tirto.id - Di antara akhlak tercela yang harus dihindari adalah sikap ananiah. Sikap ananiah atau egois ini terjewantahkan dalam perilaku mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan keadaan orang lain.
Sikap ini merupakan sikap yang mesti ditinggalkan umat Islam agar diridai Allah SWT.
Dari sisi bahasa, kata ananiah berasal dari kata "ana", yang dalam bahasa Arab maknanya adalah "aku".
Artinya, sikap ananiah adalah sikap "keakuan", yang dijelaskan oleh Barmawie Umarie dalam Materi Akhlak (1976) sebagai sikap hidup yang terlalu mengedepankan diri sendiri, bahkan kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Sikap ini termasuk akhlak tercela yang diperingatkan Allah SWT agar disingkirkan dari perilaku seorang muslim.
Sikap ini pertama kali dilakukan oleh Iblis, yang merasa bahwa dirinya lebih baik daripada Adam AS, yang ditunjukkan dengan mengabaikan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam.
Cerita sikap ananiah yang dilakukan Iblis ini digambarkan dalam Alquran surah Al-A'raf ayat 12:
"[Allah] berfirman, 'Apakah yang menghalangimu [sehingga] kamu tidak bersujud [kepada Adam] ketika Aku menyuruhmu?' Iblis menjawab, 'Aku lebih baik dari pada dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah," (Q.S. Al-A'raf [7]: 12).
Sikap ananiah, keakuan yang dimiliki Iblis ini melahirkan sikap sombong dengan merasa lebih baik dari Adam.
Dalam kajian akhlak, sikap ananiah ini tergolong penyakit hati, tercela, dan membahayakan, baik kepada diri sendiri, hingga pergaulan di masyarakat.
Salah satu sebabnya, sikap ini dapat berkembang menjadi penyakit sombong, takabur, iri hati, dan dengki.
Sebagai penyakit hati, ia memiliki dampak psikologis yang buruk bagi jiwa seseorang. Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
“Ketahuilah, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila daging itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu, bahwa segumpal daging itu adalah kalbu [hati],” (H.R. Bukhari).
Bagaimana cara menghilangkan sikap ananiah? K.H. Agus Salim, Ketua Lembaga Dakwah PBNU, sebagaimana dilansir dari NU Online, menyatakan bahwa salah satu cara untuk menghilangkan sikap ananiah adalah dengan berserah diri dan mengaku hina di depan Allah SWT.
Apabila seseorang sudah bisa berserah diri, merasa rendah, dan menghinakan diri kehadirat Allah SWT, maka individu bersangkutan dianggap sudah berakhlak kepada Tuhannya. Dengan demikian, secara otomatis, ia akan berakhlak mulia kepada sesama Mahkluk-Nya.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno