Menuju konten utama

Pekerja Starbucks Mogok Tuntut Kenaikan Gaji pada Red Cup Day

Serikat pekerja Starbucks AS mengumumkan pemogokan terbuka pada Rabu (5/11/2025). Simak alasan mereka melakukan mogok massal pada Red Cup Day mendatang.

Pekerja Starbucks Mogok Tuntut Kenaikan Gaji pada Red Cup Day
Starbucks Coffee. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Serikat pekerja Starbucks Amerika Serikat (AS) yang tergabung pada Starbucks Workers United mengumumkan pemogokan terbuka menjelang musim liburan pada Rabu (5/11/2025). Simak alasan mereka melakukan mogok massal.

Pemogokan terbuka ini akan dilakukan menjelang musim liburan ketika Starbucks memasuki periode padat pengunjung. Serikat pekerja mengatakan, para pekerja siap mogok jika kontrak tidak diselesaikan paling lambat tanggal 13 November 2025.

Tanggal tersebut, 13 November 2025, merupakan Red Cup Day. Aksi mogok ini dapat terjadi di lebih dari 25 kota dan akan meningkat jika masih belum ada kemajuan dari perusahaan.

Lalu, apa penyebab serikat pekerja Starbucks AS melakukan mogok massal hingga pada Red Cup Day? Simak penjelasannya berikut ini.

Alasan Serikat Pekerja Starbucks AS Mogok Massal

Starbucks Workers United setidaknya mewakili lebih dari 9 ribu pekerja dari 200 ribu lebih barista Starbucks. Mereka telah mengajukan lebih dari 1.000 tuntutan terhadap Starbucks kepada Dewan Hubungan Perburuhan Nasional atas dugaan praktik perburuhan yang tidak adil.

Dilansir dari The Guardian (5/11/2025), salah seorang juru bicara serikat pekerja yang meninggalkan Starbucks setelah 15 tahun bekerja, Michelle Eisen, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Jika Starbucks terus berdiam diri, mereka harus siap menghadapi kebangkrutan. Keputusan ada di tangan Starbucks.”

Aksi mogok kerja ini tentu tidak terjadi secara tiba-tiba. Sebelumnya, serikat pekerja Starbucks Workers United telah berunding dengan perusahaan tersebut sejak tahun lalu (2024). Mereka mengatakan pada bulan Oktober bahwa mereka akan melakukan pemungutan suara mengenai aksi unjuk rasa di sekitar 60 kota.

Tuntutan mereka jelas, yakni menuntut kontrak yang mencerminkan “peningkatan staf, gaji yang lebih baik, serta perlindungan di tempat kerja”. Namun, kedua belah pihak saling menyalahkan karena mengakhiri perundingan akhir tahun lalu dan mengatakan bahwa mereka siap kembali berdiskusi.

Dalam sebuah pernyataan, Starbucks mengatakan bahwa “setiap perjanjian harus mencerminkan kenyataan bahwa Starbucks sudah menawarkan pekerjaan terbaik di bidang ritel,” dikutip dari Reuters (6/11/2025).

Adapun paket tunjangan Starbucks yang berlaku bagi karyawan yang bekerja setidaknya 20 jam seminggu ini mencakup asuransi kesehatan, cuti orang tua, dan biaya kuliah daring di Arizona State University. Kemudian, pihak Starbucks juga mengatakan bahwa mereka akan dapat melayani pelanggan di sebagian besar tokonya selama musim liburan “terlepas dari rencana serikat pekerja”.

Sebagai informasi, CEO Brian Niccol telah berupaya merombak operasional toko di AS guna menarik kembali pelanggan. Perusahaan itu telah mengalami penurunan penjualan selama enam kuartal sebelum 29 Oktober ketika perusahaan melaporkan penjualan di toko yang sama sebesar 0% untuk toko-tokonya di Amerika Utara dan pertumbuhan penjualan global sebesar 1%.

Pada September 2025 lalu, Starbucks menutup lebih dari 600 toko, termasuk gerai utamanya yang berserikat di Seattle. Selain itu, mereka juga memangkas tenaga korporatnya sebagai bagian dari upaya pemulihan.

Sebelumnya, pada April 2025, delegasi serikat pekerja telah memilih untuk menolak usulan Starbucks yang menjamin kenaikan gaji tahunan minimal 2%. Menurut serikat pekerja, hal itu tidak menawarkan perubahan pada manfaat ekonomi seperti perawatan kesehatan atau kenaikan gaji langsung.

Kemudian, pada Oktober 2025, Pengawas Kota New York dan pemegang saham Starbucks lainnya menulis surat kepada perusahaan tersebut. Isi surat itu yakni mendesak perusahaan untuk melanjutkan pembicaraan dengan serikat pekerjanya.

“Di bawah kepemimpinan Niccol, keadaan di Starbucks justru semakin buruk, tetapi kontrak serikat pekerja yang adil dan penyelesaian ratusan tuntutan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil sangat penting bagi pemulihan perusahaan,” kata Jasmine Leli, barista Starbucks selama tiga tahun sekaligus kapten pemogokan dari Buffalo, New York, dikutip dari The Guardian (5/11/2025).

Pembaca yang ingin membaca artikel sejenis terkait aksi mogok kerja dapat mengakses tautan berikut ini.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Umu Hana Amini

tirto.id - Edusains
Kontributor: Umu Hana Amini
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Wisnu Amri Hidayat