahan dalam sistem pendidikan pada saat itu, di mana terdapat dua jalur yang berbeda: pesantren untuk studi agama dan sekolah formal untuk mendalami pengetahuan umum.

Meskipun model pendidikan yang diusung Ahmad Dahlan awalnya mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat, seiring berjalannya waktu, gagasan pendidikan yang lebih modern tersebut akhirnya diterima dan bahkan mengubah paradigma pendidikan di Indonesia.

Silsilah Keluarga KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim atau dikenal sebagai Sunan Gresik, salah satu di antara Walisongo, pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.

Menurut silsilah, keturunannya tersebut dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, kiai Ilyas, kiai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).

Dikutip laman resmi Muhammadiyah, pada tahun 1912 atau tepatnya 18 November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, sebuah kampung di dalam kompleks Keraton Yogyakarta.

Selanjutnya ketika pulang dari Makkah, Ahmad Dahlan menikah. Nama istri KH Ahmad Dahlan ialah Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.

Bersama Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan memiliki enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.

Ahmad Dahlan juga menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah; istri ketiganya bernama Nyai Rum, adik kiai Munawwir Krapyak; serta pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

Dari beberapa perkawinannya, K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.

KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta.

Atas perjuangan KH Ahmad Dahlan untuk negeri, pada tahun 1961, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KH Ahmad Dahlan sebagai salah satu pahlawan nasional.

Hingga saat ini, Muhammadiyah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan telah memberikan banyak sumbangsih terhadap negeri ini, di antaranya membangun sekolah Islam modern bergaya barat, membangun Pusat Kesehatan Oemat (PKO), mendirikan wadah pergerakan perempuan Aisyiyah, dan masih banyak yang lainnya.

Baca juga artikel terkait AHMAD DAHLAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Dhita Koesno